Islam Maniak

Cinta Ilahi Bersemi Pada Utusan Sejati

 
"Welcome......Assalamu'alaikum"
Jam
Get Free Shots from Snap.com
Tuker Link

Copy kode di bawah masukan di blog anda, saya akan segera linkback kembali

Islammaniaku

Hadist Jihad
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr ra. : aku pernah mendengar Nabi Muhammad Saw bersabda, "orang yang mati karena mempertahankan harta miliknya adalah syahid".
Bertani di Surga
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. : Suatu ketika Nabi Muhammad Saw menceritakan (sebuah kisah), dan seorang Arab badui duduk di hadapannya. Nabi Muhammad Saw berkata, "salah seorang penghuni surga memohon kepada Allah mengizinkannya mengolah lahan pertanian. Allah bertanya kepadanya, 'bukankah kamu sekarang ini tinggal di dalam kesenangan-kesenangan yang kamu inginkan?' ia menjawab, 'ya, tetapi aku ingin punya lahan pertanian'". selanjutnya Nabi Muhammad Saw bersabda, "ketika (Allah memberi izin) orang itu menaburkan berbagai benih, tanaman pun tumbuh besar, matang dan telah siap untuk dipetik. begitulah dalam waktu sekejap tanaman itu sama besarnya dengan sebuah gunung. Allah berkata kepadanya, "wahai anak Adam, ambillah dan petiklah; tiada yang akan mengenyangkanmu"'. mendengar kisah itu, orang Arab Badui yang duduk di hadapan Nabi Muhammad Saw berkata, "orang itu kalau bukan dari Quraisy pastilah dari Anshar, karena mereka adalah petani, sedangkan kami bukan". mendengar ucapannya, Nabi Muhammad Saw tersenyum.
Jihad Kaum Perempuan
Diriwayatkan dari Aisyah ra., Ummu Al Mu’minin : aku berkata, “ Ya Rasulullah ! Menurut pertimbangan kami , jihad adalah perbuatan yang utama. Haruskah kami ikut berjihad?”. Nabi Muhammad Saw bersabda, “jangan ! Jihad terbaik (untuk kaum perempuan) adalah haji mabrur”.
Live Traffic
Mukjizat Al Qur'an
Rabu, 05 Mei 2010
Sebuah Manifestasi Petunjuk yang Pasti Bagi Manusia Yang Ber-Tuhankan Allah Swt *
Tatkala Al Qur’an terdengar maka kita akan ingat bahwa itulah bunyi Firman Allah Ta’ala. Wajib bagi kita untuk tersanjung syukur karena kita telah mengenal Al Qur’an. Wajib juga kita untuk waspada terhadap segala gangguannya.
Allah Ta’ala berfirman sebagai berikut:

فَاِذَا قَرَاْتَ الْقُرْاٰنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ **

Maka apabila engkau hendak membaca Alquran maka mohonlah perlindungan Allah swt. dari syaitan yang terkutuk.(An Nahl 16:99)

1. Al Qur’an Beserta Keagungannya Sebagai Kepastian Petunjuk Suci

اِنَّه لَـقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌۙ  فِىْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ لَّا يَمَسُّه اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ * 
Sesungguhnya itu adalah [b] Alquran yang mulia, Dalam [c] suatu kitabb terpelihara dengan baik. [2978] Yang tiada orang dapat menyentuhnya kecuali mereka yang disucikan. [2979]

____________________
* Makalah ini di buat oleh Mln. Ahsan A Anang STY pada tgl 23 April 2010 untuk dipresentasikan pada acara Jalsah Dua Wilayah (Silaturahim Bersama untuk Menggapai Cinta Ilahi) di Krucil, Bawang, Banjarnegara.

** Penulisan ayat-ayat Al Qur’an pada makalah ini menggunakan metode ‘Basmalah’ dihitung sebagai ayat yang berdasar pada hadits Nabi Besar Al Mushtofa SAW riwayat Sahabat Ibnu Abbas ra yang menunjukkan bahwa setiap ‘Basmalah’ pada setiap surat adalah ayat pertama surat itu (kecuali Qs At Taubah):

Nabi saw tidak mengetahui pemisahan antara surat itu sehingga Bismillahir Rohmaanir Rohiim turun padanya. (HR Abu Daud “Kitab Sholat” & Al Hakim dalam Al “Mustadrak”)


{ [b] 50:2, [c] 85:23}

[2978]: Bahwa Alquran itu sebuah Kitab wahyu Ilahi yang terpelihara dan terjaga baik, merupakan tantangan terbuka kepada seluruh dunia, tetapi selama empat belas abad, tantangan itu tetap tidak terjawab atau tidak mendapat sambutan. Tiada upaya yang telah disia-siakan para pengecam yang tidak bersahabat untuk mencela kemurnian teksnya. Tetapi semua daya upaya ke arah ini telah membawa kepada satu-satunya hasil yang tidak terelakkan – walaupun tidak enak dirasakan oleh musuh-musuh – bahwa kitab yang disodorkan oleh Rasulullah saw. kepada dunia empat belas abad yang lalu, telah sampai kepada kita tanpa perubahan barang satu huruf pun (Muir).
Alquran adalah sebuah Kitab yang terpelihara baik dalam pengertian bahwa hanya orang-orang mukmin yang hatinya bersih dapat meraih khazanah keruhanian seperti diterangkan dalam ayat berikutnya. Ayat ini pun dapat berarti bahwa cita-cita dan asas-asas yang terkandung dalam Alquran itu tercantum di dalam kitab alam, yaitu cita-cita dan asas-asas itu sepenuhnya serasi dengan hukum alam. Seperti hukum alam, cita-cita dan asas-asas itu juga kekal dan tidak berubah serta hukum-hukumnya tidak dapat dilanggar tanpa menerima hukuman. Atau, ayat ini dapat diartikan bahwa Alquran dipelihara dalam fitrat yang telah dianugerahkan Tuhan kepada manusia (30:31). Fitrat insani berlandaskan pada hakikat-hakikat dasar dan telah dilimpahi kemampuan untuk sampai kepada keputusan yang benar. Orang yang secara jujur bertindak sesuai dengan naluri atau fitratnya, ia dengan mudah dapat mengenal kebenaran Alquran.

[2979]: Hanyalah orang yang bernasib baik saja diberi pengertian tentang hal itu, dan dapat mendalami, kandungan arti Alquran yang hakiki, melalui cara menjalani kehidupan bertaqwa lalu meraih kebersihan hati dan dimasukkan ke dalam alam rahasia ruhani makrifat Ilahi, yang tertutup bagi orang-orang yang hatinya tidak bersih. Secara implicit dikatakannya bahwa kita hendaknya jangan menyentuh atau membaca Alquran sementara keadaan fisik kita tidak bersih.

Hz Ahmad as bersabda: “Al Qur’an demikian agungnya sehingga tiada sesuatu yang lain dapat mengatasi dalam keagungannya. Al Qur’an adalah Al Hakam, pemutus perkara dan Muhaimin serta kumpulan segala petunjuk. Alqur’an mengumpulkan seluruh dalil dan menceraiberaikan pusat kekuatan musuh. Al Qur’an adalah sebuah kitab yang didalamnya terkandung segala sesuatu secara terperinci, terdapat berbagai berita yang akan terjadi di masa mendatang dan yang tejadi di masa lalu. Kepalsuan tidak dapat menyerangnya baik dari depan maupun belakang. Al Qur’an adalah cahaya Allah Ta’ala” (Rohani Khozain,J:16, Khutbah Ilhamiyah,h:59)
Lebih lanjut beliau menasihatkan kepada para mukmin sebagai berikut: “Ketahuilah bahwa mukjizat Al Qur’an Suci yang paling menonjol adalah ia merupakan samudera kearifan, kebenaran, hikmah yang menerangi dengan cemerlangnya pada setiap bangsa, semua orang dan berbagai bahasa. Hindia, Parsi, Eropa, Amerika ataupun negeri mana saja. Mukjizat Al Qur’an mampu membuat mereka tak berkutik, membisu dan tak berdaya. Kandungan khazanah Al Qur’an muncul dipermukaan pada setiap zaman sesuai dengan tuntutan dan perubahan zaman. Penjagaannya seperti layaknya laskar-laskar bersenjata lengkap terhadap bahaya dari berbagai serangan pikiran jahat dalam setiap zaman ” (Rohani Khozain,J:3, Izalah Auham, bag:I, h:305)

Allah Ta’ala berfirman:

* الٓمّٓۚ ذٰلِكَ الْڪِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛۚ ۖ فِيْهِ ۛۚ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ

Aku Allah swt. Yang Maha Mengetahui. [16]
Inilah [17] Kitab yang sempurna; [17a] [a] tiada keraguan [18] di dalam-nya; [b] petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. [19]
____________________
{ [a] 2:24; 10:38; 32:3; 41:43., [b] 2:186; 3:139; 31:4.}

[16]: Singkatan seperti Alif Lam Mim dikenal sebagai al-muqaththa'at (huruf-huruf yang dipakai dan dilisankan secara mandiri) terdapat pada permulaan Surah-surah yang jumlahnya tidak kurang dari 28 surah dan terbentuk dari satu huruf atau lebih, paling banyak lima huruf abjad Arab. Huruf-huruf yang membentuk singkatan itu ada empat belas jumlahnya:Alif, lam, mim, shad, ra, kaf, ha, 1), ya, ain, tha, sin, ha2), qaf, dan nun. Dari huruf-huruf itu qaf dan nun berdiri sendiri pada permulaan Surah Qaf dan Qalam. sisanya ada dalam paduan dua atau lebih pada permulaan Surah-surah tertentu. Muqaththa'at itu, lazim dipakai di kalangan orang-orang Arab. Mereka memakainya dalam syair-syair dan percakapan. Seorang ahli syair Arab mengatakan, Qulna qifi lana, faqalat qaf, artinya, " Kami katakan kepada perempuan itu, `Berhentilah sejenak untuk kami` dan ia (perempuan) berkata bahwa, ia (perempuan) sedang berhenti." Di sini huruf qaf menampilkan kata waqaftu (aku berhenti). Ada pula sabda Rasulullah saw. seperti diriwayatkan oleh Qurhubi demikian:Kafa bis saifi sya, artinya, cukuplah pedang sebagai obat penyembuh. Sya menampilkan syafiyan. Di dunia barat modern dan juga di negeri- negeri timur, juga peniruan singkatan itu telah menjadi umum dan luas. Tiap kamus memuat daftar singkatan-singkatan itu. Muqaththa'at itu singkatan-singkatan untuk sifat-sifat Tuhan tertentu. Pokok masalah suatu Surah yang pada permulaannya ditempatkan singkatan itu, mempunya perhubungan yang mendalam dengan sifat Tuhan yang ditampilkannya.
Huruf-huruf itu tidak ditempatkan serampangan saja, pada permulaan berbagai Surah, tidak pula huruf-huruf itu digabungkan semaunya saja. Ada perhubungan yang mendalam dan jauh jangkauannya antara berbagai pasangan. Huruf-huruf yang membentuknya pun mempunyai tujuan tertentu. Pokok masalah Surah-surah yang tidak mempunyai huruf-huruf singkatan bernaung di bawah dan mengikuti pokok masalah Surah-surah yang memilikinya. Mengenai arti yang dikenakan pada muqaththa'at itu, ada dua yang nampak lebih beralasan :
(a) Bahwa tiap-tiap huruf mempunyai nilai angka tertentu (Jarir). Huruf-huruf alif lam mim mempunyai nilai 71 (alif bernilai 1 lam 30 dan mim 40), jadi, penenmpatan alif lam mim pada permulaan Surah dapat berarti bahwa,, pokok masalahnya ialah tegak berdirinya islam secara istimewa di masa permulaan akan memakan waktu 71 tahun untuk berkembang selengkapnya.
(b) Huruf-huruf itu seperti dinyatakan di atas, adalah singkatan dari sifat-sifat khusus Tuhan, dan surah yang pada permulaannya muqaththa'at itu ditempatkan dalam pokok masalahnya, mempunyai hubungan dengan sifat-sifat Ilahi yang ditampilkan oleh huruf muqaththa'at yang khas itu.

Jadi, singkatan Alif Lam Mim yang dicantumkan di sini dan pada permulaan Surah-surah ke-3, 29, 30, 31, dan 32 berarti, "Aku Allah swt. Yang Lebih Mengatahui," Arti itu dikuatkan oleh Ibn' Abbas dan Ibn Mas'ud, Alif singkatan dari Ana, Lam singkatan dari Allah swt., dan Mim singkatan dari a'lamu; atau menurut beberapa sumber lain Alif singkatan dari Allah swt., Lam singkatan dari Jibrail dan Mim singkatan dari Muhammad, mengisyaratkan bahwa inti Surah ini adalah, makrifat Ilahi yang dianugerakan kepada Muhammad saw oleh Allah swt dengan perantaraan malaikat Jibrail. Huruf-huruf singkatan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari wahyu Alquran (Bukhari).
Catatan: 1 ) ha seperti pada rahim
2 ) ha seperti pada hijrah
[17]: Dzalika terutama dipakai dalam arti "itu". terapi kadang-kadang digunakan juga dalam arti "ini" (Aqrab). Kadang-kadang dipakai untuk menyatakan pangkat tinggi dan kemuliaan wujud yang dimaksud. Di sini, kata itu mempunyai arti bahwa Kitab itu seolah-olah jauh dari pembaca, ditilik dari segi faedahnya yang luar biasa dan agung. (Fath)
[17a]: Al dipakai untuk menyatakan suatu tujuan pasti yang diketahui oleh pembaca. Dalam arti ini kata dzalikal Kitab akan berarti, Inilah kitab atau Inilah Kitab itu -- Kitab yang dijanjikan itu. Kata al dipakai juga untuk menyatakan gabungan semua sifat yang mungkin ada pada seseorang. Jadi, ungkapan itu berarti, inilah Kitab yang memiliki segala sifat sifat luhur yang seyogianya dimiliki oleh suatu Kitab yang sempurna, atau, dapat juga ungkapan itu berarti, hanya inilah Kitab yang sempurna.
[18]: Al dipakai untuk menyatakan suatu tujuan pasti yang diketahui oleh pembaca. Dalam arti ini kata dzalikal Kitab akan berarti, Inilah kitab atau Inilah Kitab itu -- Kitab yang dijanjikan itu. Kata al dipakai juga untuk menyatakan gabungan semua sifat yang mungkin ada pada seseorang. Jadi, ungkapan itu berarti, inilah Kitab yang memiliki segala sifat sifat luhur yang seyogianya dimiliki oleh suatu Kitab yang sempurna, atau, dapat juga ungkapan itu berarti, hanya inilah Kitab yang sempurna.
[19]: Mutaqi diserap dari kata waqa yang mempunyai pengertian menjaga diri terhadap apa-apa yang merugikan dan memudaratkan. Wiqayah berarti perisai dan Ittaqa bihi ( Muttaqi itu bentuk ism fa'il dari Ittaqa ) berarti, ia menganggap dia atau sesuatu sebagai perisai (Lane). Ubayy bin Ka'ab, sahabat Rasulullah saw. yang kenamaan, tepat benar menerangkan kata taqwa dengan memisahkan muttaqi sebagai seorang yang berjalan melalui semak-semak berduri, Dengan segala ikhtiar yang mungkin ia menjaga agar pakaiannya tidak tersangkut dan sobek oleh duri-durinya (Katsir). Maka seorang muttaqi ialah orang yang senantiasa berjaga-jaga terhadap dosa dan menganggap Tuhan sebagai perisainya atau pelindungnya dan sangat hati-hati dalam tugas kewajibannya. Kata-kata, "petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa" berarti bahwa petunjuk yang termuat dalam Alquran tidak terbatas. Alquran membantu manusia mencapai taraf kesempurnaan rohani dan menjadikannya semakin layak mendapat rahmat Tuhan.

