Islam Maniak

Cinta Ilahi Bersemi Pada Utusan Sejati

 
"Welcome......Assalamu'alaikum"
Jam
Get Free Shots from Snap.com
Tuker Link

Copy kode di bawah masukan di blog anda, saya akan segera linkback kembali

Islammaniaku

Hadist Jihad
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr ra. : aku pernah mendengar Nabi Muhammad Saw bersabda, "orang yang mati karena mempertahankan harta miliknya adalah syahid".
Bertani di Surga
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. : Suatu ketika Nabi Muhammad Saw menceritakan (sebuah kisah), dan seorang Arab badui duduk di hadapannya. Nabi Muhammad Saw berkata, "salah seorang penghuni surga memohon kepada Allah mengizinkannya mengolah lahan pertanian. Allah bertanya kepadanya, 'bukankah kamu sekarang ini tinggal di dalam kesenangan-kesenangan yang kamu inginkan?' ia menjawab, 'ya, tetapi aku ingin punya lahan pertanian'". selanjutnya Nabi Muhammad Saw bersabda, "ketika (Allah memberi izin) orang itu menaburkan berbagai benih, tanaman pun tumbuh besar, matang dan telah siap untuk dipetik. begitulah dalam waktu sekejap tanaman itu sama besarnya dengan sebuah gunung. Allah berkata kepadanya, "wahai anak Adam, ambillah dan petiklah; tiada yang akan mengenyangkanmu"'. mendengar kisah itu, orang Arab Badui yang duduk di hadapan Nabi Muhammad Saw berkata, "orang itu kalau bukan dari Quraisy pastilah dari Anshar, karena mereka adalah petani, sedangkan kami bukan". mendengar ucapannya, Nabi Muhammad Saw tersenyum.
Jihad Kaum Perempuan
Diriwayatkan dari Aisyah ra., Ummu Al Mu’minin : aku berkata, “ Ya Rasulullah ! Menurut pertimbangan kami , jihad adalah perbuatan yang utama. Haruskah kami ikut berjihad?”. Nabi Muhammad Saw bersabda, “jangan ! Jihad terbaik (untuk kaum perempuan) adalah haji mabrur”.
Live Traffic
KEUTAMAAN SHALAT JUMAT
Rabu, 25 November 2009
KEUTAMAAN SHALAT JUMAT
KHUTBAH JUM’AT
HAZRAT AMIRUL MU’MININ KHALIFATUL MASIH V atba.
Tanggal 18 September 2009 dari Baitul Futuh London UK
PENTINGNYA SHALAT JUM’AT DI DALAM I
SLAM



“Hai orang-orang yang beriman! Apabila kamu dipanggil untuk shalat pada hari Jum’at, maka bergegaslah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah segala urusan jual-beli. Hal demikian adalah yang paling baik bagi kamu, sekiranya kamu mengetahui. Dan apabila shalat itu telah selesai, maka bertebaranlah kamu dibumi dan carilah karunia Allah, dan ingatlah kepada Allah banyak-banyak, supaya kamu mendapat kebahagiaan. Dan apabila mereka melihat suatu perniagaan atau hiburan, maka berhamburanlah mereka menuju kesibukan itu dan meninggalkan engkau berdiri seorang diri. Katakanlah, apa yang ada disisi Allah itu lebih baik dari pada hiburan dan perniagaan, dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi Rizki.” (Al Jum’at : 10-12)

Terlebih dahulu saya ingin menyampaikan rasa gembira dan rasa syukur kepada Allah swt bahwa dengan karunia-Nya setiap hari Jum’at didalam bulan Suci Ramadhan ini selalu ramai sekali orang-orang datang untuk menunaikan salat Jum’at di Masjid Baitul Futuh ini,

dan demikian ramainya sehingga mesjid ini penuh sampai kekurangan tempat untuk mereka. Dan terpaksa pintu-pintu dibuka sampai ke-gallery penuh dengan orang-orang yang shalat. Lebih-lebih pada hari Jum’at terakhir bulan Ramadhan yang dikenal sebagai Jum’atul wida ini banyak orang-orang yang duduk melimpah sampai keluar ruangan.






Setiap anggota Jema’at harus betul-betul paham bahwa sesungguhnya menaruh perhatian lebih untuk menunaikan salat Jum’at itulah yang patut disebut Jum’atul wida yang hakiki (menyambut hari Jum’at). Demi menyambut salat Jum’at itu kita meninggalkan semua kegiatan jual-beli atau kegiatan-kegiatan lainnya agar kita meraih barkat-barkat Allah swt yang dilimpahkan didalam hari Jum’at ini. Dan sambil meraih berkat-berkat itu, sesuai dengan perintah Tuhan, setelah menunaikan salat Jum’at boleh kembali kepada kesibukan dunia disertai dengan doa dan, kita tidak boleh melupakan zikir kepada Allah swt. Dan harus berusaha menunaikan ibadah-ibadah lagi sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Keluar dari masjid setelah menunaikan salat Jum’at hari ini kita harus mempunyai kerinduan untuk menyambut Hari-hari Jum’at berikutnya. Sehingga kita tidak perlu menunggu Jum’atul wida yang tampil hanya satu tahun sekali pada penghujung bulan Ramadhan itu.


Jangan sampai orang-orang yang mempunyai rasa takut hakiki kepada Tuhan menjadi lupa bahwa masih ada lagi sebanyak 51 atau 52 kali Jum’at dalam setahun, yang untuk menyambutnya demikian penting seperti menyambut hari Jum’at terakhir bulan Ramadhan ini. Boleh saja hari Jum’atul wida ini disambut secara khas terutama oleh orang-orang yang mempunyai kemalasan sepanjang tahun untuk menunaikan salat Jum’at, pada hari Jum’at ini kita harus berjanji bahwa seperti menyambut hari Jum’at terakhir bulan Ramdahan ini kita akan menyambut setiap hari Jum’at yang akan datang berikutnya. Akan tetapi setelah selesai menunaikan salat Jum’at hari ini kita tidak boleh lupa kepada semua keburukan, kemalasan, kelalaian, kekurangan, bahkan sebaliknya akan selalu ingat dan berusaha meninggalkan semua keburukan itu, kemudian akan berusaha memperbaiki diri. Dengan karunia Allah swt seperti pemandangan yang tengah kita saksikan dimesjid Baitul Futh ini yang sangat menggembirakan, saya mengharapkan semoga dimesjid-mesjid Jema’at lainnya diseluruh dunia memperlihatkan


pemandngan seperti in juga. Dan saya berdoa semoga keadaan ramainya mesjid seperti ini diwaktu menunaikan salat Jum’at tetap berjalan seperti ini. Bahkan untuk selalu mencapai keadaan seperti ini setiap orang Ahmadi juga harus berdoa. Seperti pada zaman sekarang ini setiap orang Ahmadi mempunyai tanggung jawab sangat besar sekali, sebab telah terbukti dari ayat Qur’an surat Al Jum’at ruku terakhir yang telah saya tilawatkan pada permulaan Khutbah ini, yang dimulai dengan seruan : “Wahai orang-orang yang beriman ! Apabila kalian dipanggil untuk menunaikan salat Jum’at maka hanya satu yang kalian harus lakukan, yaitu salat Jum’at. Semua pekerjaan lainnya harus ditinggalkan.”


Jika kita baca ayat sebelumnya, disitu nampak sedang dibahas tentang orang-orang Yahudi yang sebelumnya telah diturunkan kepada mereka Kitab Taurat namun mereka tidak mengamalkannya. Selain itu mereka telah menolak Hazrat Rasulullah saw sekalipun nubuwatanya telah dijelaskan kepada mereka. Memang mereka harus menolak, sebab mereka telah melupakan ajaran kitab mereka itu. Dan mereka sudah terbiasa mengemukakan berbagai macam alasan, sebagaimana Allah swt berfirman bahwa mereka telah meninggalkan perbuatan amal saleh yang diwajibkan atas mereka. Keadaan mereka dimisalkan seperti seekor keledai memikul muatan kitab-kitab, mereka telah melupakan kewajiban ibadah setiap minggu yang telah diwajibkan atas mereka, yaitu hari Sabbat yang merupakan hari khas bagi mereka untuk beribadah kepada Allah swt, namun telah mereka lupakan bahkan pada hari khas itu mereka melakukan berbagai macam perbuatan yang tidak disukai oleh Allah swt. Bagaimanapun Hari Sabat adalah hari muqaddas hari khas dan berberkat yang telah ditetapkan oleh Allah swt bagi orang-orang Yahudi untuk melakukan ibadah kepada-Nya. Didalam hari itu telah ditetapkan beberapa batasan dan larangan yang harus ditaati oleh orang-orang Yahudi. ?Seperti telah dijelaskan didalam Kitab Suci Alqur’an sebagai berikutt:


???????? ?????????? ?????????? ?????????? ???????? ???? ????????? ????????? ?????? ????????? ???????? ??????????


Artinya: “Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui orang-orang diantara kamu yang melanggar peraturan mengenai Hari Sabat. Maka Kami berfirman kepada mereka: Jadilah kamu sekalian kera yang hina". (Al Baqarah : 66) Oleh sebab perlakuan demikian itu orang-orang Yahudi telahpun mendapat hukuman dari Allah swt.


Setelah menjelaskan keadaan orang-orang Yahudi demikian Allah swt mengingatkan orang-orang Mukmin bahwa mereka harus menunaikan Salat Jum’at. Dan jelaslah dari peristiwa itu, apabila orang-orang Mukmin tidak mau menunaikan hak kewajiban hari yang muqaddas (suci) ini maka hukuman seperti yang telah menimpa orang-orang Yahudi-pun bisa berlaku terhadap diri orang-orang mukmin. Sebagaimana bagi setiap kaum mempunyai hari berberkat seperti hari Sabat itu, bagi orang-orang Mukmin juga mempunyai Hari Sabat atau hari muqaddas yaitu hari Jum’at. Maka setiap orang Muslim harus menjaga dan memenuhi hak kewajiban hari muqaddas ini yaitu hari Jum’at dan didalamnya harus banyak-banyak memanjatkan doa dan berzikir kepada Allah swt. Cara memenuhi hak kewajibannya adalah, apabila dipanggil untuk salat Jum’at, maka orang-orang mukmin harus segera meninggalkan semua pekerjaan dan semua kegiatan bisnis atau perniagaan mereka dan segera pergi menuju Masjid untuk menunaikan salat Jum’at dan mendengarkan khutbah Imam yang telah ditetapkan. Jika seandainya alasan dibuat-buat bahwa pada zaman sekarang ini banyak sekali kebisingan, kami tidak bisa mendengar suara azan, maka sesungguhnya untuk itu Allah swt telah menyediakan sarana lain untuk memantau atau mengetahui dengan pasti tibanya waktu untuk salat Jum’at, yaitu berupa jam. Didalam Hand Phone juga berbagai macam suara bisa direkam dan bisa dijadikan alat untuk mengingatkan tibanya waktu salat Jum’at (dengan alarm system). Suara azanpun bisa direkam didalam Hand Phone untuk mengingatkan tiba waktunya salat Jum’at. Orang yang ada disekitar juga bisa mendengar suara azan itu sehingga dia bisa menjadi sarana untuk tabligh.


Pendeknya kewajiban salat Jum’at sama-sekali tidak boleh dilalaikan. Sehubungan dengan itu Hazrat Khalifatul Masih I r.a. bersabda: “Pada zaman ini yang dimaksud dengan ????????? ?????????? ?????????? 9 (ya ayyuhalladziina aamanu) wahai yang orang-orang beriman maksudnya yang diseru itu adalah orang-orang yang telah beriman dan menjadi murid-murid Hazrat Masih Mau’ud a.s.


Memang tidak ragu-ragu lagi yang diseru itu seluruh orang-orang beriman, akan tetapi kenyataannya bahwa kepentingan menunaikan salat Jum’at ini telah dikaitkan dengan kedatangan Hazrat Masih Mau’ud a.s. secara khas sehingga mempunyai kedudukan yang sangat penting sekali. Orang-orang Muslim non Ahmadi, sekalipun mereka menamakan diri orang-orang Muslim, menamakan diri orang-orang mukmin, disebabkan mengingkari dakwah Hazrat Masih Mau’ud a.s. mereka menjadi orang-orang yang tepat penyempurna firman Tuhan berikut ini: ???????????????? ???????? ????????? ?????????????? ????????‌? Artinya : Adakah kamu beriman kepada sebagian Alkitab dan ingkar kepada sebagian lainnya? (Albaqarah : 86) Jadi Mukmin hakiki adalah yang sungguh-sungguh beriman kepada setiap hukum Alqur’an dari awal sampai akhir, sejak dari zaman Adam a.s. sampai kepada zaman Hazrat Masih Mau’ud a.s. yaitu beriman kepada semua Nabi-nabi.


Jadi hari Jum’at ini harus diberi perhatian yang sangat penting sebab ia merupakan tanggung jawab kita yang sangat besar sekali sehingga untuk itu kita tinggalkan semua kegiatan perniagaan. Zaman Hazrat Masih Mau’ud a.s. ini sangat erat kaitannya dengan berbagai macam perniagaan, dan setiap jenis perniagaan telah mencapai puncak kemajuan yang luar biasa. Dari persediaan stock market yang kian meningkat bisa diperhitungkan sampai dimana kemajuan ekonomi suatu negara. Kesibukan perniagaan demikian ketatnya jika lengah sekejap matapun akan menjadi penyebab kerugian yang sangat besar. Kesibukan seperti dizaman Hazrat Masih Mau’ud a.s. sekarang ini tidak pernah terjadi dimasa sebelumnya. Sehingga nilai pentingnya waktu sangat diarasakan semakin meningkat. Walaupun demikian Allah swt berfirman: “Betapapun besarnya perniagaan dan berapapun banyaknya waktu yang diperlukan untuk itu sedikitpun tidak ada nilainya dibanding dengan pentingnya ibadah Jum’at kita. Dengan melupakan semua kepentingan perniagaan dan berapapun besarnya kerugian yang akan dihadapi menurut perhitungan manusia, menyambut seruan Tuhan untuk ibadah Jum’at jauh lebih penting sekali. Bagi perniagaan kecil ataupun menengah-pun tidak ada alasan yang bisa dibuat untuk meninggalkan ibadah Jum’at ini.


Jadi kita orang-orang Ahmadi adalah orang-orang mukmin zaman sekarang, yang mempunyai kewajiban penuh untuk menjaga ibadah Jum’at jangan sampai tercecer. Barulah kita akan memperoleh berkat-berkat hakiki dari bimbingan dan petunjuk Imam Zaman, Hazrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. Dan barulah kita akan mampu menyerap rahmat dan karunia-Nya untuk meraih keridhaan-Nya.