Seorang Suci pada zaman abad 14 pernah memberikan nasehat pada sabdanya: “Dewasa ini diantara seluruh kitab Ilahi yang terdapat dimuka bumi ini hanya Kitab Suci Al Qur’an yang kehadirannya sebagai Kalam Ilahi dibuktikan dengan berbagai dala-il yang qoth’i alias tak terbantahkan. Prinsipnya mengenai najat adalah benar-benar berlandaskan pada fitrah insani yang murni lagi jernih. Akidah-akidah yang dikemukakannya demikian sempurna dan mantap sehingga seluruh kebenarannya didukung oleh kesaksian dalil yang kuat. Perintah-perintahnya berdiri tegak diatas kebenaran semata. Ajaran-ajarannya bersih dari segala macam unsur yang berbau syirik, bid’ah dan pemujaan terhadap makhluk Tuhan. Didalamnya terkandung semangat yang bergelora untuk mewujudkan ketauhidan, keagungan dan keluhuran Ilahi.

Didalamnya terkandung sifat yang mencuat yakni ia sarat dengan ajaran keesaaan Tuhan dan tak ternodai oleh berbagai hal yang merugikan serta mencemaskan sifat yang dimiliki oleh Dzat Dia Yang Maha Suci. Kitab itu tidak menghendaki adanya tindakan paksaan tehadap manusia untuk menerima suatu akidah yang diajarkannya. Kebalikannya ia selamanya lebih dahulu menguraikan latar belakang atau sebab musabab setiap kebenaran, lalu membuktikannya dengan dalil-dalil dan berbagai keterangan mengenai setiap maksud dan tujuan. Setelah memaparkan berbagai dala-il yang jelas mengenai hakekat pada setiap prinsip, ia menyampaikan manusia kepada martabat keyakinan yang sempurna dan makrifat yang serba lengkap. Al Qur’an menjauhkan semua kesenjangan, keburukan, kekotoran dan kerancuan yang terdapat pada akidah, perbuatan dan ucapan manusia dengan bantuan dalil-dalil yang jelas. Kitab ini mengajarkan semua nilai adab sopan santun dan tata krama yang sangat perlu diketahui manusia untuk menjadi manusia yang beradab. Ia melawan setiap unsur perusak/ virus bagi pikiran dan akhlak manusia dengan kekuatan yang sama hebatnya dibanding kekuatan dan kehebatan unsur perusak itu sendiri yang dewasa ini merajalela. Ajarannya sangat lurus, tegar dan mulus seakan-akan merupakan sebuah cermin yang memantulkan tata hukum kodrat alam dan sebuah gambar sejati tentang tata nilai fitrat yang berlaku di tengah-tengah alam, laksana matahari yang menyinari mata hati dan kalbu manusia. ” (Rohani Khozain,J:1, Barahin Ahmadiyah, h:81-82)

Hal ini mengingatkan kepada kita sabda Yang Mulia Nabi Besar Muhammad saw pada sebuah hadits:
Abu Umamah ra berkata: Aku telah mendengar dari Rasulullah saw bersabda: “Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an akan datang pada hari kiamat sebagai pembela orang yng mempelajari dan menurutinya.” HR. Muslim.

Sabdanya yang lain, sebagai berikut:
Usman bin Affan ra bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” HR Bukhori.

Hazrat Aqdas Muhammad saw bersabda dibeberapa kesempatan sebagai berikut:
An Nawwas bin Sam’an ra berkata: Aku telah mendengar Rasulullas saw bersabda: “Pada hari kiamat akan didatangkan Al Qur’an dan orang-orang yang melaksanakannnya di dunia, didahului oleh Surat Al Baqoroh dan Ali Imroan akan membela dan mempertahankan orang yang menaatinya.” HR Muslim.

Suatu kaum yang mengikuti dan meyakini ajaran Al Qur’an akan diangkat derajatnya, sebaliknya orang yang meninggalkannya akan dihinakan dan direndahkar derajatnya.

Selanjutnya Hz Syeikhul Akbar Mirza Ghulam Ahmad as bersabda: “Al Qur’an Suci adalah suatu MUKJIZAT yang semisal itu tidak pernah ada sebelum maupun sesudahnya. Nikmat dan berkahnya akan mengalir sepanjang masa titik kejelasannya pada saat kehadirannya pada zaman Rasulullah saw. Selain itu hendaklah diingat pula bahwa ucapan seseorang sesuai dengan daya pikirannya. Lebih besar kemampuan daya pikirnya, lebih berbobot pula ucapannya. Berkaitan dengan wahyu Ilahipun demikian pula sifatnya. Lebih luhur daya nalar si penerima wahyu lebih agung pula kualitas wahyu yang diterimanya. Disebabkan daya nalar kemampuan dan kebulatan hati Rasulullah saw menjangkau daerah yang amat luas sekali maka wahyu yang diterima beliau saw mencapai peringkat yang sangat tinggi. Sehingga tidak akan pernah lahir seseorang yang menyamai beliau saw dalam daya nalar dan kemampuan seperti itu.” (Malfuzhat, j:3, h:57)

2. Berbagai Hal dalam I’jaz Al Qur’an

Menurut Abu Zahra an Najdi dalam bukunya tertulis: Dalam ilmu bahasa, kata “mu’jizah” berasal dari kata ‘ajz’ (lemah) kebalikan dari kata “qudrah” (kuasa). Pada dasarnya “mu’jiz” itu adalah Allah swt yang menyebabkan selain-Nya menjadi lemah. Sebagai bentuk mubalaghah kebenaran berita, mengenai betapa lemahnya orang-orang yang didatangi Rasulullah saw untuk menentang “mu’jiz” tersebut, maka huruf ‘ta’ marbuthah ditambahkan pada kata “mu’jiz” sehingga menjadi “mu’jizah”. (Abu Zahra an Najdi, Dr., Al Qur’an dan Rahasia Angka-angka, h:19, Cet.VIII, Pustaka Hidayah, Bandung 2001)

Menurut para teolog, mu’jizat/ mu’jizah adalah munculnya sesuatu hal yang berbeda dengan adat kebiasaan yang terjadi di dunia untuk menunjukkan kebenaran kenabian para nabi ‘alaihimussalaam. Sementara ditempat lain Al Thusi mendefinisikan mukjizat dengan terjadinya sesuatu yang menggugurkan sesuatu lain yang biasa terjadi disertai dengan perombakan terhadap adat kebiasaan dan hal itu sesuai dengan tuntutan zaman.

Menurut Sayyid Thabathaba’i dalam tafsir Al Mizan, ia menjelaskan berbagai macamnya I’jazul Qur’an/ I’jaz Al Qur’an, sebagai berikut:
• I’jaz Al Qur’an yang pertama: keluasan pengetahuan yang dikandungnya. Al Qur’an memiliki berbagai disiplin ilmu, aturan moral, hukum, akidah dll. Al Qur’an tidak pernah ketinggalan zaman, dia selalu modern. (Al Mizan 1:62)
• I’jaz Al Qur’an yang kedua: kepribadian Nabi Muhammad saw yang menyampaikan Al Qur’an ini… (Al Mizan 1:63)
• I’jaz Al Qur’an yang ketiga: kandungan berita ghaib di dalamnya. Thabathaba’i menyebutkan paling tidak ada empat berita ghaib yang dikemukakan oleh Al Qur’an: berita tentang para nabi dan umat terdahulu, nubuwwat tentang berbagai peristiwa yang akan datang, berbagai fakta ilmiah yang baru diketahui kebenarannya setelah ribuan tahun Al Qur’an ada, dan berbagai macam kejadian besar yang menimpa kaum muslimin sepeninggal Rasulullah saw.
• I’jaz Al Qur’an yang keempat: bersihnya Al Qur’an dari pertentangan di dalamnya. Al Qur’an sangat konsisten, setiap ayat menerangkan ayat yang lain, setiap bagian menjadi penjelasan untuk bagian yang lain, setiap kalimat membenarkan kalimat yang lain. Seperti kata Hz Ali bin Abi Thalib ra: “Sebagian Al Qur’an berbicara tentang bagian yang lain, sebagian menjadi saksi untuk bagian yang lain.” (Al Mizan 1:66)
• I’jaz Al Qur’an yang kelima: Al Qur’an mengungguli kitab manapun dalam keindahan maknanya (balaghah), bahkan sampai empatbelas abad, tidak seorangpun mampu membuat semisal Al Qur’an. (Al Mizan 1:68)

An Najdi berpendapat bahwa I’jaz Al Qur’an terdiri dari beberapa macam, hal ini masih memungkinkan terbuka kemungkinan jenis atau macam I’jaz Al Qur’an karena keajaibannya tidak akan pernah habis. Diantaranya adalah sebagai berikut:
• I’jaz Balaghi : I’jaz tentang berita ghaib.
• I’jaz Tasyri’i : I’jaz dalam peraturan perundang-undangan.
• I’jaz ‘Ilmi : I’jaz keilmuan, pengetahuan dan wacana tafsir.
• I’jaz At Thibbi : I’jaz dalam ilmu kedokteran/ ketabiban.
• I’jaz Al Falaki : I’jaz dalam ilmu astronomi.
• I’jaz Al Jughrafi : I’jaz dalam ilmu geografi.
• I’jaz At Thabi’i : I’jaz dalam ilmu fisika.
• I’jaz I’lami :I’jaz dalam ilmu informasi.
• I’jaz ‘Adadi : I’jaz dalam jumlah atau bilangan.
(Abu Zahra an Najdi, Dr., Al Qur’an dan Rahasia Angka-angka, h:26, t.VIII, Pustaka Hidayah, Bandung 2001)

Dengan demikian dahsyatnya mukjizatnya Al Qur’an maka Sang Mahdinya Rasulullah saw menasehatkan: “Al Qur’an adalah pundi-pundi berisikan batu permata namun orang-orang kurang memperhatikannya.” (Malfuzhat, j.2, h.344)

Selanjutnya beliau menasehatkan sekaligus memberikan penjelasan tentang mukjizat Al Qur’an, sebagai berikut: “Kitab Suci Al Qur’an membukakan tiga pintu pemahaman kebenaran. “
Pertama adalah pintu nalar atau logika. Daya nalar manusia secara sempurna telah dikembangkan untuk mengenali eksistensi Tuhan dan sifat-sifat-Nya dalam penciptaan, keesaan, kekuasaan, rahmat, sifat tegak dengan Dzat-Nya sendiri. Dalam penggunaan daya nalar tersebut ikut berperan logika, fisika, medical, astronomi, matematika, filosofi dan metode argumentasi sehingga berbagai masalah yang sulit bisa terpecahkan. Metode ini luar biasa dan merupakan Mukjizat Penalaran. Para filosof terkenal yang menemukan logika dan meletakkan dasar-dasar dari filosofi serta menyibukkan diri mereka dengan fisika dan astronomi, faktanya tidak sanggup memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk mendukung keimanan mereka. Dengan demikian merupakan suatu mukjizat bahwa logika Ilahi ini tidak terdapat kesalahan serta memanfaatkannya untuk berbagai tujuan yang mulia yang belum pernah dicapai oleh manusia sebelumnya. Merupakan bukti yang cukup bahwa pernyataan-pernyataan Al Qur’an tentang eksistensi Tuhan dan sifat-sifat-Nya dalam penciptaan, keesaan dan sifat-sifat sempurna lainnya bersifat demikian komprehensif sehingga tidak mungkin diungguli dan tidak juga manusia akan mampu memberikan argumentasi baru lainnya. Pernyataan pujian atas kitab suci Al Qur’an ini tidak semata hanya isapan jempol belaka, tetapi sesungguhnya merupakan kenyataan dimana tidak akan ada seorang manusia manapun yang akan mampu mengajukan argumentasi baru yang belum pernah diungkapkan oleh Al Qur’an. Diberbagai tempat Al Qur’an sendiri menyatakan sifat komprehensifitas dirinya sendiri.