Berkenaan dengan pentingnya ibadah Jum’at didalam riwayat yang disampaikan oleh Hazrat Abu Hurairah r.a. Hazrat Rasulullah saw telah bersabda: “Dihari Qiamat sekalipun kita termasuk golongan kaum akhirin namun kita akan menjadi golongan assaabiquun (maju paling dahulu), hari yang istimewa telah diwajibkan kepada mereka (orang-orang Yahudi) untuk beribadah lebih awal dari kita, namun mereka sudah tidak menghargainya lagi dan didalamnya mereka saling bertentangan satu sama lain, sehingga Allah swt berpaling dari mereka dan menaruh perhatian kearah kita untuk memberi bimbingan. Sekarang mereka itu akan datang dibelakang kita, orang-orang Yahudi akan datang satu hari sesudah kita dan orang-orang Nasrani akan datang hari esoknya lagi (lusa).”


Hadis tersebut terdapat didalam Kitab Hadis Bukhari Babul Jum’at dan hadis tersebut sangat diperlukan penjelasannya. Diantaranya saya ingin memberitahukan bahwa Hazrat Khalifatul Masih II r.a. telah menugaskan Hazrat Sayed Waliullah Shah Sahib r.a. untuk menghimpun hadis-hadis dari Kitab Hadis Bukhari lalu memberi penjelasan sesuai dengan keperluannya. Sekarangpun telah saya perintahkan untuk melanjutkan karya itu dan alhamdulillah beberapa jilid dari Kitab Hadis Bukhari dan Kitab Hadis Muslim juga sudah selesai dicetak. Bagaimanapun Hazrat Shah Sahib r.a. telah menulis penjelasannya tentang hadis tersebut secara panjang lebar.


Didalam hadis itu diterangkan tentang diwajibkannya salat Jum’at dan tentang pentingnya ibadah Jum’at itu. Beberapa fuqaha (ahli fiqih) telah menjelaskan juga bahwa ibadah Jum’at bukanlah fardu kifayah (artinya dengan hanya beberapa orang yang melaksanakan sudah cukup), melainkan fardu ‘ain (wajib) bagi semua, seperti wajibnya menunaikan salat lima waktu, tidak boleh ditinggalkan tanpa alasan. Setelah itu dibahas tentang arti Sabat menurut lughat. Dan didalam tarikh orang-orang Yahudi dikatakan bahwa dahulu Hari Sabat mereka itu juga ditetapkan Hari Jum’at bagi orang-orang Yahudi. Namun mereka telah merubahnya menjadi Hari Sabbat (Sabtu). Hazrat Shah Sahib menjelaskan bahwa perkataan Sabbat menurut arti lughat adalah rehat (istirahat) dengan meninggalkan semua kegiatan kerja. Dan menurut istilah Sabbat artinya : Meninggalkan semua kegiatan sepenuhnya lalu sibuk didalam ibadah kepada Allah swt. Pada Hari Sabbat itu telah ditetapkan secara khas bagi Bani Israil semata-mata untuk beribadah kepada Allah swt seperti yang telah disebutkan didalam Kitab Keluaran Bab 31 ayat 14 sampai dengan 16. Namun akhirnya hukum Ilahi ini telah dilupakan dan diabaikan oleh mereka dan tidak dilaksanakan lagi. Oleh sebab itu mereka mendapat hukuman dari Allah swt.

Hari Jum’at bagi orang-orang Mukmin tidak seperti Hari Sabat telah ditetapkan kepada Kaum Bani Israil. Tentang itu Allah swt telah menjelaskan didalam Kitab Suci Alqur’an sebagai berikut : ???????? ?????? ????????? ????? ?????????? ???????????? ?????? artinya : Sesungguhnya Hari Sabbat telah dijadikan ujian bagi mereka yang telah melakukan perselisihan paham tentang itu. (An Nahl:125)

Maksud ayat ini bukanlah Hari Sabtu itu ditetapkan pada hari ketujuh. Jika orang-orang Kristen bisa merubah waktu hari Sabtu kepada Hari Minggu, maka orang-orang Yahudi juga tidak jauh dari perkiraan telah merubah hari Jum’at menjadi Hari Sabbat, sebagai bukti tarikh dan sumber-sumber lainnya telah membenarkannya, bahwa orang-orang Yahudi juga pada masa pelarian dari negeri mereka disebabkan kekerasan dimasa Kerajaan Babilon dan Kerajaan Persia yang cukup lama telah dipengaruhi oleh akidah dan perbuatan-perbuatan syirik bangsa-bangsa itu. Dan disebabkan pengaruh syirik bangsa-bangsa itu mereka telah merubah akidah asas dan meninggalkan adat kebiasaan mereka sendiri. Sesungguhnya orang-orang Yahudi itu pernah menganggap Hari Jum’at itu hari suci mereka. Maka sesuai keputusan penguasa Bangsa Rumania dan keputusan hakim-hakim mereka nampak dengan jelas sekali pada Hari Jum’at dan hari Sabat secara hukum terdapat larangan bagi orang-orang Yahudi tidak boleh dipanggil kepengadilan pada kedua hari tersebut. Akhirnya dari tarikh telah terbukti bahwa orang-orang Yahudi telah banyak melakukan pelanggaran terhadap Sabbat sehingga para Anbiya-pun mengatakan bahwa musibah dan azab telah banyak menimpa mereka disebabkan pelanggaran-pelanggaran itu. Hazrat Nabi Musa a.s. juga telah menubuwatkan bahwa pelanggaran terhadap Sabbat akan menjadi penyebab jatuhnya Kaum Bani Israil. Semua kenyataan itu telah membuktikan kebenaran sabda Hazrat Rasulullah saw yang telah disebutkan diatas.

Setelah 1500 tahun kemudian, dengan karunia Allah swt, orang-orang Mukmin pada masa sekarang berusaha keras untuk menunaikan salat Jum’at bagaimanapun kerasnya halangan dan hambatan yang mereka hadapi didalam kehidupan mereka. Penduduk sebuah kota yang ramai dengan orang-orang Muslim, diantara mereka pasti pergi menunaikan ibadah Jum’at walaupun sedikit. Dan selama mereka patuh berkumpul untuk menunaikan ibadah pada Hari Jum’at itu, mereka akan terus memperoleh barkat-barkat dari Allah swt. Dan pada zaman sekarang ini, sebagaimana telah saya katakan sangat erat hubungannya dengan dibangkitkannya Hazrat Masih Mau’ud a.s.. Oleh sebab itu ibadah Jum’at memiliki banyak barkat dan memiliki kepentingan yang lebih besar lagi. Itulah sebabnya setiap orang Ahmadi harus mematuhinya dan menaruh perhatian secara khas terhadap ibadah Jum’at.

Jadi, sesuai dengan sabda Hazrat Rasulullah saw Allah swt sentiasa memberi bimbingan kepada kita untuk melaksanakan ibadah Jum’at itu. Hal itu menjadi kewajiban kita semua untuk selalu siap menunaikan perintah itu, supaya kita jangan menjadi mangsa hukuman atau azab Tuhan disebabkan melakukan pelanggaran terhadap perintah itu. Didalam Kitab Suci Alqur’an Allah swt telah memberitahu peristiwa-peristiwa mengerikan yang telah menimpa kaum Yahudi atau Bani Israil, oleh sebab itu kita harus berjaga-jaga jangan sampai peristiwa-peristiwa semacam itu menimpa diri kita.

Sesungguhnya mula-mula orang-orang Yahudi telah memulai ibadah khas itu pada Hari Jum’at, sebagaimana telah dibuktikan dari Tarikh oleh Hazrat Syah Waliullah Shah Sahib, namun kemudian mereka merubah dan meninggalkannya. Memang mereka harus meninggalkan hari khas mereka itu dan menggantinya dengan hari lain. Hal itu telah dibuktikan kenyataannya dari hadis-hadis Rasulullah saw. Mereka telah meninggalkan hari Jum’at itu, sebab Hari Jum’at itulah yang memang akan menjadi Hari yang sangat berberkat bagi Nabi Muhammad saw dan ummat beliau. Sehingga Hazrat Rasulullah saw telah menjelaskan secara terbuka mengapa kedudukan Hari Jum’at itu sangat penting bagi kita. Sebab Jum’at adalah hari lahir dan hari wafat Nabi Adam a.s. Dan Hazrat Adam a.s. mempunyai martabat khas dari segi bermulanya kehidupan keruhanian kita. Tentang mana Allah swt telah menurunkan firman-Nya dengan jelas didalam Kitab Suci Alqur’an. Dan Hazrat Masih Mau’ud a.s. juga telah dipanggil dengan nama Adam a.s. oleh Allah swt. Dan pada zaman sekarang ini kehidupan kembali Agama Islam sangat erat hubungannya dengan beliau a.s. Jadi, pemeliharaan terhadap nilai hari Jum’at sangat penting sekali bagi orang-orang Ahmadi. Selama kita bersemangat memeliharanya maka kita akan selalu memperoleh banyak berkat dari padanya dan barkat-barkat itu sangat erat kaitannya dengan dibangkitkannya Hazrat Masih Mau’ud a.s.

Berkenaan dengan sangat pentingnya ibadah Hari Jum’at saya akan kemukakan beberapa Hadis Rasulullah saw. Diantaranya hadis yang diriwayatkan oleh Hazrat Aos r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Hari-hari kamu yang paling istimewa adalah hari Jum’at, sebab pada hari itu Hazrat Adam lahir dan pada hari itu juga beliau wafat, pada hari itu ruh ditiupkan dan pada hari itu beliau jatuh pingsan, oleh kerana itu banyak-banyak-lah mengirim shalawat pada hari itu kepadaku, sebab shalawat kalian pada hari itu juga dipersembahkan Tuhan kepada-ku”

Hadis berikutnya yang diriwayatkan oleh Abu Lubabah r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Hari Jum’at adalah penghulu semua hari. Dan hari itu hari yang paling agung disisi Tuhan dan hari Jum’at itu lebih besar dari yaumul Adha dan dari yaumul Fitri disisi Tuhan. Hari itu mempunyai lima macam kelebihan. Pertama, pada hari itu Allah swt melahirkan Hazrat Adam a.s. Kedua, pada hari itu Allah swt menurunkan Hazrat Adam keatas bumi. Ketiga, pada hari itu Allah swt mewafatkan Hazrat Adam a.s. Keempat, pada hari itu terdapat satu saat yang khas, apapun yang diminta oleh manusia pada saat itu kecuali barang haram, dikabulkan oleh Allah swt. Kelima, pada hari itu juga Qiamat akan terjadi. Pada hari itu semua Malaikat, langit, bumi, lautan dan gunung-gunung akan gemetar ketakutan.

Dari hadis-hadis tersebut menjadi jelas bahwa betapa pentingnya hari Jum’at itu. Sebagaimana Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Banyak-banyaklah kalian mengirim shalawat kepada-ku”. Dan pada hari Jum’at harus betul-betul mendapat perhatian secara khusus untuk mengirim shalawat kepada beliau saw, sebab dikabulkannya doa-doa sangat erat sekali kaitannya dengan membaca shalawat kepada Hazrat Rasulullah saw. Didalam Alqur’anul Karim Allah swt berfirman:

????? ??????? ?????????????? ??????????? ????? ??????????? ???????????? ?????????? ????????? ???????? ???????? ???????????? ??????????? ‏

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengirimkan rahmat-Nya kepada Nabi ini dan para Malaikat-Nya mendoakan dia. Wahai orang-orang mukmin !! Kamupun harus mengirimkan shalawat atas dia , Nabi ini, dan sampaikanlah salam kepadanya dengan doa keselamatan.” (Al Ahazab 57)

Maka sesuai dengan sabda Hazrat Rasulullah saw bahwa pada hari Jum’at itu terdapat satu saat yang menjadi terkabulnya doa, jadi doa yang telah diajarkan oleh Allah swt, yaitu cara untuk mengirimkan shalawat kepada beliau, jika hal itu kita lakukan maka doa-doa yang dipanjatkan pada waktu-waktu lain, berkat doa atau shalawat yang dikirmkan pada hari Jum’at itu akan memberi kesan kemakbulan juga kepadanya. Jadi, mengirim shalawat kepada Hazrat Rasulullah saw pada hari Jum’at harus kita perhatikan dan kita jaga sepenuhnya. Dan juga merupakan karunia Allah swt bahwa setelah menunaikan ibadah Jum’at orang-orang Muslim diizinkan untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan pekerjaan atau perniagaan mereka, tidak diwajibkan beribadah sehari penuh. Akan tetapi izin itu mempunyai syarat-syaratnya. Pertama, jangan lupa berzikir kepada Allah swt. Kedua, mencari karunia Allah swt. Orang-orang yang selalu ingat kepada hal itu, apabila ia sedang bekerja ia akan ingat bahwa pekerjaan yang tengah ia lakukan itu sesuai atau tidak dengan firman Allah swt, yaitu carilah karunia dari pada-Ku, maka serentak akan timbul pikiran didalam hatinya, jangan-jangan pekerjaannya itu dipengaruhi keserakahan benda-benda duniawi. Semoga kegiatan bisnis-ku, kegiatan pekerjaan-ku, kegiatan jual-beliku sesuai dengan peraturan-peraturan yang bisa membawa kejalan taqwa kepada Allah swt. Jangan sampai saya berpendapat, oleh karena kegiatan bisnis ini sifatnya duniawi, sebab itu penipuan-pun bisa diperbolehkan. Tidak, sekali-kali tidak. Abila yang dicari itu karunia Allah swt, maka setiap urusan kita harus bersih dan transparant. Yang kedua beliau bersabda bahwa kita harus banyak-banyak berzikir mengingat Allah swt. Dari hal itu semua tentu akan timbul pikiran bahwa kita harus menjaga kegiatan ibadah kita kepada Allah swt jangan sampai lalai. Keduanya, jika pekerjaan-ku ini baik tentu akan mendapat kemajuan yang baik, sebabnya saya tawakkul sepenuhnya kepada Allah swt.

Selanjutnya didalam ayat terakhir Surah Jum’at itu difirmankan : ????????? ?????? ????????????? artinya : dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi Rizki.” (Al Jum’at : 10-12) . Jika terdapat berkat didalam urusan niaga, maka pasti barkat itu turun dari Allah swt. Jika mendapat relasi atau koneksi dalam bisnis, itu juga karena kurnia dari Allah swt. Oleh sebab itu pada zaman ini apabila kalian telah menerima kebenaran Hazrat Masih Mau’ud a.s. maka semua keserakahan duniawi, keburukan dan permainan sia-sia harus jauh dari kalian. Jika hal itu semua tidak dibuang jauh-jauh maka keadaan kalian akan seperti orang yang telah bai’at kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. siap mengurbankan jiwa-raga, harta dan kehormatan, akan tetapi Hazrat Masih Mau’ud a.s. kalian tinggalkan berdiri sendirian. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bermaksud untuk mengumpulkan kalian dan membawa kalian masuk kedalam Jema’at beliau a.s., namun setelah itu kalian melupakan-nya semua.

Setiap orang Ahmadi harus selalu ingat untuk datang ke mesjid demi menjalankan ibadah Jum’at, atau jika belum ada mesjid hendaklah berkumpul di salah satu tempat atau rumah untuk ibadah Jum’at. Maka hari Jum’at terakhir bulan Ramadhan ini jangan hanya untuk memperlihatkan penuhnya mesjid untuk beribadah Jum’at hari ini saja. Melainkan sepanjang tahun pemandangan seperti ini harus nampak kepada kita, sehingga masjid kita sudah semakin sempit untuk menampung orang-orang yang beribadah Jum’at.

Saya akan kemukakan hadis-hadis lain lagi mengenai pentingnya ibadah Jum’at, sehingga akan diketahui beberapa masalah tentang Jum’at.

Diriwayatkan oleh Hazrat Jabir r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Setiap orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya telah diwajibkan diatas mereka untuk menunaikan salat Jum’at pada hari Jum’at, kecuali orang sakit, musafir, perempuan, anak-anak dan ghulam atau sahaya. Barangsiapa yang melalaikan ibadah Jum’at disebabkan kelalain dan perniagaan maka Allah swt akan berlaku tidak acuh kepadanya. Sesungguhnya Allah swt Maha Ghani dan Maha Terpuji.”

Hazrat Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda : “Terhadap amal-amal kebaikan yang dilakukan pada hari Jum’at Allah swt memberi ganjarannya berlipat kali ganda”. Jadi setiap kebaikan yang dikerjakan pada hari Jum’at selain dari pada ibadah Jum’at Allah swt memberi ganjarannya berlipat-lipat kali ganda. Sesungguhnya tidak ada kebaikan lain lagi selain dari pada mengamalkan hukum-hukum Allah swt. Dan hukum-hukum itupun sudah termasuk didalam kewajiban yang harus dilaksanakan. Maka datang ke mesjid untuk menunaikan salat Jum’at adalah amalan yang paling besar untuk meningkatkan kebaikan. Dan amalan itulah yang bisa membedakan dan untuk mengenal siapa mukmin sejati dan siapa orang munafiq. Sebagaimana terdapat didalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Hazrat Ibnu Abbas r.a. katanya, Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang meninggalkan salat Jum’at tanpa alasan maka didalam daftar amalan manusia akan ditulis munafiq, yang tidak bisa dihapus daripadanya dan tidak pula bisa dirubah.”

Didalam sebuah riwayat lagi yang disampaikan oleh Hazrat Abu Jiyad Bin Ambri r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang malas datang untuk salat Jum’at sebanyak tiga kali bertutut-turut maka Allah swt memberi noda dihati orang itu. Apabila noda itu sudah melekat didalam hatinya maka kekuatan-nya untuk melakukan amal-amal saleh akan semakin berkurang terus-menerus”. Dari Hazrat Salman Farsi r.a. diriwayatkan katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at dan melakukan kebersihan dirinya sesuai kemampuannya, menggunkan minyak dan minyak wangi, kemudian keluar menuju Masjid untuk salat Jum’at, sampai dimesjid ia lakukan salat yang diwajibkan kemudian apabila Imam mulai membaca Khutbah ia menyimaknya dengan senyap, maka semua dosa-dosanya diantara kedua Jum’at yang lepas dan Jum’at yang sedang berjalan akan diampuni oleh Allah swt.

Sebuah riwayat lagi yang disampaikan oleh Hazrat Abu Hurairah r.a.katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Pada Hari Jum’at para Malaikat berdiri didepan pintu-pintu Mesjid. Dan mereka menulis nama orang-orang yang pertama datang ke mesjid, dan misal orang yang datang pertama ke mesjid ganjarannya seperti orang yang mengurbankan seekor unta. Dan yang datang sesudah itu ganjarannya seperti orang yang telah mengurbankan seekor lembu. Bagi yang datang sesudah itu akan menerima ganjaran seperti orang telah mengurbankan seekor domba, lalu yang datang kemudian lagi ganjarannya seperti orang yang mengurbankan seekor ayam dan yang datang terakhir ganjarannya akan diterima seperti orang yang telah mengurbankan sebutir telur".

Kemudian bersabda: “Apabila Imam sudah berdiri diatas mimbar, maka para Malaikat menutup buku Registrasinya masing-masing kemudian mereka mulai berzikir apabila Imam mulai menyampaikan Khutbah”. Didalam hadis tersebut dijelaskan mengenai ganjaran dan peringatan untuk mendengarkan khutbah. Didalam suatu Majlis dimana para Malaikatullah juga duduk bersama-sama bisa dibayangkan betapa berberkatnya Majlis itu.

Terdapat sebuah riwayat lagi yang disampaikan oleh Hazrat Ibnu Abbas r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang bercakap pada hari Jum’at diwaktu Imam sedang berkhutbah maka ia diumpamakan dengan seekor keledai yang bermuatan buku-buku diatas punggungnya dan barangsiapa yang berbicara untuk melarang orang lain bercakap maka batallah salat Jum’atnya”. Jadi, bercakap untuk melarang orang lain-pun supaya berhenti bercakap tidak diperbolehkan. Jika ada kanak-kanak berbuat bising hendaklah dipegang anak itu lalu dibawa ketempat lain. Dan jika ada orang bercakap-cakap diwaktu Imam sedang berkutbah hendaklah dilarang dengan isyarah tanpa mengeluarkan suara.

Hazrat Jabir Bin Abdullah r.a. meriwayatkan katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Apabila seseorang terlambat datang ke mesjid dan Imam sedang berkhutbah maka ia harus segera mengerjakan sunnah dua raka’at dengan ringkas, setelah itu dengarkanlah khutbah.”

Hazrat Umar r.a. meriwayatkan katanya: “Saya bersama Abdullah Bin Mas’ud pergi untuk salat Jum’at. Kami lihat di Mesjid sudah ada tiga orang datang lebih dahulu dan yang keempat saya sendiri. Dan saya mendengar Hazrat Rasulullah saw bersabda bahwa: “Pada Hari Qiamat manusia akan duduk dihadapan Allah swt sesuai dengan saf (barisan) yang biasa dilakukan pada Hari Jum’at, baris pertama, kedua, ketiga, keempat dan baris keempat tidaklah begitu jauh jaraknya”. Demikianlah pentingnya mengambil barisan terdepan secepatnya diwaktu hari Jum’at. Didalam sebuah riwayat disampaikan lagi oleh Samurah r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Datanglah selalu ke mesjid untuk sembahyang Jum’at dan duduklah selalu dekat dengan Imam, orang yang datang kemesjid untuk salat Jum’at paling belakang maka dia akan paling belakang pula masuk Surga, padahal dia berhak untuk masuk Surga”. Manusia banyak berbuat kebaikan. Akan tetapi jika ia lalai menunaikan salat Jum’at sehingga hatinya diberi noda maka kebaikannya itu lambat laun akan habis pula, sehingga ia luput tidak bisa masuk surga.”

Dalam sebuah riwyat yang disampaikan oleh Hazrat Ubaid Bin Sawad r.a. katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda pada hari Jum’at: ”Wahai Jema’at orang-orang Muslim!! Sesungguhnya hari Jum’at ini telah dibuat oleh Allah swt sebagai Hari Ied bagi kalian. Maka mandilah selalu pada Hari ini dan barangsiapa yang mempunyai minyak wangi gunkanlah minyak wangi itu dan lakukanlah miswak (tooth brush) atau menyikat gigi.” Jadi, itulah perkara-perkara penting yang berkaitan dengan salat Jum’at yang harus selalu kita perhatikan baik-baik.

Hazrat Masih Mau’ud a.s menambahkan dengan menjelaskan ayat berikut ini :
?????????? ?????????? ??????? ?????????? ???????????? ?????????? ?????????? ?????????? ?????? ???????????? ???????‌?

Hari ini telah Kusempurnakan agamamu bagimu, dan telah Ku-lengkapkan nilkmat-Ku atasmu dan telah Ku-sukai bagimu Islam sebagai agama. (Al Maidah : 4)

beliau bersabda: “Ayat tersebut mempunyai dua sisi, pertama Allah swt telah mensucikan kalian dan kedua Dia telah menyempurnakan Kitab Syari’at yakni Alqur’an. Beliau bersabda lagi, ayat ini turun kepada Hazrat Rasulullah saw pada Hari Jum’at. Seorang Yahudi berkata kepada Hazrat Umar r.a. pada hari ayat ini turun pasti merayakan Id tanda gembira. Hazrat Umar r.a. berkata : Hari Jum’at adalah memang hari Ied bagi kami. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa Hari Ied

itu lebih afdal dari pada Hari-hari Ied lainnya, sebab hari itu jatuh pada hari Jum’at, dan pada hari Jum’at Hazrat Adam a.s. telah lahir dan ayat terakhir dari Alqur’an juga turun pada hari Ied yakni Hari Jum’at. Jadi kita telah mempercayai sebuah Agama yang sangat agung dari segala seginya. Dan Allah swt telah menyempurnakan segala-galanya bagi agama yang agung ini. Sehingga orang-orang Yahudi-pun terpaksa mengagumi dan menghormati ayat terakhir yang turun pada hari Ied itu. Jadi, Tuhan Yang telah menyempurnakan Agma ini dalam bentuk Alqur’anul Karim yang diturunkan kepada Hazrat Rasulullah saw, dan Tuhan-lah juga Yang telah menetapkan kewajiban-kewajiban yang sangat penting didalam Kitab itu dan memerintahkan untuk mengamalkannya. Maka untuk melaksanakan hukum-hukumnya itu hendaklah kita jangan menunjukkan sebarang kelalaian dan kemalasan. Semoga Allah swt selalu memberi taufiq kepada kita dan kepada anak keturunan kita semua untuk menjadi orang-orang yang selalu menepati kewajiban salat Jum’at sesuai dengan harapan Hazrat Masih Mau’ud a.s. Amin !!!

Alihbahasa dari Audio Urdu oleh Hasan Basri

Label:


Read more!
posted by Gosya Center @ 08.31   0 comments
SAHABAT-SAHABAT ALLAH SWT
Sabtu, 21 November 2009
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
نَحْمَدُهُ وَنُصَلِّىْعَلَى رَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَىعَبْدِهِ اْلمَسِيْحِ اْلمَوْعُوْدِ
KHUTBAH JUM’AH
HAZRAT AMIRUL MU’MININ KHALIFATUL MASIH V atba.
Tanggal 13 November 2009 dari Baitul Futuh London U.K.
TENTANG :
SAHABAT-SAHABAT ALLAH SWT

ؕ‏ اَلاَ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللّٰهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَۖ - الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَؕ‏ - لَهُمُ الْبُشْرٰى فِىْ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِىْ الاَخِرَةِ‌ؕ لاَ تَبْدِيْلَ لِـكَلِمٰتِ اللّٰهِ‌ؕ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُؕ‏
Artinya : Ingatlah ! Sesungguhnya sahabat-sahabat Allah itu tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan berduka cita--Orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa-Bagi mereka ada khabar suka dalam kehidupan didunia dan juga di akhirat- tak ada perubahan didalam firman-firman Allah-itulah kemenangan yang besar. (Yunus : 63-65)
Didalam ayat ini Allah swt menjelaskan tentang keadaan dan sifat-sifat wali Allah, yaitu tidak ada rasa takut menimpa diri mereka, yang kedua, mereka tidak merasa sedih atau duka cita. Mereka itu mempunyai iman yang kamil dan sempurna dan meningkat terus didalam ketaqwaan mereka. Dan mereka yang menjadi wali atau sahabat Allah swt maka Allah swt menjadi wali atau sahabat mereka dan didunia jini juga mereka menerima khabar-habar suka dari Allah swt dan diakhirat juga.