Kedua (pintu pemahaman Ilahi yang dibuka lebar oleh Al Qur’an) adalah mutiara hikmah intelektual, disebabkan sifatnya yang luar biasa bisa dianggap sebagai Mukjizat Intelektual. Bentuknya ada berbagai macam diantaranya sebagai berikut:
a) Pengetahuan mengenai wawasan keimanan dengan pengertian bahwa semua wawasan luhur yang berkaitan dengan keimanan dan semua kebenaran sucinya serta mutiara hikmah pengetahuan tentang Ilahi yang diperlukan didunia guna penyempurnaan bathin manusia. Semua ada dalam Al Qur’an. Begitu juga dengan keburukan bathin yang merangsang munculnya keinginan dosa dan nafsu lengkap beserta cara-cara penyucian bathin. Dilengkapi semua tanda, cirri-ciri dan sifat-sifat dari akhlak luhur. Tiada seorangpun yang mampu mengemukakan kebenaran, hikmah keIlahian, cara-cara mencapai Tuhan, bentuk atau disiplin suci ibadah lainnya yang belum termaktub di dalam Al Qur’an.
b) Pengetahuan mengenai sifat bathin dan psikologi secara komprehensif terdapat dalam firman ajaib ini sehingga bagi mereka yang mau berpikir akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa kitab ini bukanlah dari hasil karya siapapun kecuali Allah Yang Maha Perkasa.
c) Didalamnya terkandung ilmu mengenai awal dunia , akhirat dan hal-hal yang tersembunyi lainnya. Hal itu semua merupakan bagian pokok dari firman Allah Yang Maha mengetahui tentang hal-hal yang tersembunyi sehingga hati manusia akan menjadi tentram karenanya.

Semua pengetahuan demikian akan bisa ditemui banyak sekali dan terperinci didalam kitab suci Al Qur’an sehingga tidak ada kitab samawi lainnya yang mampu menyamainya. Disamping itu Al Qur’an juga mengungkapkan pengetahuan keimanan dari subyek lain dengan cara yang sangat indah. Dengan kata lain, semua subyek ini dikemukakan kitab suci Al Qur’an bagi kepentingan manusia dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap bentuk intelektualitas manusia akan dapat menyerap kemaslahatannya.

Ketiga (pintu pemahaman Ilahi yang telah dibukakan Al Qur’an) adalah pintu keberkatan rohani yang dapat disebut sebagai Mukjizat Tuntunan/Ikutan. Setiap orang telah memahami bahwa negeri kelahiran Rasulullah saw adalah semenanjung kecil bernama Arabia yang letaknya terisolasi dari negeri-negeri lain. Seorang lawan yang fanatikpun tidak akan bisa menyangkal bahwa sebelum kedatangan Rasulullah saw bangsa Arab di negeri ini hidup secara liar seperti hewan dan sama sekali tidak mengerti agama, keimanan, hak-hak Tuhan, hak-hak manusia dan selama berabad-abad mereka tenggelam dalam penyembahan berhala serta berbagai ajaran kotor lainnya, sehingga mencapai puncak kerusakan dalam kelakuan mereka seperti perzinahan, mabuk minuman keras, perjudian dan segala bentuk kejahatan lainnya. Mereka tidak menganggap sebagai perbuatan dosa atas pelanggaran hak-hak manusia lainnya seperti pencurian, perampokan, pembunuhan anak-anak ataupun memakan hak anak yatim. Dengan kata lain segala bentuk kejahatan , kegelapan bathin serta ketidakacuhan telah menyelimuti hati bangsa Arab. Kemudian setelah itu para lawan Islam juga harus mengakui bahwa bangsa yang bodoh, liar, dan tidak beriman tersebut lalu memeluk Islam dan beriman kepada kitab suci Al Qur’an .

Selanjutnya mereka mengalami perubahan yang drastis dan total. Efektifitas dari firman Ilahi dan kedekatan sosok suci Sang Nabi telah merubah total hati mereka dalam kurun waktu yang relative singkat, dimana setelah periode kebodohan itu mereka lalu mengalami proses kekayaan bathin dengan wawasan-wawasan keimanan dan meninggalkan kecintaan pada dunia.

Mereka dengan begitu fananya dalam kecintaan pada Allah Ta’ala sehingga mereka bersedia meninggalkan rumah dan keluarga yang dikasihi, kehormatan kedudukan sosial dan kesentosaan mereka demi memperoleh ridho Allah Yang Maha Agung. Ada apa sebenarnya yang telah menarik mereka dari suatu dunia lalu memasuki dunia lain dalam waktu yang relative cepat? Ada dua hal sebab-sebabnya yakni:
a) Hadhrat Rasulullah saw sangat efektif dalam menerapkan kekuatan suci beliau sedemikian rupa sehingga tidak mungkin disamai oleh lainnya.
b) Pengaruh ajaib dan luar biasa dari firman suci Allah Yang Maha Hidup dan Maha Kuasa yang telah menarik ribuan manusia dari kegelapan kepada cahaya pencerahan. (Barahin Ahmadiyah, Rohani Khozain, Vol.1, h.626-632, London 1984)

Syeikh Abdul Qadir Al Jaelani berpetuah sebagai berikut:
“Sebagai sebuah kitab suci, Al Qur’an memiliki maksud lahir dan bathin. Allah menurunkannya dengan sepuluh lapis maksud atau makna yang tersirat. Setiap lapis yang berada diatas lebih baik dan lebih hakiki daripada lapis yang dibawahnya karena lapisan atas lebih dekat dengan Sumber Hakekat.” (Rahasia Sufi Agung, h.57, Cet.1, Diva Press, 2008)

Sang Sulthanul Qalam bersabda: “Kamu hendaknya jangan meninggalkan Al Qur’an sebagai benda yang dilupakan, sebab justru didalam Al Qur’anlah terdapat kehidupan. Barangsiapa memuliakan Al Qur’an ia akan memperoleh kemuliaan dilangit. Barangsiapa lebih mengutamakan Al Qur’an dari segala hadits dan ucapan lain, ia akan diutamakan dilangit. Bagi manusia diatas permukaan bumi ini kini tidak ada kitab lain kecuali Al Qur’an dan tiada seorang Rasul Juru Syafaat selain Muhammad Mushtofa saw.” (Kisti Nuh, Cet.IV, h.20 JAI 1996)

3. Keunikan Al Qur’an
Kitab Suci Al-Qur’an tidak saja tanpa banding dalam keindahan komposisinya tetapi juga tanpa tanding dalam segala keluhuran isinya. Hal ini merupakan suatu kenyataan karena apa pun yang datang dari Allah yang Maha Kuasa tidak hanya bersifat unik dalam satu bidang saja, melainkan dalam keseluruhannya. Mereka yang menyangkal Al-Qur’an sebagai kebenaran dan wawasan yang bersifat komprehensif, sebenarnya tidak menghargai Kitab itu sebagaimana mestinya. Salah satu tanda guna mengenali Firman Tuhan yang benar dan suci adalah keunikan dalam sifatnya karena kami mengamati bahwa apa pun yang berasal dari Allah yang Maha Agung selalu bersifat unik dan tanpa banding serta tidak bisa disamai oleh manusia, meski pun hanya tentang sebutir biji gandum sekali pun.
Keadaan tanpa banding juga mengandung arti tanpa batas. Dengan kata lain, sesuatu dikatakan tanpa banding hanya jika keajaiban dan sifat-sifatnya itu bersifat tanpa batas. Sebagaimana dikemukakan di atas, karakteristik seperti itu akan ditemui dalam segala hal yang diciptakan Allah s.w.t. Sebagai contoh, misalnya manusia meneliti keajaiban selembar daun dari sebuah pohon selama seribu tahun, namun waktu itu akan berlalu sedangkan keajaiban dari daun tersebut akan selalu ada yang baru. Sesuatu yang mewujud melalui kekuasaan tak terbatas, dengan sendirinya akan berisi keajaiban dan sifat-sifat yang juga tidak ada batasnya. Ayat yang menyatakan:
قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّـكَلِمٰتِ رَبِّىْ لَـنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَـنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّىْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِه مَدَدًا‏
“Katakanlah: “Sekiranya setiap lautan menjadi tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Tuhan-ku, niscayalah lautan itu akan habis sebelum kalimat-kalimat Tuhan-ku habis, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai bantuan tambahan”“. (QS.Al-Kahf 18:110)
Ayat itu mengandung arti bahwa sifat-sifat dari semua ciptaan tersebut adalah tanpa batas dan tanpa akhir. Kalau semua benda ciptaan Tuhan tersebut memiliki sifat-sifat yang tidak terbatas dan tanpa akhir serta mengandung keajaiban dan mukjizat yang tidak terhitung, lalu bagaimana mungkin Kitab Suci Al-Qur’an yang merupakan Firman Suci dari Allah yang Maha Kuasa dibatasi hanya dalam beberapa pengertian sebagaimana diuraikan dalam empatpuluh, limapuluh atau seribu kitab tafsir, atau juga bisa selesai disampaikan oleh Junjungan dan Penghulu kita Hadhrat Rasulullah s.a.w. dalam kurun waktu yang demikian terbatas? Jika ada yang menganggapnya demikian, sama saja sepertinya sudah mendekati kekafiran.
Memang benar bahwa apa yang telah dikemukakan oleh Hadhrat Rasulullah s.a.w. sebagai penafsiran dari Al-Qur’an adalah betul adanya, namun tidak berarti bahwa Al-Qur’an tidak lagi memiliki wawasan di luar dari yang telah disampaikan beliau. Ungkapan para lawan kita mengenai hal ini mengindikasikan bahwa mereka tidak mengimani ketidak-terbatasan keagungan dan sifat-sifat dari Al-Qur’an. Ucapan mereka yang menyatakan bahwa Al-Qur’an diwahyukan bagi mereka yang tidak terpelajar atau buta huruf, lebih menegaskan lagi bahwa mereka itu sesungguhnya kalis dari pengenalan Nur Al-Qur’an karena mereka melupakan bahwa Hadhrat Rasulullah s.a.w. tidak saja diutus bagi mereka yang bodoh, tetapi juga bagi segenap manusia dari segala tingkatan kecerdasan. Allah s.w.t. telah berfirman:
قُلْ يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّىْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعَا
“Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku Rasul kepada kamu sekalian”“ (QS.Al-A’raf 7:159).
Ayat ini menunjukkan bahwa Kitab Suci Al-Qur’an diwahyukan bagi semua tingkatan.
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰـكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِينَ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيْمًا‏
“Tetapi ia adalah Rasul Allah dan Meterai sekalian nabi”. (QS.Al-Ahzab 33:41)
juga menyiratkan hal tersebut.

Anggapan yang menyatakan bahwa tafsir Al-Qur’an tidak bisa melampaui sebatas apa yang telah disampaikan oleh Hadhrat Rasulullah s.a.w. jelas adalah suatu pandangan yang salah. Kami telah menegaskan argumentasi mengenai hal ini secara konklusif dan pasti bahwa sepatutnyalah yang namanya Firman dari Allah yang Maha Kuasa mempunyai sifat yang tidak terbatas dan tanpa tandingan dalam keajaiban dan mukjizat yang dikandungnya.
Jika ada dari antara mereka yang merasa berkeberatan dan mengatakan bahwa jika Kitab Suci Al-Qur’an memang demikian banyak mukjizat dan sifatnya, lalu mengapa umat terdahulu oleh Allah s.w.t. tidak diberikan kemaslahatan pengetahuan mengenai hal itu, maka jawabannya adalah bahwa mereka itu bukannya tidak memperoleh manfaat dari mukjizat-mukjizat Al-Qur’an, tetapi sesungguhnya mereka itu memperoleh pengetahuan sampai dengan apa yang menurut Tuhan cukup bagi mereka, sedangkan apa yang dibukakan pada masa kini adalah untuk kemaslahatan manusia sekarang ini.Segala hal yang menjadi dasar keimanan, yang melalui penghayatan dan pengamalannya seseorang disebut Muslim, telah dinyatakan secara tegas di setiap zaman… (Karamatus Sadiqin, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 7, hal. 60-62, London, 1984).


Read more!
posted by Gosya Center @ 22.46   0 comments
KEUTAMAAN SHALAT JUMAT
Rabu, 25 November 2009
KEUTAMAAN SHALAT JUMAT
KHUTBAH JUM’AT
HAZRAT AMIRUL MU’MININ KHALIFATUL MASIH V atba.
Tanggal 18 September 2009 dari Baitul Futuh London UK
PENTINGNYA SHALAT JUM’AT DI DALAM I
SLAM



“Hai orang-orang yang beriman! Apabila kamu dipanggil untuk shalat pada hari Jum’at, maka bergegaslah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah segala urusan jual-beli. Hal demikian adalah yang paling baik bagi kamu, sekiranya kamu mengetahui. Dan apabila shalat itu telah selesai, maka bertebaranlah kamu dibumi dan carilah karunia Allah, dan ingatlah kepada Allah banyak-banyak, supaya kamu mendapat kebahagiaan. Dan apabila mereka melihat suatu perniagaan atau hiburan, maka berhamburanlah mereka menuju kesibukan itu dan meninggalkan engkau berdiri seorang diri. Katakanlah, apa yang ada disisi Allah itu lebih baik dari pada hiburan dan perniagaan, dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi Rizki.” (Al Jum’at : 10-12)

Terlebih dahulu saya ingin menyampaikan rasa gembira dan rasa syukur kepada Allah swt bahwa dengan karunia-Nya setiap hari Jum’at didalam bulan Suci Ramadhan ini selalu ramai sekali orang-orang datang untuk menunaikan salat Jum’at di Masjid Baitul Futuh ini,

dan demikian ramainya sehingga mesjid ini penuh sampai kekurangan tempat untuk mereka. Dan terpaksa pintu-pintu dibuka sampai ke-gallery penuh dengan orang-orang yang shalat. Lebih-lebih pada hari Jum’at terakhir bulan Ramadhan yang dikenal sebagai Jum’atul wida ini banyak orang-orang yang duduk melimpah sampai keluar ruangan.






Setiap anggota Jema’at harus betul-betul paham bahwa sesungguhnya menaruh perhatian lebih untuk menunaikan salat Jum’at itulah yang patut disebut Jum’atul wida yang hakiki (menyambut hari Jum’at). Demi menyambut salat Jum’at itu kita meninggalkan semua kegiatan jual-beli atau kegiatan-kegiatan lainnya agar kita meraih barkat-barkat Allah swt yang dilimpahkan didalam hari Jum’at ini. Dan sambil meraih berkat-berkat itu, sesuai dengan perintah Tuhan, setelah menunaikan salat Jum’at boleh kembali kepada kesibukan dunia disertai dengan doa dan, kita tidak boleh melupakan zikir kepada Allah swt. Dan harus berusaha menunaikan ibadah-ibadah lagi sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Keluar dari masjid setelah menunaikan salat Jum’at hari ini kita harus mempunyai kerinduan untuk menyambut Hari-hari Jum’at berikutnya. Sehingga kita tidak perlu menunggu Jum’atul wida yang tampil hanya satu tahun sekali pada penghujung bulan Ramadhan itu.