Itulah rangkaian nikmat-nikmat yang dianugerahkan Allah swt terhadap orang-orang mukmin yang sejati. Yakni berkat adanya ikatan hakiki dengan Allah swt dan adanya amal-amal saleh yang selalu dilakukan orang-orang mukmin, sehingga mereka merasa hidup tenteram tidak ada kesedihan atau kesusahan yang menimpa mereka. Bisa saja timbul marabahaya, sehingga terpaksa harus menjalani berbagai macam ujian dan percobaan, akan tetapi orang mukmin sejati akan merasa tenteram sekalipun didunia ini menghadapi banyak kerugian berupa harta-benda ataupun jiwa raga, sebab Allah swt pasti akan mengganti sepenuhnya. Dan jika terjadi kerugian jiwa-raga atau nyawa, pastilah Allah swt akan menganugerahkan nikmat-nikmat-Nya dialam akhirat nanti. Begitu sempurna dan melimpahnya nikmat-nikmat itu sehingga berada diluar jangkauan pikiran manusia. Akan tetapi untuk itu Allah swt telah menetapkan syaratnya yang pertama yaitu manusia harus menyempurnakan hak kewajibannya sebagai sahabat Allah swt. Untuk persabatan duniawi saja kadangkala manusia harus mengeluarkan banyak jenis pengurbanan. Untuk menjadi sahabat Allah swt dan untuk menunaikan hak-haknya secara sempurna, manusia bukan hanya bersiap sedia secara mental setiap sa’at, bahkan untuk itu harus bersiap melakukan hak-hak kewajiban itu secara praktikal atau secara amaliah dengan penuh keikhlasan. Jika hal itu semua telah dilaksanakan dengan sempurna maka tidak akan ada rasa takut dan rasa sedih atau duka cita yang ditimbulkan dari luar. Timbulnya rasa takut kepada Tuhan maksudnya takut jangan-jangan persahabatan dengan Allah swt akan putus atau berakhir. Sebab para wali itu terhindar dari rasa takut yang bersifat duniawi.
Imam Raghib menulis : الخَوْفُ مِنَ اللهِ takut dari Allah artinya menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan berusaha untuk patuh ta’at kepada Allah swt, berusaha menjadi hamba yang kamil dan memberi perhatian sepenuhnya terhadap ibadah kepada-Nya. Jadi, kedudukan wali Allah, tidak mudah dicapai dan tidak bisa diperoleh begitu saja tanpa usaha keras. Disatu tempat Allah swt befirman :
تَتَجَافٰى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَّطَمَعًا وَّمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ‏
Artinya : Dan sisi badan mereka terpisah dari tempat tidur mereka, yakni mereka tinggalkan tempat tidur mereka untuk menunaikan ibadah, dan mereka berseru kepada Tuhan mereka dengan ketakutan dan harapan, dan mereka membelanjakan dari apa yang telah Kami rizkikan kepada mereka. ( As Sajadah : 17)
Jadi Allah swt menjauhkan rasa takut dari dalam kalbu para wali-Nya kerana semata-mata mereka hanya takut kepada Tuhan. Mereka tidak merasa takut sedikitpun dari perkara-perkara duniawi yang dianggap menakutkan. Dan bukan hanya setakat itu, merekapun tidak takut dari segala sesuatu yang kiranya akan terjadi dimasa depan, sebab tujuan mereka bukan mencari kesenangan dunia melainkan untuk meraih kesenangan dan keridhaan Allah swt semata. Bahkan hati mereka merasa lebih tenteram dan mereka tidak merasa sedih atau duka cita terhadap perkara yang sudah terjadi dimasa lampau. Apabila Allah swt telah mema’afkan kesalahan-kesalahan mereka dan menjauhkan kelemahan-kelemahan mereka lalu Dia jadikan mereka para wali-Nya (sahabat-sahabat-Nya), Dia melindungi mereka dari akibat buruk kesalahan-kesalahan mereka juga. Demikianlah apabila Allah swt telah dijadikan sahabat oleh mereka maka dimana Dia memberi jaminan untuk menurunkan karunia-Nya, disana Dia juga memberi jaminan untuk menghapuskan dosa-dosa mereka yang mereka lakukan dimasa lampau.Tidak ada kekuatan dunia yang bisa memberi jaminan seperti itu. Jadi betapa indahnya kekuasaan Tuhan kita Yang memiliki semua kekuatan, sehingga manusia terlepas dari berbagai jenis kesedihan dan rasa takut berkat adanya ikatan yang erat dengan Allah swt. Namun sangat disayangkan sebagian besar penduduk dunia telah meninggalkan Allah swt lalu mengambil perlindungan kepada makhluk lain. Bukan hanya meninggalkan keyakinan terhadap Allah swt dan pergi kepada makhluk lain selain Allah bahkan mereka tunduk kepada para pemberontak melawan Allah swt, mereka sama-sekali tidak mempunyai perhatian terhadap Allah swt. Bahkan mereka tidak bersedia menggunakan waktu untuk memikirkan tentang Tuhan. Sebagai natijahnya sekarang manusia dengan cepat tengah menuju kearah nyala api yang berkobar-kobar. Sungguh sangat menakutkan ! Diperlukan banyak-banyak berdo’a dan banyak-banyak membaca istighfar. Sambil menjelaskan ayat : .
لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan berduka cita. Hzrat Masih Mau’ud a.s. bersabda :” Allah swt menyebut mereka wali-Nya (sahabat-Nya), padahal Tuhan adalah Ghani, tidak memerlukan sahabat atau teman dan tidak pula memerlukan sebarang bantuan dari siapapun. Oleh sebab itu Dia mempunyai keistimewaan tersendiri dengan syarat و لَمْ يَكٌ لَّهُ وَلِيٌ مِنَ الذُّلِّ Sungguh benar Allah swt membuat seseorang menjadi teman bukan karena Dia memerlukannya, tetapi disebabkan karunia dan kasih sayang-Nya Allah swt menganugerahkan kepada mereka kedekatan dengan-Nya seperti dekatnya terhadap teman. Dia tidak memerlukan seseorang sebagai teman. Faedah persahabatan dan kedekatan Tuhan dengan hamba-Nya terletak pada orang yang dijadikan-Nya sahabat atau teman oleh Allah swt. Jadi manusialah yang memperoleh faedahnya dari persahabatan Tuhan dengan manusia itu. Ingatlah apabila Allah swt memilih seseorang sebagai sahabat-Nya, artinya Allah swt mengetahui keadaan ruhani hamba-Nya itu. Dan apabila Allah swt telah memilih seseorang dan memberi kelebihan dan kemuliaan kepada-nya, maka sesungguhnya Allah swt telah melihat dan menyaksikan betul-betul keadaan ruhaninya yang terus maju mendekat kepada-Nya. Mungkin saja sebelum itu hamba-Nya seorang pelaku banyak dosa. Ia telah melakukan dosa besar atau kecil pada permulaan kehidupannya. Akan tetapi apabila ia telah menjalin hubungan sejati dengan Allah swt, maka Allah swt mema’afkan semua kesalahan dan dosa-dosanya itu. Seorang penjahat yang telah banyak melakukan dosa, baik dosa kecil maupun dosa-dosa besar, tetapi apabila ia telah menjalin hubungan yang tulus dan erat dengan Allah swt, maka Allah swt mema’afkan dosa-dosa yang telah ia lakukan sebelumya itu. Dan Tuhan tidak akan pernah membuat-nya malu baik didunia ini juga maupun diakhirat nanti. Hal ini menunjukkan betapa besarnya kebaikan Allah swt terhadap hamba-Nya, apabila ia telah mema’afkan seseorang dan berlaku kasih terhadapnya, maka Dia tidak akan pernah mengingat, bahkan melupakan semua dosa-dosa yang telah dilakukannya dimasa lampau dan Dia menutupi kelemahan-kelemahannya. Akan tetapi sekalipun kebaikan dan karunia Tuhan yang begitu besar jika manusia berlaku munafiq dalam amal perbuatannya maka akibatnya ia akan menghadapi nasib malang dan nasib yang menyedihkan.” Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda lagi : “ Demi meraih karunia dan barkat-barkat Allah swt manusia harus berusaha untuk membersihkan kalbunya. Selama kalbu belum bersih tidak akan memperoleh sesuatu dari pada Tuhan. Hendaknya apabila Allah swt melihat kalbu manusia Dia tidak mendapatkan sedikitpun kemunafiqan disudut relung kalbunya itu. Apabila keadaannya sudah demikian maka ia akan menyaksikan tajaliyyat Ilahiyah atau penampakan keagungan Ilahi. Oleh sebab itu janganlah terlintas sedikitpun suatu kemunafikan didalam kalbu manusia supaya semua perkara menjadi suci bersih. Untuk itu diperlukan ketaatan dan kejujuran yang sejati. Hazrat Nabi Ibrahim a.s. telah menunjukkan kejujurannya dihadapan Tuhan atau seperti halnya Hazrat Rasulullah saw telah menunjukkannya juga. Apabila manusia telah mulai mengikuti contoh kehidupan seperti itu maka ia pasti menjadi seorang manusia yang sangat berberkat didalam kehidupannya didunia ini juga dan dia tidak akan mendapat suatu kehinaan apapun. Dan dia tidak akan menghadapi kehidupan yang sempit disebabkan oleh kurangnya rizki dari Allah swt. Bahkan kepadanya dibukakan pintu rahmat dan karunia yang lebar oleh Allah swt. Dan ia menjadi orang yang dikabulkan do’a-do’anya oleh Allah swt. Dan Allah swt tidak akan menimpakan kehidupan yang sempit yang menyebabkan ia binasa. Bahkan Tuhan akan menjadikan kehidupannya khatmah bil khair (memberi akhir kesudahan hidupnya yang sangat baik) Ringkasnya, orang yang menjalin hubungan yang sejati dan sempurna dengan Allah swt, maka Allah swt menyempurnakan semua maksud-maksud baik yang terkandung didalam kalbunya. Allah swt tidak menjadikannya gagal didalam kehidupannya.”
Ayat kedua yang telah saya bacakan itu : الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَ artinya Orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa, orang-orang ini juga adalah para wali Allah swt. Jadi, itulah sifat-sifat khas para wali Allah swt, yaitu mereka maju terus didalam keimanan mereka. Dan mereka menjadi contoh dalam menegakkan ketaqwaan terhadap Allah swt. Didalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda : “ Apabila qiamat telah berdiri maka Allah swt akan memanggil para wali-Nya itu. Mereka akan tampil dihadapan Allah swt. Mereka akan terbagi dalam tiga grup. Tiap-tiap grup akan mempunyai jati diri mereka masing-masing`. Ketika wakil dari grup pertama dipanggil, Allah swt akan bertanya kepadanya, wahai hamba-Ku !! Amalan apa yang telah engkau lakukan sehingga engkau mendapat kedudukan seperti ini ? Ia akan menjawab: “ Wahai Tuhan-ku !! Engkau telah menciptakan Jannat, lalu Engkau telah menumbuhkan dahan-dahannya lalu menumbuhkan buah-buahannya dan menciptakan sungai-sungai, bidadari-bidadri dan apapun nikmat-nikmat yang telah Engkau sediakan sebagai ganjaran bagi orang-orang yang patuh ta’at, untuk itulah saya melakukan kebaikan-kebaikan. Dan demi meraih hal itu semua setiap malam aku bangun untuk melakukan ibadah kepada Engkau. Dan pada waktu siang hari aku melakukan puasa. Maka pada waktu itu Allah swt akan berfirman : “ Wahai hamba-Ku !! Demi mendapatkan surga ini engkau telah giat melakukan amal-amal ibadah itu kepada-Ku, maka inilah Jannat bagi engkau, masuklah kamu sekalian kedalamnya !! Dan hal ini smata-mata karunia-Ku bahwa kalian telah diselamatkan dari api neraka. Dan ini juga karunia daripada-Ku bahwa kalian dimasukkan kedalam Jannat-Ku. Maka dia bersama rekan-rekanya semua masuk kedalam Jannat itu. Sesudah itu Allah swt memanggil seorang wakil dari grup yang lain. Allah swt akan bertanya, Wahai hamba-Ku !! Untuk maksud apa kau lakukan amal soleh ? Ia akan menjawa, Hai Tuhan-Ku !! Engkau telah menjadikan Neraka Jahannam, apinya yang membakar, menghembuskan angin panas, air mendidih dan apapun yang telah Engkau sediakan bagi orang-orang yang tidak patuh ta’at bahkan melawan perintah Engkau dan yang telah dipersiapkan bagi orang-orang yang memusuhi Utusan Engkau, maka kerana mearas takut kepada benda-benda itu semua aku selalu bangun tengah malam untuk menunaikan salat nafal dan diwaktu siang hari aku berpuasa. Atas jawaban itu Allah swt akan berfirman : “ Hai hamba-Ku !! Engkau lakukan itu semua kerana takut kepada api-Ku, maka sekarang Aku selamatkan engkau dari api ini. Dan dengan karunia-Ku engkau dimasukkan kedalam Jannat (surga). Maka ia bersama semua rekan-rekan-nya masuk kedalam Jannat. Setelah itu dihadirkan grup orang-orang yang ketiga. Allah swt akan bertanya kepada mereka. Hai hamba-hamba-Ku untuk maksud apa kalian beramal soleh ?? Mereka akan menjawab : “ Wahai Tuhan kami !! Kami berbuat amal soleh demi meraih kecintaan dan kasih sayang Engkau dan demi menyempurnakan keinginan keras kami untuk berjumpa dengan Engkau.” Demi Zat Engkau !! Setiap malam kami bangun beribadah kepada Engkau dan pada siang hari kami berpuasa semata-mata kerana semangat untuk berjumpa dengan Engkau dan kerana rasa cinta terhadap Engkau.” Maka Allah swt akan berfirman : “ Mubaraklah atas kalian semua !! Dan berfirman : “ Wahai hamba-hamba-Ku !! Apa yang kalian lakukan itu kerana semangat untuk berjumpa dengan-Ku dan kerana dorongan semangat cinta terhadap-Ku, maka sekarang ambillah ganjarannya dari pada-Ku. Kemudian Allah swt menunjukkan penampakan-Nya yang khas kepada mereka. Dan semua tabir penghalang dijauhkan dari muka mereka dan Tuhan hadir dihadapan mereka. Dan akan berfirman kepada mereka : “ Wahai hamba-hamba-Ku sekarang Aku hadir dihadapan kalian pandanglah pada-Ku dan ambillah apa yang kalian inginkan dari-Ku. Kemudian Tuhan akan berfirman : “ Dengan karunia-Ku sekarang Aku selamatkan kalian dari pada api dan Aku izinkan kalian masuk kedalam surga-Ku dan akan Aku hadirkan Malaikat-malaikat kepada kalian dan Aku sendiri akan menyampaikan salam sejahtera kepada kalian semua. Maka dia bersama semua rekan-rekannya masuk kedalam Surga itu.”
Semua orang dari ketiga grup itu sesuai dengan amal soleh mereka dimasukkan kedalam golongan para wali Allah swt. Hadis ini dikuitp oleh Hazrat Muslih Mau’ud r.a. dari Tafsir Ibnu Katsir dan dicantumkan didalam Tafsir Saghir. Didalam hadis itu telah dijelaskan beberapa jenis martabah para wali Allah swt. Satu jenis wali yang menghendaki Jannat (surga) dan mereka telah beramal saleh untuk menghasilkan Jannat itu. Jenis martabah yang kedua yang takut terhadap Jahannam dan yang beramal soleh agar terhindar dari Jahannam itu. Dan jenis martabah wali yang ketiga adalah yang beramal karena mereka fana fillah, terbenam dalam kecintaan terhadap Allah swt. Dan ketiga jenis martabah wali itu ketika telah mendapat izin dari Allah swt untuk masuk kedalam Jannat-Nya, Allah swt berfirman : “ Kalian masuk kedalam surga-Ku ini bukan kerana amal perbuatan saleh kalian, melainkan kerana karunia dan kasih sayang-Ku kalian diberi ganjaran ini. Dan dari setiap grup itu seorang tampil kemuka sebagai wakil dan setelah meraih rahmat dan karunia Allah swt masuk kedalam Jannat bersama rekannya masing-masing. Grup terakhir yang terbenam dalam kecintaan terhadap Allah swt, penghulu mereka tidak syak lagi adalah Hazrat Rasulullah saw. Diwaktu menjelang akhir hayat beliau perkataan yang terucap dibibir beliau tiada lain adalah : رَفِيْقِيْ الاَعْلَى!! رَفِيْقِيْ الاَعْلَى!!. Semua perkataan yang keluar dari bibir beliau pada detik-detik mau meninggal adalah bukti nyata bahwa beliau sangat mencintai Allah swt. Dan martabah atau kedudukan yang paling tinggi sekali telah diraih oleh Hazrat Rasulullah saw.
Jadi para wali Allah swt juga mempunyai beberapa jenis martabah. Akan tetapi yang menjadi asas bagi para wali adalah iman dan taqwa yang terus meningkat. Dan para Nabi adalah wali-wali Allah swt yang mempunyai iman sangat sempurna dan selalu menunjukkan tauladan taqwa yang sangat tinggi. Dan contoh tauladan yang paling tinggi adalah zat Rasulullah saw. Banyak sekali hadis yang menjelaskan tentang kedudukan para Wali Allah swt. Siapa yang berhak atau patut menjadi wali Allah swt dan bagaimana caranya kedudukan wali itu dapat diperoleh.
Hazrat Amar Bin Aljamhur r.a. meriwayatkan katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda : Seorang tidak bisa menjadi orang yang murni imannya, selama ia tidak mencintai seseorang kerana Allah swt dan membenci seseorang kerana Allah swt. Selama ia mencintai orang lain kerana Allah swt dan kerana Allah swt pula ia membenci seseorang, maka ia memperoleh hak untuk menjalin persahabatan dengan Allah swt. Tuhan berfirman : “ Dari antara hamba-hamba-Ku dan dari antara para wali-Ku yang paling Aku cintai adalah dia yang selalu ingat kepada-Ku dan Akupun selalu ingat kepada-nya.” Jadi, didalam hadis ini telah diberitahukan kedudukan iman yang murni para wali itu, dan setiap amal perbuatan mereka, sehingga kecintaan dan kebencian mereka terhadap yang lain semata-mata demi keridhaan Allah swt. Sedikitpun tidak ada kecintaan dan kebencian terhadap seseorang untuk kepentingan pribadi mereka sendiri. Jika manusia memeriksa dirinya sendiri maka akan timbul perasaan ngeri dan gemetar, dia sudah mendakwakan diri sebagai orang yang berusaha meraih keridaan Allah swt namun didalam hatinya timbul pikiran-pikiran buruk berupa kebencian dan permusuhan pribadi. Dadanya penuh dengan kebencian dan dengan rasa dendam pribadi, dengan melihat orang yang dibenci itu tidak timbul keinginan untuk mema’afkannya atau meminta ma’af dari padanya. Namun apabila ia telah berobah dan mendapat kedudukan dari Allah swt dan semua gerak-geriknya dimaksudkan demi meraih keridhaan Allah swt, maka ia menjadi sahabat Allah swt.
Terdapat sebuah hadis lagi yang diriwayatkan oleh Hazrat Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah saw bersabda bahwa bagi kalian Allah swt menyukai tiga perkara dan tidak menyukai tiga perkara. Yang Dia sukai diantaranya ialah kamu beribadah-lah kepada-Nya dan janganlah menyekutukan Tuhan dengan apapun juga. Dan apa yang telah Allah swt jadikan kalian untuk menjaga sesuatu maka peliharalah dia sebaik-baiknya. Dan peganglah erat-erat tali ikatan dengan Allah swt dan janganlah berbuat perpecahan dan janganlah berkata-kata yang sia-sia dan jangan pula mengajukan banyak-banyak pertanyaan tentang sesuatu dan jangan mensia-siakan harta. Allah swt tidak menyukai berbicara yang sia-sia dan membazirkan harta yang telah Dia anugerahkan kepada kamu. Sediakanlah banyak peluang untuk beribadah kepada Allah swt diantaranya ibadah yang fardu dan juga ibadah nawafil. Dan siapapun yang tidak memberi perhatian terhadap ibadah tidak memberi perhatian kepada amal kebaikan, maka orang demikian tidak akan bisa menjadi wali Allah swt bahkan menjadi seorang mukmin-pun tidak bisa yang merupakan langkah pertama kearah iman. Perkara ketiga yang dijelaskan oleh Allah swt adalah, sebagaimana untuk mengawasi perkara kalian telah ditetapkan penjaganya, maka hendaknya kalian menaruh rasa simpati terhadap penjaga itu. Dan siapakah yang dijadikan penjaga itu ? Yaitu setiap petugas Jemat yang telah ditetapkan untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan kewajibannya. Dia adalah penjaga atau pengawas setiap orang mukmin sejati. Maka bekerja sama secara sempurna dengannya dan berlaku simpati kepadanya adalah kewajiban seorang mukmin yang sejati, yaitu orang yang menghendaki kepercayaan dari Tuhan dan ingin menjadi wali atau sahabat-Nya. Dia betul-betul ingin menjadi teman atau sahabat Tuhan. Dimana perkara ini diingatkan kepada orang-orang mukmin dan diingatkan supaya menjaga diri dari setiap jenis kerusuhan, disana harus menjadi bahan pemikiran bagi para petugas. Merupakan hal yang sangat menakutkan, yaitu orang-orang yang kerana Allah swt menaruh simpati terhadap kalian, maka demi meraih keridhaan Allah swt kalian harus memenuhi tuntutan keadilan sambil menaruh rasa takut kepada Tuhan didalam hati kalian, dan sambil menegakkan keadilan kalian harus memenuhi kewajiban penjagaan dan pengawasan terhadap mereka dengan cara yang sebaik-baiknya. Jika sikap simpati sudah diamalkan dengan penuh perhatian dan tingkat keadilan sudah jauh lebih tinggi, niat didalam hati sudah bersih serta usaha untuk meraih keridhaan Tuhan sudah menjadi tujuan para petugas, maka anak-anak buah kalian dengan rasa takut terhadap Tuhan tentu akan menaruh rasa simpati terhadap kalian. Mereka akan menjauhi prasangka buruk terhadap kalian sehingga akan timbul suasana kecintaan yang hangat terhadap kalian.” Beliau a.s. bersabda : “ Peganglah tali Tuhan erat-erat, jangan terlibat didalam perpecahan dan pertelingkahan. Disini orang-orang mukmin secara umum telah diperingatkan.” Kemudian perkara-perkara yang bertentangan dengan keinginan pribadi yang timbul dari pihak pemimpin, maka hendaknya janganlah timbul reaksi dari pihak kalian yang bisa menjadi penyebab fitnah. Dan terhadap para anggauta Majlis Amilah juga ada petunjuk bahwa reaksi dari kalian juga harus menunjukkan adanya rasa takut terhadap Tuhan. Memegang tali Allah swt yang berasas kepada taqwa jangan sampai menjadi lemah disebabkan amal perbuatan kalian yang tidak baik. Jauhkan diri dari perbualan yang sia-sia dan nonsense, atau melakukan kritikan-kritikan terhadap orang lain, sebab hal itu semua tidak disenangi oleh Allah swt. Selain itu Allah swt melarang dari banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mensia-siakan harta. Orang mukmin harus mempunyai sifat rasa puas atas apa yang telah Tuhan karuniakan kepadanya. Dan harus banyak menaruh perhatian untuk banyak mengurbankan harta dijalan Allah swt.
Didalam sebuah hadis terdapat riwayat bahwa Allah swt telah melukiskan kedudukan seorang manusia yang sangat menakjubkan. Hazrat Umar r.a. mengatakan bahwa nabi Muhammad saw bersabda : “ Dari antara hamba-hamba Allah swt banyak yang kedudukannya bukan sebagai Nabi dan tidak pula Syahid, namun Nabi-nabi dan para Syuhada pada Hari Qiamat disebabkan martabat mereka sangat tinggi, akan menimbulkan rasa iri-hati. Para sahabah bertanya : “ Ya Rasulalllah siapakah orang-orang itu ?? Mereka itu adalah orang-orang yang saling cinta mencintai satu sama lain berkat rahmat dan karunia Allah swt, bukan disebabkan adanya hubungan keluarga atau hubungan dengan yang lainnya dan bukan juga disebabkan harta yang dihadiahkan dari seorang kepada yang lain. Demi Allah !! Wajah mereka sarat dengan cahaya yang bersinar. Dan nur itu tetap bersinar diwajah mereka, dan apabila orang-orang merasa takut dari sesuatu mereka tidak merasa takut sedikit-pun dari padanya. Dan apabila orang-orang merasa sedih atau duka cita karena sesuatu, mereka tidak akan merasa sedih atau duka cita dari hal itu semua. Kemudian beliau membaca ayat ini : ؕ‏ اَلاَ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللّٰهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَۖ Artinya : Ingatlah ! Sesungguhnya sahabat-sahabat Allah itu tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan berduka cita.
Jadi, itulah orang-orang yang menjadi para wali Allah swt. Keadaan mereka dalam posisi berdiri, duduk atau berbaring menggambarkan keridhaan Allah swt. Dan apabila semua kebaikan yang mereka lakukan demi meraih keridhaan Allah swt maka pasti para Nabi akan merasa iri terhadap mereka. Allah swt menganugerahkan posisi demikian terhadap orang-orang diantara para pengikut atau diantara orang-orang beriman yang memperoleh kedudukan tinggi didalam kebaikan mereka. Maksud dan tujuan para Nabi dibangkitkan adalah untuk menimbulkan perobahan besar dibidang keruhanian. Maka apabila timbul perobahan besar dikalangan para pengikut beliau, maka pastilah kedudukan itu membuat hati para Nabi itu senang dan gembira. Jika tidak para Nabi sendiri dengan memperoleh martabat kebaikan yang tinggi sudah menikmati kedudukan sebagai wali Allah yang derajatnya luhur dan sangat dekat dengan Allah swt. Karena kebaikan itu mereka tidak akan merasa iri hati, bahkan mereka akan merasa gembira dan senang bahwa para pengikut mereka berusaha mengikuti langkah-langkah mereka.
Dari hadis yang telah saya bacakan telah jelas sekali bahwa kedudukan para wali yang sangat tinggi itu telah diraih oleh para Nabi. Sedangkan kedudukan yang paling tinggi sekali dari semua telah diraih oleh Hazrat Rasulullah saw. Maka pada zaman ini setelah kebangkitan Hazrat Rasulullah saw yang menjadi wali Allah swt tiada lain adalah orang-orang yang bergabung kedalam ummat beliau dan melakukan setiap amal kebaikan demi meraih keridhaan Allah swt. Dan itulah mereka yang mampu meraih qurub Allah swt. Dan Allah swt menjauhkan rasa takut dan duka-cita dari kalbu mereka. Mereka selalu mencari jalan untuk meraih keridhaan Allah swt. Maka mereka tentu sangat memperhatikan perintah Allah swt dan Rasul-Nya saw, sebab hal itu tugas kewajiban setiap orang mukmin. Dan beriman kepada Imam Zaman, Hazrat Masih Mau’ud a.s. juga adalah sebuah perintah dari Allah swt dan perintah Rasul-Nya Muhammad saw.
Sebagaimana telah dijelaskan oleh sebuah hadis bahwa, janganlah membuat perpecahan dikalangan ummat dan peganglah tali Allah sekuat-kuatnya, hal ini semua menandakan bahwa seseorang akan datang untuk menghapuskan perpecahan diantara golongan-golongan ummat Islam. Dan hal itu tidak akan bisa dilakukan kecuali oleh orang yang telah diutus atau dilantik oleh Allah swt. Yaitu orang yang telah meraih kedudukan wali yang tinggi.
Jadi, dizaman ini orang-orang yang berhimpun kerana Allah swt, menjadi sebuah Jema’at yang saling cintai-mencintai satu dengan yang lain dan yang bersatu padu dibawah satu tangan, yang hidup dengan rasa aman dari setiap ketakutan, hanyalah Jema’at Hazrat Masih Mau’d a.s. yaitu Jema’at Ahmadiyah yang memiliki kelebihan seperti itu dari yang lain.
Jadi, dimana hal ini menjadi bahan pemikiran bagi orang-orang Muslim diluar Jema’at, bagi orang-orang Ahmadi juga patut mendapat perhatian dengan seksama, yakni jika hendak meraih keridhaan Allah swt, maka sangat penting sekali untuk menciptakan kecintaan, kasih sayang satu sama lain, menghormati Nizam Jema’at dan itha’at serta menjalin hubungan yang erat dengan Khilafat.
Didalam ayat berikutnya Allah swt berfirman :
لَهُمُ الْبُشْرٰى فِىْ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِىْ الاَخِرَةِ‌
Bagi mereka ada khabar suka dalam kehidupan didunia dan juga di akhirat- Yakni bukan hanya nimat-nikmat yang diperoleh didunia ini saja bahkan nikmat-nikmat akhirat juga disediakan bagi mereka. Sesungguhnya meraih nikkmat-nikmat ini maksudnya adalah meraih maksud serta tujuan penciptaan mereka kedunia. Hal ini merupakan khabar suka yang sangat besar. Dan bagaimanakah khabar-khabar suka itu terus diterima dan apa maksudnya ? Tentang ini terdapat beberapa buah hadis sebagai penjelasannya. Didalam sebuah hadis Hazrat Rasulullah saw bersabda : “
لَهُمُ الْبُشْرٰى فِىْ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِىْ الاَخِرَةِ‌ Yang dimaksud dengan busyra disini adalah Ru’ya Salihah yakni ru’ya yang benar dan jelas, sehingga seorang mukmin bisa melihat keadaan peribadinya sendiri. Atau orang lain melihat didalam ru’ya tentang keadaan diri orang itu.” Atau didalam riwayat lain dikatakan bahwa maksud Busyra itu adalah Jannat (surga) yang akan disaksikan diakhirat nanti. Apa yang dimaksud dengan busyra didunia ini ?? Maka beliau saw bersabda : “ Ru’ya salihah yang diperlihatkan kepadanya dan tentang dia itu diperlihatkan juga ru’ya kepada orang lain” Didalam ru’ya salihah ini diberitahukan khabar suka tentang nikmat-nikmat yang akan dianugerahkan kepadanya. Jadi, ru’ya ini diperlihatkan oleh Allah swt bukan tidak ada maksudnya. Kadang-kadang melalui ru’ya itu rasa takut yang mencekam diganti dengan perasaan aman sentausa. Dan Allah swt memenuhi janji-Nya bahwa kehidupan orang mukmin yang tengah berada dalam ketakutan diganti dengan rasa aman dan sentausa. Kadang-kadang tentang turunnya nikmat-nikmat kepada hamba-Nya, orang-orang mukmin-pun biasa menyaksikan keadaan serupa itu didalam kehidupan mereka atau didalam kehidupan Jema’at, bagaimana Allah swt menurunkan nikmat-nikmat-Nya itu laksana hujan turun. Tentang nikmat-nikmat itu sebelumnya juga Allah swt telah memberitahukannya. Jadi itu juga nikmat-nikmat dari Allah swt yang diberitahukan sebelumnya didalam ru’ya atau mimpi-mimpi mereka. Selain itu banyak lagi khabar-kahabar suka melalui mimpi-mimpi sehingga jelaslah bahwa Allah swt dengan karunia-Nya selalu menurunkan anugerah-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dan dukungan-Nya selalu bersama orang-orang mukmin.
Jadi, apabila amal-amal saleh orang-orang mukmin suatu Jema’at dilakukan kerana Allah swt, apabila mereka tergabung didalam sebuah Jema’at dan mereka berusaha menjadi sahabat-sahabat Allah swt, maka berkat hubungan baik antar sesama mereka demi meraih keridhaan Allah swt, mereka akan menerima khabar-khabar suka dari pada Tuhan. Pada sa’at ini kecintaan yang bersemi demi kuatnya Jema’at dan Khilafat dan demi meraih keridhaan Allah swt nampak melalui hubungan seperti ini. Dan demi memperkuat iman terhadap Allah swt ru’ya salihah diperlihatkan oleh Tuhan kepada orang-orang mukmin. Maka selama hubungan yang erat ini tetap berkembang dan tetap berdiri maka mereka akan mendapat bagian dari khabar-khabar suka dari Allah swt. Dan khabar-khabar suka itu akan selalu diberitahukan tentang kejayaan yang agung yang disediakan oleh Allah swt bagi orang-orang mukmin, supaya keadaan imannya selalu meningkat terus.
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Orang yang beriman akan selalu menerima khabar-khabar suka dari Allah swt tentang kehidupannya yang akan diperoleh didunia ini dan juga mengenai kehidupannya yang akan diperoleh diakhirat nanti. Dengan perantaraannya didunia dan diakhirat nanti ia akan memperoleh kejayaan tentang ma’rifat Ilahi yang tidak ada batasnya. Ia akan terus memperoleh kemajuan. Ini adalah firman Allah swt yang sangat meyakinkan yang tidak akan pernah gagal. Dan memperoleh tanda-tanda khabar suka dari Allah swt adalah suatu karunia dari Allah swt, yang bisa menyampaikan-nya kepada martabat kecintaan dan ma’rifat yang sangat tinggi.
Semoga Allah swt memberi taufiq kepada kita semua untuk memahami perkara ini sehingga bisa membawa kedudukan iman dan taqwa kita terhadap Allah swt yang lebih tinggi. Semoga kita menjadi orang-orang yang berjaya untuk meraih surga keridhaan-Nya. Semoga Allah swt selalu mengganti rasa takut kita dengan rasa aman sentausa dan semoga Dia menyelimuti kesalahan-kesalahan kita semua dan mema’afkan semua dosa kita dan menjauhkan kita semua dari rasa duka cita. Amin !!
Alihbahasa dari Audio Urdu oleh Hasan Basri
Tgl 17-11-2009