Jangan sampai orang-orang yang mempunyai rasa takut hakiki kepada Tuhan menjadi lupa bahwa masih ada lagi sebanyak 51 atau 52 kali Jum’at dalam setahun, yang untuk menyambutnya demikian penting seperti menyambut hari Jum’at terakhir bulan Ramadhan ini. Boleh saja hari Jum’atul wida ini disambut secara khas terutama oleh orang-orang yang mempunyai kemalasan sepanjang tahun untuk menunaikan salat Jum’at, pada hari Jum’at ini kita harus berjanji bahwa seperti menyambut hari Jum’at terakhir bulan Ramdahan ini kita akan menyambut setiap hari Jum’at yang akan datang berikutnya. Akan tetapi setelah selesai menunaikan salat Jum’at hari ini kita tidak boleh lupa kepada semua keburukan, kemalasan, kelalaian, kekurangan, bahkan sebaliknya akan selalu ingat dan berusaha meninggalkan semua keburukan itu, kemudian akan berusaha memperbaiki diri. Dengan karunia Allah swt seperti pemandangan yang tengah kita saksikan dimesjid Baitul Futh ini yang sangat menggembirakan, saya mengharapkan semoga dimesjid-mesjid Jema’at lainnya diseluruh dunia memperlihatkan


pemandngan seperti in juga. Dan saya berdoa semoga keadaan ramainya mesjid seperti ini diwaktu menunaikan salat Jum’at tetap berjalan seperti ini. Bahkan untuk selalu mencapai keadaan seperti ini setiap orang Ahmadi juga harus berdoa. Seperti pada zaman sekarang ini setiap orang Ahmadi mempunyai tanggung jawab sangat besar sekali, sebab telah terbukti dari ayat Qur’an surat Al Jum’at ruku terakhir yang telah saya tilawatkan pada permulaan Khutbah ini, yang dimulai dengan seruan : “Wahai orang-orang yang beriman ! Apabila kalian dipanggil untuk menunaikan salat Jum’at maka hanya satu yang kalian harus lakukan, yaitu salat Jum’at. Semua pekerjaan lainnya harus ditinggalkan.”


Jika kita baca ayat sebelumnya, disitu nampak sedang dibahas tentang orang-orang Yahudi yang sebelumnya telah diturunkan kepada mereka Kitab Taurat namun mereka tidak mengamalkannya. Selain itu mereka telah menolak Hazrat Rasulullah saw sekalipun nubuwatanya telah dijelaskan kepada mereka. Memang mereka harus menolak, sebab mereka telah melupakan ajaran kitab mereka itu. Dan mereka sudah terbiasa mengemukakan berbagai macam alasan, sebagaimana Allah swt berfirman bahwa mereka telah meninggalkan perbuatan amal saleh yang diwajibkan atas mereka. Keadaan mereka dimisalkan seperti seekor keledai memikul muatan kitab-kitab, mereka telah melupakan kewajiban ibadah setiap minggu yang telah diwajibkan atas mereka, yaitu hari Sabbat yang merupakan hari khas bagi mereka untuk beribadah kepada Allah swt, namun telah mereka lupakan bahkan pada hari khas itu mereka melakukan berbagai macam perbuatan yang tidak disukai oleh Allah swt. Bagaimanapun Hari Sabat adalah hari muqaddas hari khas dan berberkat yang telah ditetapkan oleh Allah swt bagi orang-orang Yahudi untuk melakukan ibadah kepada-Nya. Didalam hari itu telah ditetapkan beberapa batasan dan larangan yang harus ditaati oleh orang-orang Yahudi. ?Seperti telah dijelaskan didalam Kitab Suci Alqur’an sebagai berikutt:


???????? ?????????? ?????????? ?????????? ???????? ???? ????????? ????????? ?????? ????????? ???????? ??????????


Artinya: “Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui orang-orang diantara kamu yang melanggar peraturan mengenai Hari Sabat. Maka Kami berfirman kepada mereka: Jadilah kamu sekalian kera yang hina". (Al Baqarah : 66) Oleh sebab perlakuan demikian itu orang-orang Yahudi telahpun mendapat hukuman dari Allah swt.


Setelah menjelaskan keadaan orang-orang Yahudi demikian Allah swt mengingatkan orang-orang Mukmin bahwa mereka harus menunaikan Salat Jum’at. Dan jelaslah dari peristiwa itu, apabila orang-orang Mukmin tidak mau menunaikan hak kewajiban hari yang muqaddas (suci) ini maka hukuman seperti yang telah menimpa orang-orang Yahudi-pun bisa berlaku terhadap diri orang-orang mukmin. Sebagaimana bagi setiap kaum mempunyai hari berberkat seperti hari Sabat itu, bagi orang-orang Mukmin juga mempunyai Hari Sabat atau hari muqaddas yaitu hari Jum’at. Maka setiap orang Muslim harus menjaga dan memenuhi hak kewajiban hari muqaddas ini yaitu hari Jum’at dan didalamnya harus banyak-banyak memanjatkan doa dan berzikir kepada Allah swt. Cara memenuhi hak kewajibannya adalah, apabila dipanggil untuk salat Jum’at, maka orang-orang mukmin harus segera meninggalkan semua pekerjaan dan semua kegiatan bisnis atau perniagaan mereka dan segera pergi menuju Masjid untuk menunaikan salat Jum’at dan mendengarkan khutbah Imam yang telah ditetapkan. Jika seandainya alasan dibuat-buat bahwa pada zaman sekarang ini banyak sekali kebisingan, kami tidak bisa mendengar suara azan, maka sesungguhnya untuk itu Allah swt telah menyediakan sarana lain untuk memantau atau mengetahui dengan pasti tibanya waktu untuk salat Jum’at, yaitu berupa jam. Didalam Hand Phone juga berbagai macam suara bisa direkam dan bisa dijadikan alat untuk mengingatkan tibanya waktu salat Jum’at (dengan alarm system). Suara azanpun bisa direkam didalam Hand Phone untuk mengingatkan tiba waktunya salat Jum’at. Orang yang ada disekitar juga bisa mendengar suara azan itu sehingga dia bisa menjadi sarana untuk tabligh.


Pendeknya kewajiban salat Jum’at sama-sekali tidak boleh dilalaikan. Sehubungan dengan itu Hazrat Khalifatul Masih I r.a. bersabda: “Pada zaman ini yang dimaksud dengan ????????? ?????????? ?????????? 9 (ya ayyuhalladziina aamanu) wahai yang orang-orang beriman maksudnya yang diseru itu adalah orang-orang yang telah beriman dan menjadi murid-murid Hazrat Masih Mau’ud a.s.


Memang tidak ragu-ragu lagi yang diseru itu seluruh orang-orang beriman, akan tetapi kenyataannya bahwa kepentingan menunaikan salat Jum’at ini telah dikaitkan dengan kedatangan Hazrat Masih Mau’ud a.s. secara khas sehingga mempunyai kedudukan yang sangat penting sekali. Orang-orang Muslim non Ahmadi, sekalipun mereka menamakan diri orang-orang Muslim, menamakan diri orang-orang mukmin, disebabkan mengingkari dakwah Hazrat Masih Mau’ud a.s. mereka menjadi orang-orang yang tepat penyempurna firman Tuhan berikut ini: ???????????????? ???????? ????????? ?????????????? ????????‌? Artinya : Adakah kamu beriman kepada sebagian Alkitab dan ingkar kepada sebagian lainnya? (Albaqarah : 86) Jadi Mukmin hakiki adalah yang sungguh-sungguh beriman kepada setiap hukum Alqur’an dari awal sampai akhir, sejak dari zaman Adam a.s. sampai kepada zaman Hazrat Masih Mau’ud a.s. yaitu beriman kepada semua Nabi-nabi.


Jadi hari Jum’at ini harus diberi perhatian yang sangat penting sebab ia merupakan tanggung jawab kita yang sangat besar sekali sehingga untuk itu kita tinggalkan semua kegiatan perniagaan. Zaman Hazrat Masih Mau’ud a.s. ini sangat erat kaitannya dengan berbagai macam perniagaan, dan setiap jenis perniagaan telah mencapai puncak kemajuan yang luar biasa. Dari persediaan stock market yang kian meningkat bisa diperhitungkan sampai dimana kemajuan ekonomi suatu negara. Kesibukan perniagaan demikian ketatnya jika lengah sekejap matapun akan menjadi penyebab kerugian yang sangat besar. Kesibukan seperti dizaman Hazrat Masih Mau’ud a.s. sekarang ini tidak pernah terjadi dimasa sebelumnya. Sehingga nilai pentingnya waktu sangat diarasakan semakin meningkat. Walaupun demikian Allah swt berfirman: “Betapapun besarnya perniagaan dan berapapun banyaknya waktu yang diperlukan untuk itu sedikitpun tidak ada nilainya dibanding dengan pentingnya ibadah Jum’at kita. Dengan melupakan semua kepentingan perniagaan dan berapapun besarnya kerugian yang akan dihadapi menurut perhitungan manusia, menyambut seruan Tuhan untuk ibadah Jum’at jauh lebih penting sekali. Bagi perniagaan kecil ataupun menengah-pun tidak ada alasan yang bisa dibuat untuk meninggalkan ibadah Jum’at ini.


Jadi kita orang-orang Ahmadi adalah orang-orang mukmin zaman sekarang, yang mempunyai kewajiban penuh untuk menjaga ibadah Jum’at jangan sampai tercecer. Barulah kita akan memperoleh berkat-berkat hakiki dari bimbingan dan petunjuk Imam Zaman, Hazrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. Dan barulah kita akan mampu menyerap rahmat dan karunia-Nya untuk meraih keridhaan-Nya.


Berkenaan dengan pentingnya ibadah Jum’at didalam riwayat yang disampaikan oleh Hazrat Abu Hurairah r.a. Hazrat Rasulullah saw telah bersabda: “Dihari Qiamat sekalipun kita termasuk golongan kaum akhirin namun kita akan menjadi golongan assaabiquun (maju paling dahulu), hari yang istimewa telah diwajibkan kepada mereka (orang-orang Yahudi) untuk beribadah lebih awal dari kita, namun mereka sudah tidak menghargainya lagi dan didalamnya mereka saling bertentangan satu sama lain, sehingga Allah swt berpaling dari mereka dan menaruh perhatian kearah kita untuk memberi bimbingan. Sekarang mereka itu akan datang dibelakang kita, orang-orang Yahudi akan datang satu hari sesudah kita dan orang-orang Nasrani akan datang hari esoknya lagi (lusa).”


Hadis tersebut terdapat didalam Kitab Hadis Bukhari Babul Jum’at dan hadis tersebut sangat diperlukan penjelasannya. Diantaranya saya ingin memberitahukan bahwa Hazrat Khalifatul Masih II r.a. telah menugaskan Hazrat Sayed Waliullah Shah Sahib r.a. untuk menghimpun hadis-hadis dari Kitab Hadis Bukhari lalu memberi penjelasan sesuai dengan keperluannya. Sekarangpun telah saya perintahkan untuk melanjutkan karya itu dan alhamdulillah beberapa jilid dari Kitab Hadis Bukhari dan Kitab Hadis Muslim juga sudah selesai dicetak. Bagaimanapun Hazrat Shah Sahib r.a. telah menulis penjelasannya tentang hadis tersebut secara panjang lebar.


Didalam hadis itu diterangkan tentang diwajibkannya salat Jum’at dan tentang pentingnya ibadah Jum’at itu. Beberapa fuqaha (ahli fiqih) telah menjelaskan juga bahwa ibadah Jum’at bukanlah fardu kifayah (artinya dengan hanya beberapa orang yang melaksanakan sudah cukup), melainkan fardu ‘ain (wajib) bagi semua, seperti wajibnya menunaikan salat lima waktu, tidak boleh ditinggalkan tanpa alasan. Setelah itu dibahas tentang arti Sabat menurut lughat. Dan didalam tarikh orang-orang Yahudi dikatakan bahwa dahulu Hari Sabat mereka itu juga ditetapkan Hari Jum’at bagi orang-orang Yahudi. Namun mereka telah merubahnya menjadi Hari Sabbat (Sabtu). Hazrat Shah Sahib menjelaskan bahwa perkataan Sabbat menurut arti lughat adalah rehat (istirahat) dengan meninggalkan semua kegiatan kerja. Dan menurut istilah Sabbat artinya : Meninggalkan semua kegiatan sepenuhnya lalu sibuk didalam ibadah kepada Allah swt. Pada Hari Sabbat itu telah ditetapkan secara khas bagi Bani Israil semata-mata untuk beribadah kepada Allah swt seperti yang telah disebutkan didalam Kitab Keluaran Bab 31 ayat 14 sampai dengan 16. Namun akhirnya hukum Ilahi ini telah dilupakan dan diabaikan oleh mereka dan tidak dilaksanakan lagi. Oleh sebab itu mereka mendapat hukuman dari Allah swt.