Label:


Read more!
posted by Gosya Center @ 17.05   0 comments
Islam, Agama Yang Benar

Islam, Agama Yang Benar
Sumber : Esensi Ajaran Islam, jilid 1

Ada dua persyaratan bagi sebuah agama yang mengaku berasal dari Tuhan. Pertama adalah agama tersebut harus bersifat demikian komprehensif, sempurna, lengkap tanpa kekurangan dan bersih dari segala cacat dan noda dalam aqidah, ajaran dan perintah-perintahnya, dimana pikiran manusia tidak mungkin merumuskan yang lebih baik lagi. Agama ini harus berada di atas dari semua agama lain menyangkut persyaratan-persyaratan tersebut. Hanya Al-Qur’an yang mengajukan klaim untuk itu dengan menyatakan:

“Hari ini telah Aku sempurnakan agamamu bagi manfaatmu, dan telah Aku lengkapkan nikmat-Ku atasmu dan telah Aku sukai bagimu Islam sebagai agama”. (S.5 Al-Maidah:4).


Dengan kata lain, Allah s.w.t. meminta kita untuk menyelaraskan diri kita kepada realita yang inheren (melekat) di dalam kata Islam. Disini ada pengakuan bahwa Al-Qur’an merupakan ajaran yang sempurna dan bahwa saat turunnya Al-Qur’an merupakan saat dimana ajaran sempurna tersebut sudah bisa diungkapkan kepada manusia. Hanya Al-Qur’an yang layak membuat pengakuan demikian, tidak ada kitab samawi lainnya yang pernah mengajukan pernyataan seperti itu. Baik kitab Taurat mau pun Injil tidak mau memberikan pernyataan demikian. Sebaliknya malah, karena kitab Taurat mengemukakan perintah Tuhan bahwa Dia akan membangkitkan seorang Nabi dari antara para saudara Bani Israil dan akan meletakkan Firman-Nya dalam mulut Nabi itu dan barangsiapa tidak mau membuka telinganya bagi firman Tuhan tersebut akan dimintakan pertanggungjawaban1. Dari hal ini menjadi jelas bahwa jika Taurat memang sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia di abad-abad berikutnya maka tidak perlu lagi adanya kedatangan Nabi lain dimana manusia diwajibkan mendengar dan patuh kepadanya. Begitu pula dengan Injil, tidak ada mengandung satu pun pernyataan yang mengemukakan bahwa ajaran yang dibawanya telah sempurna dan komprehensif. Bahkan jelas ada pengakuan Yesus bahwa masih banyak yang harus disampaikan kepada para murid beliau namun mereka belum kuat menanggungnya, tetapi jika nanti sang Penghibur atau Roh Kebenaran (Paraclete) telah datang maka ia akan memimpin mereka ke dalam seluruh kebenaran2. Dengan demikian jelas bahwa Nabi Musa a.s. pun mengakui masih kurang sempurnanya kitab Taurat dan memintakan perhatian umatnya kepada seorang Nabi yang akan datang. Begitu pula dengan Nabi Isa a.s. yang mengakui kekurang-sempurnaan ajaran yang beliau bawa karena saatnya belum tiba untuk dibukakannya ajaran yang sempurna, tetapi juga mengingatkan bahwa jika nanti Paraclete sudah turun maka ia itulah yang akan memberikan ajaran yang sempurna. Sebaliknya dengan Al-Qur’an yang tidak ada meninggalkan persoalan terbuka untuk diselesaikan oleh kitab lainnya sebagaimana halnya dengan Taurat dan Injil, bahkan mengumandangkan kesempurnaan ajaran yang dikandungnya dengan firman:

“Hari ini telah Aku sempurnakan agamamu bagi manfaatmu, dan telah Aku lengkapkan nikmat-Ku atasmu dan telah Aku sukai bagimu Islam sebagai agama”. (S.5 Al-Maidah:4).

Inilah yang menjadi argumentasi pokok yang mendukung Islam sebagai agama yang mengungguli agama-agama lainnya dalam ajaran yang dibawanya sehingga tidak ada agama lain yang bisa dibandingkan dalam kesempurnaan ajaran yang dikandungnya.
Karakteristik kedua daripada Islam yang tidak ada pada agama lain yang juga menjadi bukti kebenarannya adalah agama ini memanifestasikan karunia dan mukjizat yang hidup. Tanda-tanda yang diperlihatkan Islam tidak saja mengukuhkan kelebihannya di atas agama lain tetapi juga menjadi daya tarik bagi kalbu manusia melalui penampakan Nur-nya yang sempurna. Karakteristik pertama Islam sebagaimana dijelaskan di atas yaitu mengenai kesempurnaan ajaran yang dibawanya, belumlah cukup konklusif untuk meneguhkan bahwa Islam adalah agama benar yang diturunkan oleh Allah s.w.t. Seorang lawan yang fanatik dan berpandangan cupat, bisa saja mengata-kan bahwa bisa jadi agama itu sempurna namun belum tentu berasal dari Tuhan. Karakteristik yang pertama memang bisa memuaskan seorang pencari kebenaran yang bijak setelah diombang-ambingkan oleh berbagai keraguan, membawanya lebih dekat kepada suatu kepastian, namun belum mengukuh-kan permasalahannya secara konklusif jika belum dirangkaikan dengan karakteristik kedua. Melalui rangkaian kedua karakteristik itu maka Nur agama yang benar mencapai kesempurnaannya. Agama yang benar mengandung ribuan bukti dan Nur, namun dua karakteristik tersebut cukuplah kiranya memberi keyakinan bagi hati seorang pencari kebenaran dan menjelaskan permasalahannya sehingga memuaskan mereka yang menyangkal kebenaran. Tidak ada lagi yang diperlukan sebagai tambahan. Pada awalnya aku bermaksud mengemukakan tigaratus argumentasi dalam buku Barahin Ahmadiyah. Tetapi setelah direnungi lebih lanjut, aku merasa dua karakteristik ini bisa menggantikan ribuan bukti-bukti lain dan karena itu Allah s.w.t. menjadikan aku merubah rencanaku itu.
(Barahin Ahmadiyah, bag. V, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 21, hal. 3-6, London, 1984).
* * *
Hadzrat Rasulullah s.a.w. menggambarkan Allah yang Maha Kuasa dengan segala keagungan-Nya tanpa ada yang dikurangi sedikit pun. Dia dimunculkan seolah matahari yang memanifestasikan Nur-Nya dari segala penjuru. Barang¬siapa yang berpaling dari matahari haqiqi ini akan menemukan kemudharatan. Kita tidak bisa mengatakan yang bersangkutan sebagai manusia yang berkeimanan baik. Bisakah seseorang yang terjangkiti lepra dimana anggota tubuhnya telah dirusak oleh penyakit itu, lalu bisa menyatakan bahwa dirinya sehat utuh dan tidak memerlukan perawatan? Jika benar ia mengatakan demikian, bisakah kita berpendapat bahwa ia tidak berdusta? Kalau ada seseorang menekankan bahwa ia tidak juga menemukan kebenaran Islam, meskipun ia memiliki keimanan yang baik dan meskipun ia telah berupaya dengan segala cara sebagaimana ia mengelola urusan duniawinya, maka masalahnya terpulang kepada Allah s.w.t. Kami belum pernah bertemu dengan manusia seperti itu dan kami beranggapan bahwa adalah tidak mungkin seseorang yang memiliki daya nalar dan indra keadilan, akan memilih agama lain selain Islam. Orang-orang yang bodoh dan tidak berakal biasanya selalu mengambil sikap sebagaimana yang didiktekan oleh alam bawah sadarnya bahwa beriman kepada Tuhan yang Maha Esa sudah cukup dan tidak perlu lagi mengikuti Yang Mulia Rasulullah s.a.w. Yang harus diingat adalah seorang Nabi itu merupakan wujud yang mencetuskan Ketauhidan yang melahirkan konsep ke Maha-Esa-an serta menunjukkan eksistensi daripada Tuhan. Siapakah yang bisa lebih baik menunjukkan kebenaran selain Allah s.w.t. sendiri? Dia mengisi langit dan bumi ini dengan tanda-tanda yang membuktikan kebenaran daripada Yang Mulia Rasulullah s.a.w. dan di abad ini Dia telah mengutus aku serta memperlihatkan beribu-ribu tanda seperti hujan lebat yang membukti¬kan kebenaran daripada Hadzrat Rasulullah s.a.w. Lalu apa lagi yang kurang dalam pengemukaan kebenaran ini? Mereka yang memiliki penalaran cukup untuk menyangkal, mengapa tidak memikirkan cara untuk mencoba menerima? Ia yang merasa dirinya bisa melihat pada waktu gelap malam, mengapa tidak bisa melihat di terang siang hari? Sesungguhnya jalan penerimaan itu jauh lebih mudah daripada jalan penyangkalan. Mereka yang jalan pikirannya memang kurang sempurna dan indra tubuhnya tidak normal biarlah diserahkan kepada Allah s.w.t. dan kita tidak perlu pusing karenanya. Mereka itu seperti anak-anak yang mati muda. Tetapi seorang penyangkal yang jahat tidak bisa memaafkan dirinya atas dasar pertimbangan bahwa ia demikian itu karena berdasarkan i’tikad baik. Kiranya perlu dipertanyakan apakah semua indra yang bersangkutan itu memang memadai untuk memper¬timbangkan masalah Ketauhidan dan Kenabian. Jika ia memang mampu menelaah konsep-konsep itu dan tetap menyangkal karena memang i’tikadnya yang kurang baik, maka orang seperti itu tidak bisa dimaafkan. Bisakah kita memaklumi seseorang yang telah melihat matahari yang sedang bersinar lalu degil bertahan menyatakan bahwa saat ini sedang tengah malam. Begitu juga kita tidak bisa memaklumi mereka yang sengaja memutarbalikkan penalaran untuk menolak argumentasi yang dikemukakan demi Islam. Islam adalah sebuah agama yang hidup. Seseorang yang bisa membedakan di antara apa yang mati dan yang hidup, bagaimana mungkin ia mengesampingkan Islam dan menganut agama yang sudah mati?
(Haqiqatul Wahi, Qadian, Magazine Press, 1907; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 22, hal. 180-181, London, 1984).



Label:


Read more!
posted by Gosya Center @ 14.42   0 comments
Membela Kesucian Rasulullah
Rabu, 18 November 2009

Akhir-akhir ini banyak usaha-usaha permusuhan terhadap Islam dan Rasulullah saw. Sejak dari awal sudah ada persekongkolan atau konspirasi yang bekerja melawan Islam serta Yang Mulia Rasulullah saw tetapi karena Allah akan menjaganya dan ada janji bahwa Allah Taala akan terus melindungi (Islam dan melindungi Rasul- Nya) karena itu segenap upaya–upaya perlawanan menjadi gagal. Dan bagaimana kita menyikapi permusuhan dan pelecehan terhadap Rasulullah dan juga Islam??

“Dan tidaklah kami mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (Al Anbiyaa, 21:108)

“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman! Ucapkanlah shalawat untuknya dan mintalah selalu doa keselamatan baginya. Sesungguhnya, orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah mengutuk mereka di dunia dan di akhirat, dan Dia menyediakan bagi mereka azab yang menghinakan.” (Al Ahzaab, 33:57 – 58)



Akhir-akhir ini sedang terjadi satu gelombang kemarahan diseluruh negara-negara Islam, dan sedang terjadi juga reaksi dari setiap ummat Islam akibat dimuatnya karikatur yang sangat tak senonoh di surat-surat kabar, baik di Denmark maupun di beberapa negara Barat, yang membakar dan melukai perasaan ummat Islam. Betapapun juga, atas tindakan para penentang Islam itu memang hendaknya harus ada reaksi secara alami, tetapi tanggapan kita tidak pernah dalam bentuk demonstrasi atau pemogokan, dan tidak pernah pula dalam bentuk tindakan pembakaran-pembakaran dan tidaklah melakukan pemogokan-pemogokan, pengrusakan dan pembakaran bendera sebagai obatnya.

Pada zaman ini, beragam penganut-penganut agama lain juga, serta dunia Barat tengah melakukan penyerangan kepada Islam dan pendiri Islam Yang Mulia Rasulullah saw. Pada saat ini barat sebenarnya tidak memiliki minat maupun perhatian kepada agama; mayoritas mereka telah sibuk dengan permainan dan kesenangan dunia, mereka terlibat sedemikian rupa di dalamnya sehingga — baik mereka itu beragama Islam, Kristen atau agama lain yang mereka anut — agama mereka itu tidak mereka perdulikan lagi; mereka sama sekali tidak ada lagi hubungan dengan itu. Mayoritas mereka penghormatan akan kesucian agama telah hilang sama sekali, bahkan beberapa hari yang lalu juga ada sebuah berita, barangkali dari Perancis, yang mengatakan bahwa kami punya hak jika kami menghendaki – nauzubillah- kami bisa membuat karikatur Tuhan — Jadi, perihal kondisi orang-orang itu, inilah yang telah terjadi. Oleh karena itu, kini perhatikanlah, orang-orang yang membuat karikatur ini, yang telah melakukan perbuatan yang sangat tidak senonoh, sebagaimana yang mereka ini fahami dan reaksi yang timbul dari dunia Islam.

Dari kalangan mereka, banyak sekali para penulis yang menulis bahwa reaksi ini merupakan bentrokan atau clash antara masyarakat Islam dan demokrasi sekuler Barat padahal ini tidak ada kaitannya dengan masyarakat atau kemasyarakatan — kini mayoritas dari mereka, sebagaimana saya telah katakan, akhlak mereka telah ‘beterbangan’, atas nama kebebasan tengah dilakukan upaya-upaya yang tidak mengenal rasa malu, yakni perasaan malu kurang lebih telah hilang sirna. Singkatnya, atas hal itu pun, dari kalangan mereka sendiri pun, ada sebagian penulis-penulis yang baik sedemikian rupa atau orang-orang yang mencintai keadilan telah menyatakan bahwa paradigma atau pandangan yang mengatakan bahwa jika reaksi ini dinamakan sebagai bentrokan antara Islam dan demokrasi sekularisme Barat, itu adalah salah — Robert Fisk, yang notabenenya seorang kolumnis Inggris, dengan cukup berpegang pada prinsip keadilan telah menulis seperti itu.