Hari Jum’at bagi orang-orang Mukmin tidak seperti Hari Sabat telah ditetapkan kepada Kaum Bani Israil. Tentang itu Allah swt telah menjelaskan didalam Kitab Suci Alqur’an sebagai berikut : ???????? ?????? ????????? ????? ?????????? ???????????? ?????? artinya : Sesungguhnya Hari Sabbat telah dijadikan ujian bagi mereka yang telah melakukan perselisihan paham tentang itu. (An Nahl:125)

Maksud ayat ini bukanlah Hari Sabtu itu ditetapkan pada hari ketujuh. Jika orang-orang Kristen bisa merubah waktu hari Sabtu kepada Hari Minggu, maka orang-orang Yahudi juga tidak jauh dari perkiraan telah merubah hari Jum’at menjadi Hari Sabbat, sebagai bukti tarikh dan sumber-sumber lainnya telah membenarkannya, bahwa orang-orang Yahudi juga pada masa pelarian dari negeri mereka disebabkan kekerasan dimasa Kerajaan Babilon dan Kerajaan Persia yang cukup lama telah dipengaruhi oleh akidah dan perbuatan-perbuatan syirik bangsa-bangsa itu. Dan disebabkan pengaruh syirik bangsa-bangsa itu mereka telah merubah akidah asas dan meninggalkan adat kebiasaan mereka sendiri. Sesungguhnya orang-orang Yahudi itu pernah menganggap Hari Jum’at itu hari suci mereka. Maka sesuai keputusan penguasa Bangsa Rumania dan keputusan hakim-hakim mereka nampak dengan jelas sekali pada Hari Jum’at dan hari Sabat secara hukum terdapat larangan bagi orang-orang Yahudi tidak boleh dipanggil kepengadilan pada kedua hari tersebut. Akhirnya dari tarikh telah terbukti bahwa orang-orang Yahudi telah banyak melakukan pelanggaran terhadap Sabbat sehingga para Anbiya-pun mengatakan bahwa musibah dan azab telah banyak menimpa mereka disebabkan pelanggaran-pelanggaran itu. Hazrat Nabi Musa a.s. juga telah menubuwatkan bahwa pelanggaran terhadap Sabbat akan menjadi penyebab jatuhnya Kaum Bani Israil. Semua kenyataan itu telah membuktikan kebenaran sabda Hazrat Rasulullah saw yang telah disebutkan diatas.

Setelah 1500 tahun kemudian, dengan karunia Allah swt, orang-orang Mukmin pada masa sekarang berusaha keras untuk menunaikan salat Jum’at bagaimanapun kerasnya halangan dan hambatan yang mereka hadapi didalam kehidupan mereka. Penduduk sebuah kota yang ramai dengan orang-orang Muslim, diantara mereka pasti pergi menunaikan ibadah Jum’at walaupun sedikit. Dan selama mereka patuh berkumpul untuk menunaikan ibadah pada Hari Jum’at itu, mereka akan terus memperoleh barkat-barkat dari Allah swt. Dan pada zaman sekarang ini, sebagaimana telah saya katakan sangat erat hubungannya dengan dibangkitkannya Hazrat Masih Mau’ud a.s.. Oleh sebab itu ibadah Jum’at memiliki banyak barkat dan memiliki kepentingan yang lebih besar lagi. Itulah sebabnya setiap orang Ahmadi harus mematuhinya dan menaruh perhatian secara khas terhadap ibadah Jum’at.

Jadi, sesuai dengan sabda Hazrat Rasulullah saw Allah swt sentiasa memberi bimbingan kepada kita untuk melaksanakan ibadah Jum’at itu. Hal itu menjadi kewajiban kita semua untuk selalu siap menunaikan perintah itu, supaya kita jangan menjadi mangsa hukuman atau azab Tuhan disebabkan melakukan pelanggaran terhadap perintah itu. Didalam Kitab Suci Alqur’an Allah swt telah memberitahu peristiwa-peristiwa mengerikan yang telah menimpa kaum Yahudi atau Bani Israil, oleh sebab itu kita harus berjaga-jaga jangan sampai peristiwa-peristiwa semacam itu menimpa diri kita.

Sesungguhnya mula-mula orang-orang Yahudi telah memulai ibadah khas itu pada Hari Jum’at, sebagaimana telah dibuktikan dari Tarikh oleh Hazrat Syah Waliullah Shah Sahib, namun kemudian mereka merubah dan meninggalkannya. Memang mereka harus meninggalkan hari khas mereka itu dan menggantinya dengan hari lain. Hal itu telah dibuktikan kenyataannya dari hadis-hadis Rasulullah saw. Mereka telah meninggalkan hari Jum’at itu, sebab Hari Jum’at itulah yang memang akan menjadi Hari yang sangat berberkat bagi Nabi Muhammad saw dan ummat beliau. Sehingga Hazrat Rasulullah saw telah menjelaskan secara terbuka mengapa kedudukan Hari Jum’at itu sangat penting bagi kita. Sebab Jum’at adalah hari lahir dan hari wafat Nabi Adam a.s. Dan Hazrat Adam a.s. mempunyai martabat khas dari segi bermulanya kehidupan keruhanian kita. Tentang mana Allah swt telah menurunkan firman-Nya dengan jelas didalam Kitab Suci Alqur’an. Dan Hazrat Masih Mau’ud a.s. juga telah dipanggil dengan nama Adam a.s. oleh Allah swt. Dan pada zaman sekarang ini kehidupan kembali Agama Islam sangat erat hubungannya dengan beliau a.s. Jadi, pemeliharaan terhadap nilai hari Jum’at sangat penting sekali bagi orang-orang Ahmadi. Selama kita bersemangat memeliharanya maka kita akan selalu memperoleh banyak berkat dari padanya dan barkat-barkat itu sangat erat kaitannya dengan dibangkitkannya Hazrat Masih Mau’ud a.s.

Berkenaan dengan sangat pentingnya ibadah Hari Jum’at saya akan kemukakan beberapa Hadis Rasulullah saw. Diantaranya hadis yang diriwayatkan oleh Hazrat Aos r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Hari-hari kamu yang paling istimewa adalah hari Jum’at, sebab pada hari itu Hazrat Adam lahir dan pada hari itu juga beliau wafat, pada hari itu ruh ditiupkan dan pada hari itu beliau jatuh pingsan, oleh kerana itu banyak-banyak-lah mengirim shalawat pada hari itu kepadaku, sebab shalawat kalian pada hari itu juga dipersembahkan Tuhan kepada-ku”

Hadis berikutnya yang diriwayatkan oleh Abu Lubabah r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Hari Jum’at adalah penghulu semua hari. Dan hari itu hari yang paling agung disisi Tuhan dan hari Jum’at itu lebih besar dari yaumul Adha dan dari yaumul Fitri disisi Tuhan. Hari itu mempunyai lima macam kelebihan. Pertama, pada hari itu Allah swt melahirkan Hazrat Adam a.s. Kedua, pada hari itu Allah swt menurunkan Hazrat Adam keatas bumi. Ketiga, pada hari itu Allah swt mewafatkan Hazrat Adam a.s. Keempat, pada hari itu terdapat satu saat yang khas, apapun yang diminta oleh manusia pada saat itu kecuali barang haram, dikabulkan oleh Allah swt. Kelima, pada hari itu juga Qiamat akan terjadi. Pada hari itu semua Malaikat, langit, bumi, lautan dan gunung-gunung akan gemetar ketakutan.

Dari hadis-hadis tersebut menjadi jelas bahwa betapa pentingnya hari Jum’at itu. Sebagaimana Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Banyak-banyaklah kalian mengirim shalawat kepada-ku”. Dan pada hari Jum’at harus betul-betul mendapat perhatian secara khusus untuk mengirim shalawat kepada beliau saw, sebab dikabulkannya doa-doa sangat erat sekali kaitannya dengan membaca shalawat kepada Hazrat Rasulullah saw. Didalam Alqur’anul Karim Allah swt berfirman:

????? ??????? ?????????????? ??????????? ????? ??????????? ???????????? ?????????? ????????? ???????? ???????? ???????????? ??????????? ‏

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengirimkan rahmat-Nya kepada Nabi ini dan para Malaikat-Nya mendoakan dia. Wahai orang-orang mukmin !! Kamupun harus mengirimkan shalawat atas dia , Nabi ini, dan sampaikanlah salam kepadanya dengan doa keselamatan.” (Al Ahazab 57)

Maka sesuai dengan sabda Hazrat Rasulullah saw bahwa pada hari Jum’at itu terdapat satu saat yang menjadi terkabulnya doa, jadi doa yang telah diajarkan oleh Allah swt, yaitu cara untuk mengirimkan shalawat kepada beliau, jika hal itu kita lakukan maka doa-doa yang dipanjatkan pada waktu-waktu lain, berkat doa atau shalawat yang dikirmkan pada hari Jum’at itu akan memberi kesan kemakbulan juga kepadanya. Jadi, mengirim shalawat kepada Hazrat Rasulullah saw pada hari Jum’at harus kita perhatikan dan kita jaga sepenuhnya. Dan juga merupakan karunia Allah swt bahwa setelah menunaikan ibadah Jum’at orang-orang Muslim diizinkan untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan pekerjaan atau perniagaan mereka, tidak diwajibkan beribadah sehari penuh. Akan tetapi izin itu mempunyai syarat-syaratnya. Pertama, jangan lupa berzikir kepada Allah swt. Kedua, mencari karunia Allah swt. Orang-orang yang selalu ingat kepada hal itu, apabila ia sedang bekerja ia akan ingat bahwa pekerjaan yang tengah ia lakukan itu sesuai atau tidak dengan firman Allah swt, yaitu carilah karunia dari pada-Ku, maka serentak akan timbul pikiran didalam hatinya, jangan-jangan pekerjaannya itu dipengaruhi keserakahan benda-benda duniawi. Semoga kegiatan bisnis-ku, kegiatan pekerjaan-ku, kegiatan jual-beliku sesuai dengan peraturan-peraturan yang bisa membawa kejalan taqwa kepada Allah swt. Jangan sampai saya berpendapat, oleh karena kegiatan bisnis ini sifatnya duniawi, sebab itu penipuan-pun bisa diperbolehkan. Tidak, sekali-kali tidak. Abila yang dicari itu karunia Allah swt, maka setiap urusan kita harus bersih dan transparant. Yang kedua beliau bersabda bahwa kita harus banyak-banyak berzikir mengingat Allah swt. Dari hal itu semua tentu akan timbul pikiran bahwa kita harus menjaga kegiatan ibadah kita kepada Allah swt jangan sampai lalai. Keduanya, jika pekerjaan-ku ini baik tentu akan mendapat kemajuan yang baik, sebabnya saya tawakkul sepenuhnya kepada Allah swt.

Selanjutnya didalam ayat terakhir Surah Jum’at itu difirmankan : ????????? ?????? ????????????? artinya : dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi Rizki.” (Al Jum’at : 10-12) . Jika terdapat berkat didalam urusan niaga, maka pasti barkat itu turun dari Allah swt. Jika mendapat relasi atau koneksi dalam bisnis, itu juga karena kurnia dari Allah swt. Oleh sebab itu pada zaman ini apabila kalian telah menerima kebenaran Hazrat Masih Mau’ud a.s. maka semua keserakahan duniawi, keburukan dan permainan sia-sia harus jauh dari kalian. Jika hal itu semua tidak dibuang jauh-jauh maka keadaan kalian akan seperti orang yang telah bai’at kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. siap mengurbankan jiwa-raga, harta dan kehormatan, akan tetapi Hazrat Masih Mau’ud a.s. kalian tinggalkan berdiri sendirian. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bermaksud untuk mengumpulkan kalian dan membawa kalian masuk kedalam Jema’at beliau a.s., namun setelah itu kalian melupakan-nya semua.

Setiap orang Ahmadi harus selalu ingat untuk datang ke mesjid demi menjalankan ibadah Jum’at, atau jika belum ada mesjid hendaklah berkumpul di salah satu tempat atau rumah untuk ibadah Jum’at. Maka hari Jum’at terakhir bulan Ramadhan ini jangan hanya untuk memperlihatkan penuhnya mesjid untuk beribadah Jum’at hari ini saja. Melainkan sepanjang tahun pemandangan seperti ini harus nampak kepada kita, sehingga masjid kita sudah semakin sempit untuk menampung orang-orang yang beribadah Jum’at.

Saya akan kemukakan hadis-hadis lain lagi mengenai pentingnya ibadah Jum’at, sehingga akan diketahui beberapa masalah tentang Jum’at.

Diriwayatkan oleh Hazrat Jabir r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Setiap orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya telah diwajibkan diatas mereka untuk menunaikan salat Jum’at pada hari Jum’at, kecuali orang sakit, musafir, perempuan, anak-anak dan ghulam atau sahaya. Barangsiapa yang melalaikan ibadah Jum’at disebabkan kelalain dan perniagaan maka Allah swt akan berlaku tidak acuh kepadanya. Sesungguhnya Allah swt Maha Ghani dan Maha Terpuji.”

Hazrat Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda : “Terhadap amal-amal kebaikan yang dilakukan pada hari Jum’at Allah swt memberi ganjarannya berlipat kali ganda”. Jadi setiap kebaikan yang dikerjakan pada hari Jum’at selain dari pada ibadah Jum’at Allah swt memberi ganjarannya berlipat-lipat kali ganda. Sesungguhnya tidak ada kebaikan lain lagi selain dari pada mengamalkan hukum-hukum Allah swt. Dan hukum-hukum itupun sudah termasuk didalam kewajiban yang harus dilaksanakan. Maka datang ke mesjid untuk menunaikan salat Jum’at adalah amalan yang paling besar untuk meningkatkan kebaikan. Dan amalan itulah yang bisa membedakan dan untuk mengenal siapa mukmin sejati dan siapa orang munafiq. Sebagaimana terdapat didalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Hazrat Ibnu Abbas r.a. katanya, Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang meninggalkan salat Jum’at tanpa alasan maka didalam daftar amalan manusia akan ditulis munafiq, yang tidak bisa dihapus daripadanya dan tidak pula bisa dirubah.”

Didalam sebuah riwayat lagi yang disampaikan oleh Hazrat Abu Jiyad Bin Ambri r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang malas datang untuk salat Jum’at sebanyak tiga kali bertutut-turut maka Allah swt memberi noda dihati orang itu. Apabila noda itu sudah melekat didalam hatinya maka kekuatan-nya untuk melakukan amal-amal saleh akan semakin berkurang terus-menerus”. Dari Hazrat Salman Farsi r.a. diriwayatkan katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at dan melakukan kebersihan dirinya sesuai kemampuannya, menggunkan minyak dan minyak wangi, kemudian keluar menuju Masjid untuk salat Jum’at, sampai dimesjid ia lakukan salat yang diwajibkan kemudian apabila Imam mulai membaca Khutbah ia menyimaknya dengan senyap, maka semua dosa-dosanya diantara kedua Jum’at yang lepas dan Jum’at yang sedang berjalan akan diampuni oleh Allah swt.

Sebuah riwayat lagi yang disampaikan oleh Hazrat Abu Hurairah r.a.katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Pada Hari Jum’at para Malaikat berdiri didepan pintu-pintu Mesjid. Dan mereka menulis nama orang-orang yang pertama datang ke mesjid, dan misal orang yang datang pertama ke mesjid ganjarannya seperti orang yang mengurbankan seekor unta. Dan yang datang sesudah itu ganjarannya seperti orang yang telah mengurbankan seekor lembu. Bagi yang datang sesudah itu akan menerima ganjaran seperti orang telah mengurbankan seekor domba, lalu yang datang kemudian lagi ganjarannya seperti orang yang mengurbankan seekor ayam dan yang datang terakhir ganjarannya akan diterima seperti orang yang telah mengurbankan sebutir telur".

Kemudian bersabda: “Apabila Imam sudah berdiri diatas mimbar, maka para Malaikat menutup buku Registrasinya masing-masing kemudian mereka mulai berzikir apabila Imam mulai menyampaikan Khutbah”. Didalam hadis tersebut dijelaskan mengenai ganjaran dan peringatan untuk mendengarkan khutbah. Didalam suatu Majlis dimana para Malaikatullah juga duduk bersama-sama bisa dibayangkan betapa berberkatnya Majlis itu.

Terdapat sebuah riwayat lagi yang disampaikan oleh Hazrat Ibnu Abbas r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang bercakap pada hari Jum’at diwaktu Imam sedang berkhutbah maka ia diumpamakan dengan seekor keledai yang bermuatan buku-buku diatas punggungnya dan barangsiapa yang berbicara untuk melarang orang lain bercakap maka batallah salat Jum’atnya”. Jadi, bercakap untuk melarang orang lain-pun supaya berhenti bercakap tidak diperbolehkan. Jika ada kanak-kanak berbuat bising hendaklah dipegang anak itu lalu dibawa ketempat lain. Dan jika ada orang bercakap-cakap diwaktu Imam sedang berkutbah hendaklah dilarang dengan isyarah tanpa mengeluarkan suara.

Hazrat Jabir Bin Abdullah r.a. meriwayatkan katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Apabila seseorang terlambat datang ke mesjid dan Imam sedang berkhutbah maka ia harus segera mengerjakan sunnah dua raka’at dengan ringkas, setelah itu dengarkanlah khutbah.”

Hazrat Umar r.a. meriwayatkan katanya: “Saya bersama Abdullah Bin Mas’ud pergi untuk salat Jum’at. Kami lihat di Mesjid sudah ada tiga orang datang lebih dahulu dan yang keempat saya sendiri. Dan saya mendengar Hazrat Rasulullah saw bersabda bahwa: “Pada Hari Qiamat manusia akan duduk dihadapan Allah swt sesuai dengan saf (barisan) yang biasa dilakukan pada Hari Jum’at, baris pertama, kedua, ketiga, keempat dan baris keempat tidaklah begitu jauh jaraknya”. Demikianlah pentingnya mengambil barisan terdepan secepatnya diwaktu hari Jum’at. Didalam sebuah riwayat disampaikan lagi oleh Samurah r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Datanglah selalu ke mesjid untuk sembahyang Jum’at dan duduklah selalu dekat dengan Imam, orang yang datang kemesjid untuk salat Jum’at paling belakang maka dia akan paling belakang pula masuk Surga, padahal dia berhak untuk masuk Surga”. Manusia banyak berbuat kebaikan. Akan tetapi jika ia lalai menunaikan salat Jum’at sehingga hatinya diberi noda maka kebaikannya itu lambat laun akan habis pula, sehingga ia luput tidak bisa masuk surga.”

Dalam sebuah riwyat yang disampaikan oleh Hazrat Ubaid Bin Sawad r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda pada hari Jum’at: ”Wahai Jema’at orang-orang Muslim!! Sesungguhnya hari Jum’at ini telah dibuat oleh Allah swt sebagai Hari Ied bagi kalian. Maka mandilah selalu pada Hari ini dan barangsiapa yang mempunyai minyak wangi gunkanlah minyak wangi itu dan lakukanlah miswak (tooth brush) atau menyikat gigi.” Jadi, itulah perkara-perkara penting yang berkaitan dengan salat Jum’at yang harus selalu kita perhatikan baik-baik.

Hazrat Masih Mau’ud a.s menambahkan dengan menjelaskan ayat berikut ini :
?????????? ?????????? ??????? ?????????? ???????????? ?????????? ?????????? ?????????? ?????? ???????????? ???????‌?

Hari ini telah Kusempurnakan agamamu bagimu, dan telah Ku-lengkapkan nilkmat-Ku atasmu dan telah Ku-sukai bagimu Islam sebagai agama. (Al Maidah : 4)

beliau bersabda: “Ayat tersebut mempunyai dua sisi, pertama Allah swt telah mensucikan kalian dan kedua Dia telah menyempurnakan Kitab Syari’at yakni Alqur’an. Beliau bersabda lagi, ayat ini turun kepada Hazrat Rasulullah saw pada Hari Jum’at. Seorang Yahudi berkata kepada Hazrat Umar r.a. pada hari ayat ini turun pasti merayakan Id tanda gembira. Hazrat Umar r.a. berkata : Hari Jum’at adalah memang hari Ied bagi kami. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa Hari Ied

itu lebih afdal dari pada Hari-hari Ied lainnya, sebab hari itu jatuh pada hari Jum’at, dan pada hari Jum’at Hazrat Adam a.s. telah lahir dan ayat terakhir dari Alqur’an juga turun pada hari Ied yakni Hari Jum’at. Jadi kita telah mempercayai sebuah Agama yang sangat agung dari segala seginya. Dan Allah swt telah menyempurnakan segala-galanya bagi agama yang agung ini. Sehingga orang-orang Yahudi-pun terpaksa mengagumi dan menghormati ayat terakhir yang turun pada hari Ied itu. Jadi, Tuhan Yang telah menyempurnakan Agma ini dalam bentuk Alqur’anul Karim yang diturunkan kepada Hazrat Rasulullah saw, dan Tuhan-lah juga Yang telah menetapkan kewajiban-kewajiban yang sangat penting didalam Kitab itu dan memerintahkan untuk mengamalkannya. Maka untuk melaksanakan hukum-hukumnya itu hendaklah kita jangan menunjukkan sebarang kelalaian dan kemalasan. Semoga Allah swt selalu memberi taufiq kepada kita dan kepada anak keturunan kita semua untuk menjadi orang-orang yang selalu menepati kewajiban salat Jum’at sesuai dengan harapan Hazrat Masih Mau’ud a.s. Amin !!!

Alihbahasa dari Audio Urdu oleh Hasan Basri

Label:


Read more!
posted by Gosya Center @ 08.31   0 comments
SAHABAT-SAHABAT ALLAH SWT
Sabtu, 21 November 2009
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
نَحْمَدُهُ وَنُصَلِّىْعَلَى رَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَىعَبْدِهِ اْلمَسِيْحِ اْلمَوْعُوْدِ
KHUTBAH JUM’AH
HAZRAT AMIRUL MU’MININ KHALIFATUL MASIH V atba.
Tanggal 13 November 2009 dari Baitul Futuh London U.K.
TENTANG :
SAHABAT-SAHABAT ALLAH SWT

ؕ‏ اَلاَ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللّٰهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَۖ - الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَؕ‏ - لَهُمُ الْبُشْرٰى فِىْ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِىْ الاَخِرَةِ‌ؕ لاَ تَبْدِيْلَ لِـكَلِمٰتِ اللّٰهِ‌ؕ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُؕ‏
Artinya : Ingatlah ! Sesungguhnya sahabat-sahabat Allah itu tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan berduka cita--Orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa-Bagi mereka ada khabar suka dalam kehidupan didunia dan juga di akhirat- tak ada perubahan didalam firman-firman Allah-itulah kemenangan yang besar. (Yunus : 63-65)
Didalam ayat ini Allah swt menjelaskan tentang keadaan dan sifat-sifat wali Allah, yaitu tidak ada rasa takut menimpa diri mereka, yang kedua, mereka tidak merasa sedih atau duka cita. Mereka itu mempunyai iman yang kamil dan sempurna dan meningkat terus didalam ketaqwaan mereka. Dan mereka yang menjadi wali atau sahabat Allah swt maka Allah swt menjadi wali atau sahabat mereka dan didunia jini juga mereka menerima khabar-habar suka dari Allah swt dan diakhirat juga.