Seorang warga Denmark sebelumnya telah menulis bahwa sedang terjadi sebuah bentrokan antara masyarakat Islam dengan demokrasi sekuler Barat, maka berkenaan dengan itu sang kolumnis Inggris tersebut menulis bahwa ini sama sekali salah, ini bukanlah bentrokan antara kebudayaan dan sekularisme; dia menulis bahwa ini bukan pula merupakan persoalan kebebasan ber-ekspresi, kebebasan mengemukakan pendapat. Persoalan sebenarnya adalah bahwa menurut akidah orang orang Islam, Allah secara langsung menurunkan ajaran- ajaran-Nya kepada nabi dan nabi itu adalah interpreter atau ‘penyambung lidah’ Tuhan di muka bumi, sedangkan orang orang ini (Kristen) menganggap (kini penulis Kristen ini tengah menulis) bahwa para nabi dan para wali, akibat ajaran-ajarannya tidak seirama dengan pandangan baru hak hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan, telah hilang ditelan kegelapan sejarah sedangkan orang-orang Islam menganggap bahwa agama itu sebagai bagian dari hidup mereka dan meskipun adanya perjalanan berabad-abad dan adanya berbagai perubahan- perubahan, namun pemahaman mereka tetap bertahan; sementara kita — kata sang penulis — agama itu secara praktis telah kita pisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, ini bukanlah merupakan perbenturan (clash) antara Kristen dengan Islam, tetapi kini kita tengah bicara tentang pertarungan antara Islam dengan sekularisme Barat/budaya barat atau kebarat-baratan (yang cenderung menjauhi agama, bukan orang Barat) – Atas dasar pemikiran ini, juga kita pun menghendaki, karena kita bisa mencemohkan para nabi kita sendiri dan ajaran-ajaran mereka, maka akhirnya terhadap agama-agama lain kenapa tidak?

Kemudian dia menulis: apakah sikap ini sedemikian rupa diambil tanpa pemikiran yang matang? Dia mengatakan: saya masih ingat, sekitar 10 atau 12 tahun yang lalu dirilis sebuah Film berjudul The Last Temptation of Christ, di mana terjadi protes yang sangat keras karena Nabi Isaas diperlihatkan dalam keadaan yang patut menuai kritikan saat bersama dengan seorang perempuan; dan di Perancis seseorang yang tersulut emosinya membakar sebuah gedung bioskop dan juga ada seorang pemuda Perancis terbunuh. Apa maksudnya kejadian ini? Disatu sisi, ternyata kalangan kita sendiri juga tidak dapat bersabar maupun memperlihatkan toleransi atas penghinaan terhadap agama, namun di lain pihak kita pun berharap supaya orang-orang Islam, atas dasar kebebasan berekpresi, dapat memberikan toleransi terhadap disiarkannya karikatur-karikatur yang merupakan hobi murahan — Apakah ini sikap yang benar? Karenanya, apabila para pemimpin Barat mengatakan bahwa mereka tidak bisa melakukan pembatasan terhadap media maupun kebebasan berekpresi, maka saya menjadi tertawa geli karenanya .

Sang penulis berargumentasi bahwa jika sebagai ganti karikatur-karikatur yang dipersengketakan itu diperlihatkan seorang pendeta Yahudi dengan sebuah bom di atas kepalanya, apakah tidak akan ada protes keras bahwa dari tindakan itu akan tercium anti Semitik/Yahudi, yakni akan tercium permusuhan terhadap orang-orang Yahudi dan tercederai perasaan kebebasan beragama orang-orang Yahudi? Jika ini merupakan persoalan kehormatan kebebasan berekpresi, maka mengapa di Perancis, Jerman dan Austria orang-orang angkat bicara atau melakukan penentangan terhadap hal ini; dari segi undang- undang dinyatakan sebagai sebuah kejahatan (bila di katakan) bahwa dalam Perang Dunia II tidak ada pemusnahan etnis Yahudi. Jika dengan pemuatan karikatur-karikatur itu merupakan dorongan bagi orang-orang yang mendukung perbaikan agama di kalangan ummat Islam atau merupakan pembela orang-orang yang beraliran moderat dan ingin menyemarakkan adanya seminar-seminar dan diskusi-diskusi panel yang bertemakan kecerdasan berfikir, maka terhadap hal serupa itu tentu akan sangat sedikit orang-orang akan menaruh keberatan, tetapi apa pesan atau amanat yang diupayakan untuk disampaikan melalui karikatur-karikatur itu selain bahwa agama Islam adalah sebuah agama penuh kekerasan; karikatur-karikatur tu selain menyebarkan kemarahan ke empat penjuru, apa lagi peran positif yang ia lakukan? (Harian Jhang, London 7 Februari 2006, hal. 1-3)

Namun demikian, memang ada sedikit sikap atau karakter ummat Islam juga yang memberi mereka (Barat) peluang untuk melakukan tindakan seperti itu tetapi di kalangan mereka ada juga orang-orang baik yang memahami bagaimana menerangkan hakekat-hakekat yang sebenarnya.

Saya telah meminta laporan-laporan tentang reaksi-reaksi yang telah bermuculan di berbagai negara, yakni apa pandangan-pandangan yang telah diutarakan atau diungkapkan, baik dari pihak orang-orang Islam atau dari pihak wakil-wakil pemerintahan dunia Eropa maupun dari pihak perwakilan-perwakilan media. Di kalangan mereka sendiri, cukup besar jumlah orang-orang yang tidak menyukai langkah yang diambil oleh surat-kabar tersebut, tetapi bagaimanapun juga, sebagaimana yang sudah saya utarakan, ada saja di suatu waktu, ada saja sebentuk ungkapan-ungkapan atau jejak-jejak yang mereka tinggalkan yang dari itu menjadi nampak jelas kekejian cara berfikir mereka yang di dalamnya terdapat pemikiran-pemikiran yang kotor serta jauhnya mereka dari Tuhan — dan, menjadi terungkaplah pernyataan kebencian dan kecemburuan mereka terhadap Islam. Tetapi, saya akan katakan bahwa dengan sangat malang atau sangat disayangkan bahwa akibat reaksi-reaksi yang tidak benar dari beberapa pemuka-pemuka Islam, orang-orang itu memperoleh peluang untuk mencemarkan nama baik Islam — inilah hal-hal yang dari itu kemudian orang-orang ini mengambil faedah-faedah bagi keuntungan politik.

Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari, sedemikian rupa sikap orang-orang yang disebut Islam, akibatnya pihak Pemerintah disini merasa dongkol — contohnya: tidak bekerja, kebanyakannya menganggur, duduk-duduk di rumah dengan memperoleh jaminan sosial dari Pemerintah maupun melakukan suatu perbuatan yang illegal, atau melakukan penggelapan pajak, dan banyak lagi perbuatan-perbuatan mereka yang tidak benar semacam itu — dengan demikian, orang-orang Islam sendirilah yang telah menyediakan peluang ini, kemudian bangsa yang ‘pintar’ ini mengambil keuntungan dari itu (dari sikap orang Islam tersebut).

Kadang-kadang kezaliman itu juga tengah dilakukan oleh pihak mereka, tetapi akibat reaksi yang salah dari pihak orang-orang Islam sendiri, maka orang-orang itu juga yang menjadi teraniaya dan orang-orang Islam mereka jadikan atau pojokkan dalam posisi menjadi orang-orang yang aniaya — memang, mungkin mayoritas orang-orang Islam menganggap tidak benar melakukan penghancuran seperti itu, tetapi kepemimpinan atau beberapa orang Islam yang melakukan kerusuhan itulah yang memperburuk citra Islam.

Kini, misalnya ada satu laporan dari Denmark tentang apa yang terjadi sesudah itu. Reaksi dari masyarakat Denmark ialah bahwa sesudah permohonan maaf media (di Denmark), orang-orang Islam juga hendaknya menerima permohonan maaf itu dan menyelesaikan masalah itu dengan cara damai supaya ajaran Islam yang sebenarnya bisa sampai kepada mereka dan kekerasan dapat dihindari; Kemudian, di televisi tengah berlangsung program tayangan yang mengatakan bahwa anak-anak disini (Denmark) ketika menyaksikan reaksi yang sedemikian rupa menentang orang-orang Denmark — bendera mereka dibakar dan Kedutaan mereka juga dibakar — maka mereka menjadi ketakutan dan tidak bisa berkomentar. Mereka tengah merasa seolah-olah ada bahaya perang mengancam dan mereka tengah diancam akan dibunuh.

Masyarakat umum maupun dari kalangan politisi, setelah melihat semua itu mereka menyatakan ketidaksenangannya dan muncul lagi sebuah reaksi bahwa sebagai ganti dari tindakan melukai perasaan orang-orang Islam, hendaknya mereka sendiri membangun sebuah mesjid yang didanai oleh penduduk disini lalu menyerahkannya kepada orang-orang Islam — Walikota Copenhagen menyukai usul ini. Mayoritas orang-orang Muslim juga – sebagaimana saya telah katakan — hendaknya mau menerima permintaan maaf mereka tersebut, akan tetapi seorang dari pemuka mereka yang merupakan wakil dari 27 kelompok Islam menyampaikan pernyataan sikap bahwa kendati surat kabar telah menyampaikan permintaan maaf namun sekali lagi katanya, mereka (orang-orang Denmark) harus datang ke hadapan mereka untuk meminta maaf, baru kemudian mereka akan pergi ke negara-negara Islam memberitahukan supaya orang-orang Islam menghentikan reaksi mereka — jadi, ini merupakan sebuah perbuatan yang menampakkan gambaran ‘Islam’ yang menyeramkan, bukannya mengulurkan angan perdamaian, namun sebaliknya kecederungan mereka hanya ke arah kerusuhan dan kekacauan.

Bagaimanapun juga, apabila reaksi itu salah, maka menzahirkannya dari segi yang lain pun akan salah juga — sebagaimana yang saya telah katakan bahwa apabila mereka telah meminta maaf dan lain-lain, atas sikap dan tindakannya, dan kemudian ketika reaksi orang-orang Islam muncul ke permukaan, maka atas hal itu kendati mereka ini yang aniaya, karena bagaimanapun juga mereka memang telah melakukan keaniayaan dan telah mengambil langkah yang sangat kotor, kini, justru mereka yang menjadi teraniaya, yakni lihatlah, mereka tengah meminta maaf sementara para pemuka Islam menjadi penghambat (tidak segera menerima maaf mereka), karena itu, orang-orang Islam itu harus juga menempuh cara-cara yang bijak dan harus merubah cara-cara mereka dalam memberikan reaksi.

Sebagaimana sebelumnya telah saya sampaikan — kalaupun ada — bahkan dengan penuh keyakinan saya katakan bahwa yang paling tersayat dan terluka akibat dimuatnya karikatur itu adalah hati kita, tetapi cara-cara kita bereaksi berbeda, tidak sama. Disini, saya juga memberitahukan bahwa tidak jauh dari kemungkinan – sebagaimana biasanya sebelumnya dari waktu ke waktu — mereka ini pun dimasa yang akan datang juga akan terus meninggalkan jejak (uneg-uneg) dan ada saja gerakan yang mereka lakukan sedemikian rupa yang kemudian itu melukai hati orang-orang Islam; dan bisa juga satu tujuannya adalah supaya dari segi undang-undang dibuat peraturan yang secara khusus diarahkan kepada orang-orang Islam yang datang dari Timur, terutama yang datang dari Indo-Pakistan atas dasar alasan itu — terlepas dari apakah mereka akan membuat pembatasan atau tidak — namun kita hendaknya harus menyesuaikan reaksi dan sikap kita sesuai dengan ajaran Islam dan sesuai dengan nilai-nilai luhur Islam.

Sebagaimana saya katakan bahwa sejak dari awal sudah ada persekongkolan atau konspirasi yang bekerja melawan Islam serta Yang Mulia Rasulullah saw tetapi karena Allah akan menjaganya dan ada janji bahwa Allah Taala akan terus melindungi (Islam dan melindungi Rasul- Nya) karena itu segenap upaya–upaya perlawanan menjadi gagal.

Pada zaman ini, untuk tujuan itu Dia telah mengutus Mirza Ghulam Ahmad dan pada masa ini, sebagaimana halnya Mirza Ghulam Ahmad, serta selanjutnya para Khalifah beliau dengan mengamalkan ajaran beliau telah memberikan bimbingan kepada Jemaat dan menunjukkan bagaimana seharusnya reaksi atas serangan yang ditimpakan pada pribadi Yang Mulia Rasulullahsaw, satu dua hasilnya yang telah tampak, itu akan saya sampaikan supaya kepada mereka yang melontarkan tuduhan terhadap orang-orang Ahmadi — bahwa dengan tidak ikutnya kita melakukan pemogokan maupun demonstrasi dan tidak ikut serta di dalamnya, kita tengah membuktikan bahwa diri kita tidak memiliki solidaritas atau rasa prihatin terhadap fitnah yang dilontarkan kepada Yang Mulia Rasulullahsaw – jasa-jasa Ahmadiyah harus nampak jelas kepada mereka. Reaksi kita, orang-orang Ahmadi, senantiasa seperti itu — dan hendaknya harus ada langkah-langkah yang karenanya ajaran dan teladan dari Yang Mulia Rasulullahsaw menjadi jelas; ajaran Kitab Suci Alquran menjadi jelas — setelah menyaksikan serangan yang tidak senonoh terhadap
Yang Mulia Rasulullahsaw itu, daripada melakukan aksi pengrusakan, (lebih baik kita) sambil bersujud di hadapan Allah kita menjadi orang-orang yang memohon pertolongan-
Nya.

Cara Menyikapi Hinaan Terhadap Rasulullah oleh Ahmadiyah

Sekarang saya akan memberikan dua contoh ghairat dan kecintaan Hadhrat Masih Mau’udas kepada Yang Mulia Rasulullahsaw — contoh pertama adalah Abdullah Atam, seorang Kristiani. Didalam bukunya berkenaan dengan Yang Mulia Rasulullahsaw, sambil mendemonstrasikan kekotoran pikirannya yang sedemikian kejinya, ia telah menggunakan kata -nauzubillah – ‘Dajjal’ terhadap Rasululahsaw – pada waktu itu, sedang berlangsung sebuah perdebatan dengan Mirza Ghulam Ahmad, yakni sedang terjadi sebuah diskusi berkenaan dengan Islam dan Kristen – Mirza Ghulam Ahmad mengatakan bahwa selama 15 hari saya terus sibuk dalam melakukan perdebatan; diskusi terus berjalan, namun secara diam-diam saya terus berdoa untuk teguran hukuman bagi Abdullah Atam, yakni supaya perkataan yang telah dia ucapkan itu berbalik menjadi hukuman untuknya. Mirza Ghulam Ahmad mengatakan bahwa tatkala perdebatan itu telah selesai maka kukatakan kepadanya bahwa satu corak perdebatan jelas telah berakhir, tetapi perdebatan corak lainya yang datang dari Tuhan akan tetap berlangsung dan itu adalah bahwa Tuan di dalam kitab anda ‘Di dalam Bible’ telah menyebut nama Nabi kami dengan sebutan dajjal/Anti Christ sedangkan saya mempercaya Yang Mulia Rasulullahsaw sebagai nabi yang benar dan meyakini bahwa Islam itu datang dari Allah.