Itulah rangkaian nikmat-nikmat yang dianugerahkan Allah swt terhadap orang-orang mukmin yang sejati. Yakni berkat adanya ikatan hakiki dengan Allah swt dan adanya amal-amal saleh yang selalu dilakukan orang-orang mukmin, sehingga mereka merasa hidup tenteram tidak ada kesedihan atau kesusahan yang menimpa mereka. Bisa saja timbul marabahaya, sehingga terpaksa harus menjalani berbagai macam ujian dan percobaan, akan tetapi orang mukmin sejati akan merasa tenteram sekalipun didunia ini menghadapi banyak kerugian berupa harta-benda ataupun jiwa raga, sebab Allah swt pasti akan mengganti sepenuhnya. Dan jika terjadi kerugian jiwa-raga atau nyawa, pastilah Allah swt akan menganugerahkan nikmat-nikmat-Nya dialam akhirat nanti. Begitu sempurna dan melimpahnya nikmat-nikmat itu sehingga berada diluar jangkauan pikiran manusia. Akan tetapi untuk itu Allah swt telah menetapkan syaratnya yang pertama yaitu manusia harus menyempurnakan hak kewajibannya sebagai sahabat Allah swt. Untuk persabatan duniawi saja kadangkala manusia harus mengeluarkan banyak jenis pengurbanan. Untuk menjadi sahabat Allah swt dan untuk menunaikan hak-haknya secara sempurna, manusia bukan hanya bersiap sedia secara mental setiap sa’at, bahkan untuk itu harus bersiap melakukan hak-hak kewajiban itu secara praktikal atau secara amaliah dengan penuh keikhlasan. Jika hal itu semua telah dilaksanakan dengan sempurna maka tidak akan ada rasa takut dan rasa sedih atau duka cita yang ditimbulkan dari luar. Timbulnya rasa takut kepada Tuhan maksudnya takut jangan-jangan persahabatan dengan Allah swt akan putus atau berakhir. Sebab para wali itu terhindar dari rasa takut yang bersifat duniawi.
Imam Raghib menulis : الخَوْفُ مِنَ اللهِ takut dari Allah artinya menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan berusaha untuk patuh ta’at kepada Allah swt, berusaha menjadi hamba yang kamil dan memberi perhatian sepenuhnya terhadap ibadah kepada-Nya. Jadi, kedudukan wali Allah, tidak mudah dicapai dan tidak bisa diperoleh begitu saja tanpa usaha keras. Disatu tempat Allah swt befirman :
تَتَجَافٰى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَّطَمَعًا وَّمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ‏
Artinya : Dan sisi badan mereka terpisah dari tempat tidur mereka, yakni mereka tinggalkan tempat tidur mereka untuk menunaikan ibadah, dan mereka berseru kepada Tuhan mereka dengan ketakutan dan harapan, dan mereka membelanjakan dari apa yang telah Kami rizkikan kepada mereka. ( As Sajadah : 17)
Jadi Allah swt menjauhkan rasa takut dari dalam kalbu para wali-Nya kerana semata-mata mereka hanya takut kepada Tuhan. Mereka tidak merasa takut sedikitpun dari perkara-perkara duniawi yang dianggap menakutkan. Dan bukan hanya setakat itu, merekapun tidak takut dari segala sesuatu yang kiranya akan terjadi dimasa depan, sebab tujuan mereka bukan mencari kesenangan dunia melainkan untuk meraih kesenangan dan keridhaan Allah swt semata. Bahkan hati mereka merasa lebih tenteram dan mereka tidak merasa sedih atau duka cita terhadap perkara yang sudah terjadi dimasa lampau. Apabila Allah swt telah mema’afkan kesalahan-kesalahan mereka dan menjauhkan kelemahan-kelemahan mereka lalu Dia jadikan mereka para wali-Nya (sahabat-sahabat-Nya), Dia melindungi mereka dari akibat buruk kesalahan-kesalahan mereka juga. Demikianlah apabila Allah swt telah dijadikan sahabat oleh mereka maka dimana Dia memberi jaminan untuk menurunkan karunia-Nya, disana Dia juga memberi jaminan untuk menghapuskan dosa-dosa mereka yang mereka lakukan dimasa lampau.Tidak ada kekuatan dunia yang bisa memberi jaminan seperti itu. Jadi betapa indahnya kekuasaan Tuhan kita Yang memiliki semua kekuatan, sehingga manusia terlepas dari berbagai jenis kesedihan dan rasa takut berkat adanya ikatan yang erat dengan Allah swt. Namun sangat disayangkan sebagian besar penduduk dunia telah meninggalkan Allah swt lalu mengambil perlindungan kepada makhluk lain. Bukan hanya meninggalkan keyakinan terhadap Allah swt dan pergi kepada makhluk lain selain Allah bahkan mereka tunduk kepada para pemberontak melawan Allah swt, mereka sama-sekali tidak mempunyai perhatian terhadap Allah swt. Bahkan mereka tidak bersedia menggunakan waktu untuk memikirkan tentang Tuhan. Sebagai natijahnya sekarang manusia dengan cepat tengah menuju kearah nyala api yang berkobar-kobar. Sungguh sangat menakutkan ! Diperlukan banyak-banyak berdo’a dan banyak-banyak membaca istighfar. Sambil menjelaskan ayat : .
لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan berduka cita. Hzrat Masih Mau’ud a.s. bersabda :” Allah swt menyebut mereka wali-Nya (sahabat-Nya), padahal Tuhan adalah Ghani, tidak memerlukan sahabat atau teman dan tidak pula memerlukan sebarang bantuan dari siapapun. Oleh sebab itu Dia mempunyai keistimewaan tersendiri dengan syarat و لَمْ يَكٌ لَّهُ وَلِيٌ مِنَ الذُّلِّ Sungguh benar Allah swt membuat seseorang menjadi teman bukan karena Dia memerlukannya, tetapi disebabkan karunia dan kasih sayang-Nya Allah swt menganugerahkan kepada mereka kedekatan dengan-Nya seperti dekatnya terhadap teman. Dia tidak memerlukan seseorang sebagai teman. Faedah persahabatan dan kedekatan Tuhan dengan hamba-Nya terletak pada orang yang dijadikan-Nya sahabat atau teman oleh Allah swt. Jadi manusialah yang memperoleh faedahnya dari persahabatan Tuhan dengan manusia itu. Ingatlah apabila Allah swt memilih seseorang sebagai sahabat-Nya, artinya Allah swt mengetahui keadaan ruhani hamba-Nya itu. Dan apabila Allah swt telah memilih seseorang dan memberi kelebihan dan kemuliaan kepada-nya, maka sesungguhnya Allah swt telah melihat dan menyaksikan betul-betul keadaan ruhaninya yang terus maju mendekat kepada-Nya. Mungkin saja sebelum itu hamba-Nya seorang pelaku banyak dosa. Ia telah melakukan dosa besar atau kecil pada permulaan kehidupannya. Akan tetapi apabila ia telah menjalin hubungan sejati dengan Allah swt, maka Allah swt mema’afkan semua kesalahan dan dosa-dosanya itu. Seorang penjahat yang telah banyak melakukan dosa, baik dosa kecil maupun dosa-dosa besar, tetapi apabila ia telah menjalin hubungan yang tulus dan erat dengan Allah swt, maka Allah swt mema’afkan dosa-dosa yang telah ia lakukan sebelumya itu. Dan Tuhan tidak akan pernah membuat-nya malu baik didunia ini juga maupun diakhirat nanti. Hal ini menunjukkan betapa besarnya kebaikan Allah swt terhadap hamba-Nya, apabila ia telah mema’afkan seseorang dan berlaku kasih terhadapnya, maka Dia tidak akan pernah mengingat, bahkan melupakan semua dosa-dosa yang telah dilakukannya dimasa lampau dan Dia menutupi kelemahan-kelemahannya. Akan tetapi sekalipun kebaikan dan karunia Tuhan yang begitu besar jika manusia berlaku munafiq dalam amal perbuatannya maka akibatnya ia akan menghadapi nasib malang dan nasib yang menyedihkan.” Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda lagi : “ Demi meraih karunia dan barkat-barkat Allah swt manusia harus berusaha untuk membersihkan kalbunya. Selama kalbu belum bersih tidak akan memperoleh sesuatu dari pada Tuhan. Hendaknya apabila Allah swt melihat kalbu manusia Dia tidak mendapatkan sedikitpun kemunafiqan disudut relung kalbunya itu. Apabila keadaannya sudah demikian maka ia akan menyaksikan tajaliyyat Ilahiyah atau penampakan keagungan Ilahi. Oleh sebab itu janganlah terlintas sedikitpun suatu kemunafikan didalam kalbu manusia supaya semua perkara menjadi suci bersih. Untuk itu diperlukan ketaatan dan kejujuran yang sejati. Hazrat Nabi Ibrahim a.s. telah menunjukkan kejujurannya dihadapan Tuhan atau seperti halnya Hazrat Rasulullah saw telah menunjukkannya juga. Apabila manusia telah mulai mengikuti contoh kehidupan seperti itu maka ia pasti menjadi seorang manusia yang sangat berberkat didalam kehidupannya didunia ini juga dan dia tidak akan mendapat suatu kehinaan apapun. Dan dia tidak akan menghadapi kehidupan yang sempit disebabkan oleh kurangnya rizki dari Allah swt. Bahkan kepadanya dibukakan pintu rahmat dan karunia yang lebar oleh Allah swt. Dan ia menjadi orang yang dikabulkan do’a-do’anya oleh Allah swt. Dan Allah swt tidak akan menimpakan kehidupan yang sempit yang menyebabkan ia binasa. Bahkan Tuhan akan menjadikan kehidupannya khatmah bil khair (memberi akhir kesudahan hidupnya yang sangat baik) Ringkasnya, orang yang menjalin hubungan yang sejati dan sempurna dengan Allah swt, maka Allah swt menyempurnakan semua maksud-maksud baik yang terkandung didalam kalbunya. Allah swt tidak menjadikannya gagal didalam kehidupannya.”
Ayat kedua yang telah saya bacakan itu : الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَ artinya Orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa, orang-orang ini juga adalah para wali Allah swt. Jadi, itulah sifat-sifat khas para wali Allah swt, yaitu mereka maju terus didalam keimanan mereka. Dan mereka menjadi contoh dalam menegakkan ketaqwaan terhadap Allah swt. Didalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda : “ Apabila qiamat telah berdiri maka Allah swt akan memanggil para wali-Nya itu. Mereka akan tampil dihadapan Allah swt. Mereka akan terbagi dalam tiga grup. Tiap-tiap grup akan mempunyai jati diri mereka masing-masing`. Ketika wakil dari grup pertama dipanggil, Allah swt akan bertanya kepadanya, wahai hamba-Ku !! Amalan apa yang telah engkau lakukan sehingga engkau mendapat kedudukan seperti ini ? Ia akan menjawab: “ Wahai Tuhan-ku !! Engkau telah menciptakan Jannat, lalu Engkau telah menumbuhkan dahan-dahannya lalu menumbuhkan buah-buahannya dan menciptakan sungai-sungai, bidadari-bidadri dan apapun nikmat-nikmat yang telah Engkau sediakan sebagai ganjaran bagi orang-orang yang patuh ta’at, untuk itulah saya melakukan kebaikan-kebaikan. Dan demi meraih hal itu semua setiap malam aku bangun untuk melakukan ibadah kepada Engkau. Dan pada waktu siang hari aku melakukan puasa. Maka pada waktu itu Allah swt akan berfirman : “ Wahai hamba-Ku !! Demi mendapatkan surga ini engkau telah giat melakukan amal-amal ibadah itu kepada-Ku, maka inilah Jannat bagi engkau, masuklah kamu sekalian kedalamnya !! Dan hal ini smata-mata karunia-Ku bahwa kalian telah diselamatkan dari api neraka. Dan ini juga karunia daripada-Ku bahwa kalian dimasukkan kedalam Jannat-Ku. Maka dia bersama rekan-rekanya semua masuk kedalam Jannat itu. Sesudah itu Allah swt memanggil seorang wakil dari grup yang lain. Allah swt akan bertanya, Wahai hamba-Ku !! Untuk maksud apa kau lakukan amal soleh ? Ia akan menjawa, Hai Tuhan-Ku !! Engkau telah menjadikan Neraka Jahannam, apinya yang membakar, menghembuskan angin panas, air mendidih dan apapun yang telah Engkau sediakan bagi orang-orang yang tidak patuh ta’at bahkan melawan perintah Engkau dan yang telah dipersiapkan bagi orang-orang yang memusuhi Utusan Engkau, maka kerana mearas takut kepada benda-benda itu semua aku selalu bangun tengah malam untuk menunaikan salat nafal dan diwaktu siang hari aku berpuasa. Atas jawaban itu Allah swt akan berfirman : “ Hai hamba-Ku !! Engkau lakukan itu semua kerana takut kepada api-Ku, maka sekarang Aku selamatkan engkau dari api ini. Dan dengan karunia-Ku engkau dimasukkan kedalam Jannat (surga). Maka ia bersama semua rekan-rekan-nya masuk kedalam Jannat. Setelah itu dihadirkan grup orang-orang yang ketiga. Allah swt akan bertanya kepada mereka. Hai hamba-hamba-Ku untuk maksud apa kalian beramal soleh ?? Mereka akan menjawab : “ Wahai Tuhan kami !! Kami berbuat amal soleh demi meraih kecintaan dan kasih sayang Engkau dan demi menyempurnakan keinginan keras kami untuk berjumpa dengan Engkau.” Demi Zat Engkau !! Setiap malam kami bangun beribadah kepada Engkau dan pada siang hari kami berpuasa semata-mata kerana semangat untuk berjumpa dengan Engkau dan kerana rasa cinta terhadap Engkau.” Maka Allah swt akan berfirman : “ Mubaraklah atas kalian semua !! Dan berfirman : “ Wahai hamba-hamba-Ku !! Apa yang kalian lakukan itu kerana semangat untuk berjumpa dengan-Ku dan kerana dorongan semangat cinta terhadap-Ku, maka sekarang ambillah ganjarannya dari pada-Ku. Kemudian Allah swt menunjukkan penampakan-Nya yang khas kepada mereka. Dan semua tabir penghalang dijauhkan dari muka mereka dan Tuhan hadir dihadapan mereka. Dan akan berfirman kepada mereka : “ Wahai hamba-hamba-Ku sekarang Aku hadir dihadapan kalian pandanglah pada-Ku dan ambillah apa yang kalian inginkan dari-Ku. Kemudian Tuhan akan berfirman : “ Dengan karunia-Ku sekarang Aku selamatkan kalian dari pada api dan Aku izinkan kalian masuk kedalam surga-Ku dan akan Aku hadirkan Malaikat-malaikat kepada kalian dan Aku sendiri akan menyampaikan salam sejahtera kepada kalian semua. Maka dia bersama semua rekan-rekannya masuk kedalam Surga itu.”
Semua orang dari ketiga grup itu sesuai dengan amal soleh mereka dimasukkan kedalam golongan para wali Allah swt. Hadis ini dikuitp oleh Hazrat Muslih Mau’ud r.a. dari Tafsir Ibnu Katsir dan dicantumkan didalam Tafsir Saghir. Didalam hadis itu telah dijelaskan beberapa jenis martabah para wali Allah swt. Satu jenis wali yang menghendaki Jannat (surga) dan mereka telah beramal saleh untuk menghasilkan Jannat itu. Jenis martabah yang kedua yang takut terhadap Jahannam dan yang beramal soleh agar terhindar dari Jahannam itu. Dan jenis martabah wali yang ketiga adalah yang beramal karena mereka fana fillah, terbenam dalam kecintaan terhadap Allah swt. Dan ketiga jenis martabah wali itu ketika telah mendapat izin dari Allah swt untuk masuk kedalam Jannat-Nya, Allah swt berfirman : “ Kalian masuk kedalam surga-Ku ini bukan kerana amal perbuatan saleh kalian, melainkan kerana karunia dan kasih sayang-Ku kalian diberi ganjaran ini. Dan dari setiap grup itu seorang tampil kemuka sebagai wakil dan setelah meraih rahmat dan karunia Allah swt masuk kedalam Jannat bersama rekannya masing-masing. Grup terakhir yang terbenam dalam kecintaan terhadap Allah swt, penghulu mereka tidak syak lagi adalah Hazrat Rasulullah saw. Diwaktu menjelang akhir hayat beliau perkataan yang terucap dibibir beliau tiada lain adalah : رَفِيْقِيْ الاَعْلَى!! رَفِيْقِيْ الاَعْلَى!!. Semua perkataan yang keluar dari bibir beliau pada detik-detik mau meninggal adalah bukti nyata bahwa beliau sangat mencintai Allah swt. Dan martabah atau kedudukan yang paling tinggi sekali telah diraih oleh Hazrat Rasulullah saw.
Jadi para wali Allah swt juga mempunyai beberapa jenis martabah. Akan tetapi yang menjadi asas bagi para wali adalah iman dan taqwa yang terus meningkat. Dan para Nabi adalah wali-wali Allah swt yang mempunyai iman sangat sempurna dan selalu menunjukkan tauladan taqwa yang sangat tinggi. Dan contoh tauladan yang paling tinggi adalah zat Rasulullah saw. Banyak sekali hadis yang menjelaskan tentang kedudukan para Wali Allah swt. Siapa yang berhak atau patut menjadi wali Allah swt dan bagaimana caranya kedudukan wali itu dapat diperoleh.
Hazrat Amar Bin Aljamhur r.a. meriwayatkan katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda : Seorang tidak bisa menjadi orang yang murni imannya, selama ia tidak mencintai seseorang kerana Allah swt dan membenci seseorang kerana Allah swt. Selama ia mencintai orang lain kerana Allah swt dan kerana Allah swt pula ia membenci seseorang, maka ia memperoleh hak untuk menjalin persahabatan dengan Allah swt. Tuhan berfirman : “ Dari antara hamba-hamba-Ku dan dari antara para wali-Ku yang paling Aku cintai adalah dia yang selalu ingat kepada-Ku dan Akupun selalu ingat kepada-nya.” Jadi, didalam hadis ini telah diberitahukan kedudukan iman yang murni para wali itu, dan setiap amal perbuatan mereka, sehingga kecintaan dan kebencian mereka terhadap yang lain semata-mata demi keridhaan Allah swt. Sedikitpun tidak ada kecintaan dan kebencian terhadap seseorang untuk kepentingan pribadi mereka sendiri. Jika manusia memeriksa dirinya sendiri maka akan timbul perasaan ngeri dan gemetar, dia sudah mendakwakan diri sebagai orang yang berusaha meraih keridaan Allah swt namun didalam hatinya timbul pikiran-pikiran buruk berupa kebencian dan permusuhan pribadi. Dadanya penuh dengan kebencian dan dengan rasa dendam pribadi, dengan melihat orang yang dibenci itu tidak timbul keinginan untuk mema’afkannya atau meminta ma’af dari padanya. Namun apabila ia telah berobah dan mendapat kedudukan dari Allah swt dan semua gerak-geriknya dimaksudkan demi meraih keridhaan Allah swt, maka ia menjadi sahabat Allah swt.
Terdapat sebuah hadis lagi yang diriwayatkan oleh Hazrat Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah saw bersabda bahwa bagi kalian Allah swt menyukai tiga perkara dan tidak menyukai tiga perkara. Yang Dia sukai diantaranya ialah kamu beribadah-lah kepada-Nya dan janganlah menyekutukan Tuhan dengan apapun juga. Dan apa yang telah Allah swt jadikan kalian untuk menjaga sesuatu maka peliharalah dia sebaik-baiknya. Dan peganglah erat-erat tali ikatan dengan Allah swt dan janganlah berbuat perpecahan dan janganlah berkata-kata yang sia-sia dan jangan pula mengajukan banyak-banyak pertanyaan tentang sesuatu dan jangan mensia-siakan harta. Allah swt tidak menyukai berbicara yang sia-sia dan membazirkan harta yang telah Dia anugerahkan kepada kamu. Sediakanlah banyak peluang untuk beribadah kepada Allah swt diantaranya ibadah yang fardu dan juga ibadah nawafil. Dan siapapun yang tidak memberi perhatian terhadap ibadah tidak memberi perhatian kepada amal kebaikan, maka orang demikian tidak akan bisa menjadi wali Allah swt bahkan menjadi seorang mukmin-pun tidak bisa yang merupakan langkah pertama kearah iman. Perkara ketiga yang dijelaskan oleh Allah swt adalah, sebagaimana untuk mengawasi perkara kalian telah ditetapkan penjaganya, maka hendaknya kalian menaruh rasa simpati terhadap penjaga itu. Dan siapakah yang dijadikan penjaga itu ? Yaitu setiap petugas Jemat yang telah ditetapkan untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan kewajibannya. Dia adalah penjaga atau pengawas setiap orang mukmin sejati. Maka bekerja sama secara sempurna dengannya dan berlaku simpati kepadanya adalah kewajiban seorang mukmin yang sejati, yaitu orang yang menghendaki kepercayaan dari Tuhan dan ingin menjadi wali atau sahabat-Nya. Dia betul-betul ingin menjadi teman atau sahabat Tuhan. Dimana perkara ini diingatkan kepada orang-orang mukmin dan diingatkan supaya menjaga diri dari setiap jenis kerusuhan, disana harus menjadi bahan pemikiran bagi para petugas. Merupakan hal yang sangat menakutkan, yaitu orang-orang yang kerana Allah swt menaruh simpati terhadap kalian, maka demi meraih keridhaan Allah swt kalian harus memenuhi tuntutan keadilan sambil menaruh rasa takut kepada Tuhan didalam hati kalian, dan sambil menegakkan keadilan kalian harus memenuhi kewajiban penjagaan dan pengawasan terhadap mereka dengan cara yang sebaik-baiknya. Jika sikap simpati sudah diamalkan dengan penuh perhatian dan tingkat keadilan sudah jauh lebih tinggi, niat didalam hati sudah bersih serta usaha untuk meraih keridhaan Tuhan sudah menjadi tujuan para petugas, maka anak-anak buah kalian dengan rasa takut terhadap Tuhan tentu akan menaruh rasa simpati terhadap kalian. Mereka akan menjauhi prasangka buruk terhadap kalian sehingga akan timbul suasana kecintaan yang hangat terhadap kalian.” Beliau a.s. bersabda : “ Peganglah tali Tuhan erat-erat, jangan terlibat didalam perpecahan dan pertelingkahan. Disini orang-orang mukmin secara umum telah diperingatkan.” Kemudian perkara-perkara yang bertentangan dengan keinginan pribadi yang timbul dari pihak pemimpin, maka hendaknya janganlah timbul reaksi dari pihak kalian yang bisa menjadi penyebab fitnah. Dan terhadap para anggauta Majlis Amilah juga ada petunjuk bahwa reaksi dari kalian juga harus menunjukkan adanya rasa takut terhadap Tuhan. Memegang tali Allah swt yang berasas kepada taqwa jangan sampai menjadi lemah disebabkan amal perbuatan kalian yang tidak baik. Jauhkan diri dari perbualan yang sia-sia dan nonsense, atau melakukan kritikan-kritikan terhadap orang lain, sebab hal itu semua tidak disenangi oleh Allah swt. Selain itu Allah swt melarang dari banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mensia-siakan harta. Orang mukmin harus mempunyai sifat rasa puas atas apa yang telah Tuhan karuniakan kepadanya. Dan harus banyak menaruh perhatian untuk banyak mengurbankan harta dijalan Allah swt.
Didalam sebuah hadis terdapat riwayat bahwa Allah swt telah melukiskan kedudukan seorang manusia yang sangat menakjubkan. Hazrat Umar r.a. mengatakan bahwa nabi Muhammad saw bersabda : “ Dari antara hamba-hamba Allah swt banyak yang kedudukannya bukan sebagai Nabi dan tidak pula Syahid, namun Nabi-nabi dan para Syuhada pada Hari Qiamat disebabkan martabat mereka sangat tinggi, akan menimbulkan rasa iri-hati. Para sahabah bertanya : “ Ya Rasulalllah siapakah orang-orang itu ?? Mereka itu adalah orang-orang yang saling cinta mencintai satu sama lain berkat rahmat dan karunia Allah swt, bukan disebabkan adanya hubungan keluarga atau hubungan dengan yang lainnya dan bukan juga disebabkan harta yang dihadiahkan dari seorang kepada yang lain. Demi Allah !! Wajah mereka sarat dengan cahaya yang bersinar. Dan nur itu tetap bersinar diwajah mereka, dan apabila orang-orang merasa takut dari sesuatu mereka tidak merasa takut sedikit-pun dari padanya. Dan apabila orang-orang merasa sedih atau duka cita karena sesuatu, mereka tidak akan merasa sedih atau duka cita dari hal itu semua. Kemudian beliau membaca ayat ini : ؕ‏ اَلاَ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللّٰهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَۖ Artinya : Ingatlah ! Sesungguhnya sahabat-sahabat Allah itu tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan berduka cita.
Jadi, itulah orang-orang yang menjadi para wali Allah swt. Keadaan mereka dalam posisi berdiri, duduk atau berbaring menggambarkan keridhaan Allah swt. Dan apabila semua kebaikan yang mereka lakukan demi meraih keridhaan Allah swt maka pasti para Nabi akan merasa iri terhadap mereka. Allah swt menganugerahkan posisi demikian terhadap orang-orang diantara para pengikut atau diantara orang-orang beriman yang memperoleh kedudukan tinggi didalam kebaikan mereka. Maksud dan tujuan para Nabi dibangkitkan adalah untuk menimbulkan perobahan besar dibidang keruhanian. Maka apabila timbul perobahan besar dikalangan para pengikut beliau, maka pastilah kedudukan itu membuat hati para Nabi itu senang dan gembira. Jika tidak para Nabi sendiri dengan memperoleh martabat kebaikan yang tinggi sudah menikmati kedudukan sebagai wali Allah yang derajatnya luhur dan sangat dekat dengan Allah swt. Karena kebaikan itu mereka tidak akan merasa iri hati, bahkan mereka akan merasa gembira dan senang bahwa para pengikut mereka berusaha mengikuti langkah-langkah mereka.
Dari hadis yang telah saya bacakan telah jelas sekali bahwa kedudukan para wali yang sangat tinggi itu telah diraih oleh para Nabi. Sedangkan kedudukan yang paling tinggi sekali dari semua telah diraih oleh Hazrat Rasulullah saw. Maka pada zaman ini setelah kebangkitan Hazrat Rasulullah saw yang menjadi wali Allah swt tiada lain adalah orang-orang yang bergabung kedalam ummat beliau dan melakukan setiap amal kebaikan demi meraih keridhaan Allah swt. Dan itulah mereka yang mampu meraih qurub Allah swt. Dan Allah swt menjauhkan rasa takut dan duka-cita dari kalbu mereka. Mereka selalu mencari jalan untuk meraih keridhaan Allah swt. Maka mereka tentu sangat memperhatikan perintah Allah swt dan Rasul-Nya saw, sebab hal itu tugas kewajiban setiap orang mukmin. Dan beriman kepada Imam Zaman, Hazrat Masih Mau’ud a.s. juga adalah sebuah perintah dari Allah swt dan perintah Rasul-Nya Muhammad saw.
Sebagaimana telah dijelaskan oleh sebuah hadis bahwa, janganlah membuat perpecahan dikalangan ummat dan peganglah tali Allah sekuat-kuatnya, hal ini semua menandakan bahwa seseorang akan datang untuk menghapuskan perpecahan diantara golongan-golongan ummat Islam. Dan hal itu tidak akan bisa dilakukan kecuali oleh orang yang telah diutus atau dilantik oleh Allah swt. Yaitu orang yang telah meraih kedudukan wali yang tinggi.
Jadi, dizaman ini orang-orang yang berhimpun kerana Allah swt, menjadi sebuah Jema’at yang saling cintai-mencintai satu dengan yang lain dan yang bersatu padu dibawah satu tangan, yang hidup dengan rasa aman dari setiap ketakutan, hanyalah Jema’at Hazrat Masih Mau’d a.s. yaitu Jema’at Ahmadiyah yang memiliki kelebihan seperti itu dari yang lain.
Jadi, dimana hal ini menjadi bahan pemikiran bagi orang-orang Muslim diluar Jema’at, bagi orang-orang Ahmadi juga patut mendapat perhatian dengan seksama, yakni jika hendak meraih keridhaan Allah swt, maka sangat penting sekali untuk menciptakan kecintaan, kasih sayang satu sama lain, menghormati Nizam Jema’at dan itha’at serta menjalin hubungan yang erat dengan Khilafat.
Didalam ayat berikutnya Allah swt berfirman :
لَهُمُ الْبُشْرٰى فِىْ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِىْ الاَخِرَةِ‌
Bagi mereka ada khabar suka dalam kehidupan didunia dan juga di akhirat- Yakni bukan hanya nimat-nikmat yang diperoleh didunia ini saja bahkan nikmat-nikmat akhirat juga disediakan bagi mereka. Sesungguhnya meraih nikkmat-nikmat ini maksudnya adalah meraih maksud serta tujuan penciptaan mereka kedunia. Hal ini merupakan khabar suka yang sangat besar. Dan bagaimanakah khabar-khabar suka itu terus diterima dan apa maksudnya ? Tentang ini terdapat beberapa buah hadis sebagai penjelasannya. Didalam sebuah hadis Hazrat Rasulullah saw bersabda : “
لَهُمُ الْبُشْرٰى فِىْ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِىْ الاَخِرَةِ‌ Yang dimaksud dengan busyra disini adalah Ru’ya Salihah yakni ru’ya yang benar dan jelas, sehingga seorang mukmin bisa melihat keadaan peribadinya sendiri. Atau orang lain melihat didalam ru’ya tentang keadaan diri orang itu.” Atau didalam riwayat lain dikatakan bahwa maksud Busyra itu adalah Jannat (surga) yang akan disaksikan diakhirat nanti. Apa yang dimaksud dengan busyra didunia ini ?? Maka beliau saw bersabda : “ Ru’ya salihah yang diperlihatkan kepadanya dan tentang dia itu diperlihatkan juga ru’ya kepada orang lain” Didalam ru’ya salihah ini diberitahukan khabar suka tentang nikmat-nikmat yang akan dianugerahkan kepadanya. Jadi, ru’ya ini diperlihatkan oleh Allah swt bukan tidak ada maksudnya. Kadang-kadang melalui ru’ya itu rasa takut yang mencekam diganti dengan perasaan aman sentausa. Dan Allah swt memenuhi janji-Nya bahwa kehidupan orang mukmin yang tengah berada dalam ketakutan diganti dengan rasa aman dan sentausa. Kadang-kadang tentang turunnya nikmat-nikmat kepada hamba-Nya, orang-orang mukmin-pun biasa menyaksikan keadaan serupa itu didalam kehidupan mereka atau didalam kehidupan Jema’at, bagaimana Allah swt menurunkan nikmat-nikmat-Nya itu laksana hujan turun. Tentang nikmat-nikmat itu sebelumnya juga Allah swt telah memberitahukannya. Jadi itu juga nikmat-nikmat dari Allah swt yang diberitahukan sebelumnya didalam ru’ya atau mimpi-mimpi mereka. Selain itu banyak lagi khabar-kahabar suka melalui mimpi-mimpi sehingga jelaslah bahwa Allah swt dengan karunia-Nya selalu menurunkan anugerah-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dan dukungan-Nya selalu bersama orang-orang mukmin.
Jadi, apabila amal-amal saleh orang-orang mukmin suatu Jema’at dilakukan kerana Allah swt, apabila mereka tergabung didalam sebuah Jema’at dan mereka berusaha menjadi sahabat-sahabat Allah swt, maka berkat hubungan baik antar sesama mereka demi meraih keridhaan Allah swt, mereka akan menerima khabar-khabar suka dari pada Tuhan. Pada sa’at ini kecintaan yang bersemi demi kuatnya Jema’at dan Khilafat dan demi meraih keridhaan Allah swt nampak melalui hubungan seperti ini. Dan demi memperkuat iman terhadap Allah swt ru’ya salihah diperlihatkan oleh Tuhan kepada orang-orang mukmin. Maka selama hubungan yang erat ini tetap berkembang dan tetap berdiri maka mereka akan mendapat bagian dari khabar-khabar suka dari Allah swt. Dan khabar-khabar suka itu akan selalu diberitahukan tentang kejayaan yang agung yang disediakan oleh Allah swt bagi orang-orang mukmin, supaya keadaan imannya selalu meningkat terus.
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Orang yang beriman akan selalu menerima khabar-khabar suka dari Allah swt tentang kehidupannya yang akan diperoleh didunia ini dan juga mengenai kehidupannya yang akan diperoleh diakhirat nanti. Dengan perantaraannya didunia dan diakhirat nanti ia akan memperoleh kejayaan tentang ma’rifat Ilahi yang tidak ada batasnya. Ia akan terus memperoleh kemajuan. Ini adalah firman Allah swt yang sangat meyakinkan yang tidak akan pernah gagal. Dan memperoleh tanda-tanda khabar suka dari Allah swt adalah suatu karunia dari Allah swt, yang bisa menyampaikan-nya kepada martabat kecintaan dan ma’rifat yang sangat tinggi.
Semoga Allah swt memberi taufiq kepada kita semua untuk memahami perkara ini sehingga bisa membawa kedudukan iman dan taqwa kita terhadap Allah swt yang lebih tinggi. Semoga kita menjadi orang-orang yang berjaya untuk meraih surga keridhaan-Nya. Semoga Allah swt selalu mengganti rasa takut kita dengan rasa aman sentausa dan semoga Dia menyelimuti kesalahan-kesalahan kita semua dan mema’afkan semua dosa kita dan menjauhkan kita semua dari rasa duka cita. Amin !!
Alihbahasa dari Audio Urdu oleh Hasan Basri
Tgl 17-11-2009

Label:


Read more!
posted by Gosya Center @ 17.05   0 comments
About Me

Name: Gosya Center
Home:
About Me:
See my complete profile
Histats
Previous Post
Archives
Links
Love for all
Khilafat Ahmadiyya





~Love for All Hatred for None~
© Islam Maniak Blogger Templates by Gosya Center and E-mail
~"Jazakumullah ahsanal jaza"~
"Terima kasih atas silaturahimnya"