Jadi, inilah pertandingan yang untuk itu keputusan ‘Langit’ yang akan menentukannya dan keputusan langit itu adalah bahwa siapa saja diantara kita berdua yang dusta di dalam pendakwaannya dan dengan cara yang tidak benar telah memanggil Rasul sebagai pendusta Dajjal/Anti Christ dan merupakan musuh kebenaran, maka dalam tempo lima belas bulan terhitung sejak hari ini, ia akan jatuh ke dalam neraka Hawiyah pada masa hidup orang yang benar, dengan syarat dia tidak kembali kepada kebenaran, yakni, tidak berhenti mengatakan nabi yang benar itu sebagai dajjal dan tidak berhenti melontarkan kata-kata kotornya — Hal ini dikatakan maksudnya supaya dipahami bahwa hanya sekedar mengingkari suatu agama di dunia ini seorang tidak dinyatakan berhak untuk mendapat azab tetapi seseorang dinyatakan berhak menerima hukuman apabila ia melakukan kelancangan dan cemohan dengan melontarkan katakata buruk.

Mirza Ghulam Ahmad mengatakan bahwa ketika saya mengatakan ini, maka wajahnya menjadi berubah, pucat pasi, dan tangannya mulai gemetar; maka, tanpa segan-segan dia menjulurkan lidahnya dan kedua tangannya memegang telinganya sambil mulai menggoyangkan kedua tangan beserta kepalanya seperti seorang tersangka pelaku kejahatan yang dengan sangat gigih mengingkari sebuah tuduhan dan sambil menyatakan penyesalan dengan rasa rendah hati dia menzahirkan dirinya dan berkali-kali dia mengatakan tobat/maaf, maaf saya tidak pernah lancang dan tidak sopan pada beliausaw, kemudian selanjutnya ia pun tidak pernah lagi berbicara menentang Islam — jadi, inilah reaksi ‘singa Tuhan’ akibat ghairatnya terhadap Yang Mulia Rasulullahsaw beliau menantang orang-orang yang melakukan gerakan-gerakan seperti itu.

Kemudian, seorang bernama Lekram yang biasa memaki- maki Yang Mulia Rasulullahsaw yang karena kata-kata kotornya itu Mirza Ghulam Ahmad telah berusaha untuk mencegahnya, akan tetapi ia tidak mau berhenti. Pada akhirnya Mirza Ghulam Ahmad berdo’a maka Allah memberitahukan akan kematiannya yang mengerikan. Berkenaan dengan itu Mirza Ghulam Ahmad mengatakan bahwa Allah telah berjanji kepada saya mengenai musuh Allah dan RasulNya yang bernama Lekram, yang biasa menghina Yang Mulia Rasulullahsaw dan biasa menggunakan kata-kata kotor kepada beliausaw, berkenaan dengan dirinya Allah mengabulkan doa-doaku. Dan ketika aku berdoa buruk untuknya, Allah memberi kabar gaib padaku bahwa dia akan binasa dalam tempo enam tahun — Ini merupakan tanda bagi mereka yang mencari agama yang benar — Maka, seperti itulah yang terjadi dan ia mati secara tragis.

Inilah cara-cara yang Mirza Ghulam Ahmad telah ajarkan kepada kita bahwa berilah pemahaman kepada mereka yang melakukan tindakan atau gerakan seperti itu; terangkanlah kepada mereka keindahan-keindahan akhlak mulia atau karakter Yang Mulia Rasulullahsaw; beritahukanlah kepada dunia kecantikan-kecantikan dan sisi-sisi cemerlang yang tersembunyi dari pandangan dunia, serta berdoalah kepada Tuhan supaya Allah menghentikan langkah-langkah mereka atau Dia Allah sendiri yang menghukum mereka — cengkeraman Tuhan itu memiliki cara-caranya sendiri, Dia Yang Maha Mengetahui dengan cara bagaimana Dia akan menjatuhkan hukuman.

Kemudian, di zaman Khilafat Tsaniah- Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, ada ditulis sebuah buku yang benar-benar sia-sia, tidak senonoh, berjudul Ranggila Rasul (Rasul yang berfoya-foya), lalu, sebuah majalah mingguan bernama Wartman telah memuat sebuah artikel yang sangat menghinakan sehingga timbul gejolak kemarahan di kalangan ummat Islam di India (dikalangan ummat Islam muncul gejolak dan reaksi yang sangat keras dari setiap penjuru). Atas hal itu, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Khalifatul Masih II menyampaikan nasihat kepada orang-orang Islam:

“Hai saudara-saudaraku, saya dengan penuh rasa solidaritas yang sangat mendalam kembali mengingatkan kalian bahwa orang yang pemberani bukanlah orang yang berani berkelahi, orang seperti itu adalah pengecut karena ia dikalahkan oleh rasa emosinya.” –

Nah, hal ini sesuai dengan hadis yang mengatakan bahwa orang yang dapat menahan rasa amarahnya itulah pada hakekatnya orang yang pemberani; Beliau mengatakan bahwa seorang yang pemberani adalah seorang yang telah memiliki keinginan yang kuat dan ia tidak mundur kebe mengerjakannya. Beliau menjelaskan:

“Demi untuk kemajuan Islam, berjanjilah kalian untuk tiga hal : pertama, kalian akan menempuh jalan ketakwaan dan tidak akan memandang agama dengan sikap tidak peduli atau tidak akan mengabaikan agama; perbaikilah sendiri prilaku kalian; kedua, tanamkanlah sepenuhnya minat dalam upaya pertablighan Islam supaya setiap orang di dunia mengetahui ajaran Islam, mengetahui keindahan-keindahan Yang Mulia Rasulullahsaw, mengetahui kebaikan-kebaikan dan kecantikan kehidupan serta contoh Yang Mulia Rasulullahsaw; ketiga, kalian akan berusaha sepenuhnya menyelamatkan umat Islam dari perbudakan ekonomi dan budaya.”

Kini, hal ini menjadi tugas setiap orang Islam pada umumnya dan juga merupakan tugas kewajiban para pemimpin. Sekarang perhatikanlah, kendatipun ada kebebasan, negara-negara Islam yang dikatakan merdeka ini, meskipun mereka merdeka, namun mereka menjadi sasaran perbudakan sosial, ekonomi dan budaya — mereka (ummat Islam) bergantung pada negara-negara Barat itu; mereka gandrung meniru mereka, kita sendiri tidak bekerja; kebanyakan kita bergantung pada mereka — itulah sebabnya mengapa dari waktu ke waktu mereka terus mempermainkan perasaan
orang-orang Islam. Kemudian beliaura memerintahkan supaya mulai menyelenggarakan acara Siratun-Nabi — Inilah cara untuk melakukan protes-protes, bukannya dengan melakukan pengrusakan dan menimbulkan keributan dan kekacauan.

Hal-hal yang beliau telah nasehatkan kepada ummat Islam utamanya hal itu adalah ditujukan kepada para Ahmadi, beberapa tradisi-tradisi yang salah negara-negara itu, secara tidak disadari tengah menyelinap masuk kedalam keluarga kita — saya katakan kepada para Ahmadi bahwa kalian juga yang dijadikan sasaran — (karena itu) hal-hal baik atau budaya-budaya baik mereka ambillah itu, tetapi hal-hal yang buruk harus kalian hindari.

Semestinya reaksi balik kita adalah daripada hanya melakukan pengrusakan hendaknya perhatian kalian lebih cenderung melakukan penelitian pada diri sendiri atau melakukan introspeksi pada diri sendiri; kita melihat bagaimana amal kita sendiri; di dalam diri kita, seberapa banyak ada rasa takut kepada Allah; seberapa banyak kita memberi perhatian untuk beribadah pada-Nya; seberapa banyak perhatian kita untuk mengamalkan perintah-perintah-Nya; dan seberapa banyak perhatian diberikan kepada penyampaian tabligh atau penyampaian amanah-Nya.

Kemudian, perhatikanlah zaman Mirza Tahir Ahmad, Khalifah Ahmadiyah IV tatkala Salman Rusdhi telah menulis sebuah buku yang sangat menghina pada saat itu Khalifatul Masih pun telah menyampaikan beberapa khotbah (mengenai hal itu) serta menyuruh menulis sebuah buku. Lalu, sebagaimana saya katakan bahwa gerakan-gerakan ini akan terus ada? (sebab) pada awal tahun yang lalu, juga dimuat sebuah artikel tentang kehidupan Rasulullahsaw yang sejenis itu, saat itu juga saya telah mengingatkan, baik kepada Jemaat maupun badan-badan Jemaat, supaya menulis artikel-artikel; mengirimkan surat-surat (tanggapan) dan memperluas jaringan kontak; terangkanlah keindahan–keindahan dan kecantikan–kecantikan kehidupan Yang Mulia Rasulullahsaw — Jadi, ini adalah masalah memperlihatkan kepada dunia aspek-aspek cantik kehidupan Yang Mulia Rasulullahsaw yang tentunya ini tidak dapat diperoleh melalui tindakan pengrusakan. Oleh karena itu, bilamana setiap kalangan Ahmadi di setiap negara dan orang-orang terpelajar/cendekiawan dan orang-orang Islam yang bijak juga mereka ikut sertakan bahwa kalian pun perlihatkanlah reaksi ini secara penuh aman dan damai; tingkatkanlah kontak kalian dan menulislah, maka di setiap negara dan di setiap kalangan hujjah itu akan sempurna atau terpenuhi, dan bagi mereka yang ingin melakukan (upaya tetap menghina Rasulullahsaw) urusannya adalah dengan Allah.

Allah Taala telah mengutus Yang Mulia Rasulullahsaw sebagai rahmatan lil’alamiin rahmat bagi sekalian alam. Sebagaimana Dia sendiri berfirman: “Dan tidaklah Kami mengutus engkau, melainkan sebagai rahmat bagi sekalian alam.” (Al-Anbiya: 107). Dan, sosok yang lebih agung dari beliau, tidak pernah ada yang lahir sebelum beliau sebagai wujud yang membagi-bagi rahmat, dan tidak akan bisa pula ada sesudah beliau. Ya, contoh beliaulah yang akan senantiasa tegak dan setiap Muslim hendaknya berusaha meneladaninya — dan untuk itu juga tanggung jawab terbesar ada pada pundak orang-orang Ahmadi bahwa amanat ini diserahkan kepada kita.

Singkatnya, bagaimanapun juga Yang Mulia Rasulullahsaw adalah – rahmatallil’aalamiin – rahmat bagi semesta alam, sementara orang-orang ini, gambar beliau yang seperti ini yang mereka kemukakan atau sajikan, yang akibatnya muncul paradigma dan bayangan yang sangat mengerikan.

Karena itu, kalian hendaknya menyampaikan kepada dunia, contoh kasih sayang dan rahmat Yang Mulia Rasulullahsaw, dan jelas bahwa untuk menyampaikan itu kepada dunia, orang-orang Islam harus mengubah perilaku mereka. Melakukan tindak kekacauan atau pengrusakan sama sekali jelas tidak ada celahnya untuk itu, sebab Rasulullahsaw juga senantiasa berusaha menghindari peperangan selama peperangan tidak dipaksakan pada beliau sesudah sampai di Madinah; lalu –dengan izin Allah, demi untuk melindungi diri, beliau terpaksa harus berperang; tetapi disana pun apa perintahnya:

Artinya: “Wahai orang-orang Islam, perangilah orang -orang yang memerangi kamu di jalan Allah, tetapi janganlah melampaui batas — Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al Baqarah,2: 191)

Dan, Yang Mulia Rasulullahsaw merupakan wujud yang paling banyak mengamalkan syariat yang turun kepada beliau, karena itu, menyatakan pandangan yang tidak benar berkenaan dengan itu merupakan keaniayaan yang luar biasa. Singkatnya, sebagaimana yang mereka katakan: mereka telah meminta maaf dan ada laporan Muballigh kita bahwa seorang dari antara mereka telah meminta maaf dan telah mereka umumkan juga.

Sementara itu, orang-orang Islam lainnya kini tengah melampiaskan semangat mereka dalam corak pemogokan, demonstrasi, dan pengrusakan, sebab inilah bentuk reaksi mereka yaitu melakukan pengrusakan, pemogokan–pemogokan, sebaliknya, reaksi spontan Jemaat Ahmadiyah setelah itu, yang memang hendaknya dilakukan dan itulah yang terjadi, adalah dengan cara langsung menghubungi media tersebut — peristiwa ini bukanlah merupakan produk persoalan hari ini sehingga pemogokan-pemogokan dilangsungkan pada bulan Pebruari tahun 2006, peristiwa ini merupakan kejadian tahun lalu. Gerakan ini terjadi pada bulan September, maka pada waktu itu apa yang telah kita lakukan, sebagaimana yang telah saya kata kan, ini merupakan kejadian bulan September atau sebut saja pada permulaan bulan Oktober (2005) – Muballigh kita, saat itu juga segera menulis sebuah artikel secara terinci dan mengirimkannya ke harian di mana karikatur itu dimuat dan melakukan protes atas pemuatan karikatur itu; disampaikan kepada mereka bahwa sesuai dengan ajaran Hadhrat Masih Mau’udas beginilah reaksi kami – kami tidak akan turun ke jalan melakukan demonstrasi tetapi jihad pena-lah yang akan kami lakukan terhadap kalian; dan kami menyesalkan pemuatan gambar itu — memang, kebebasan berpendapat itu ada, tetapi bukanlah maksudnya dengan
alasan itu orang lain disakiti.

Walhasil, ada reaksi yang positif, ada satu lagi artikel yang dikirim kepada harian itu dan harian ini pun telah memuatnya, dari pihak masyarakat Denmark reaksinya sangat bagus dan Missi kita menerima pesan lewat telepon maupun surat-surat yang menyatakan bahwa mereka menyukai artikel kita. Kemudian dari pihak President Journalist Association (pimpinan persatuan wartawan) menyampaikan undangan kepada kita untuk hadir dalam pertemuan dan kita pergi kesana dan disana dijelaskan (kepada mereka) bahwa memang benar undang-undang Tuan mengizinkan kebebasan untuk menyampaikan pendapat tetapi bukanlah berarti bahwa kalian tidak harus menghormati pemuka agama-agama lain dan mengganggap remeh wujud-wujud yang layak dihormati di kalangan mereka; dan orang-orang Islam dan Kristen yang tinggal berdampingan dalam masyarakat disini, walau bagaimanapun, perlu diperhatikan perasaan mereka, karena tanpa itu perdamaian dan keamanan tidak akan bisa ditegakkan.

Kemudian kepada mereka diberitahukan bahwa betapa indahnya ajaran Yang Mulia Rasulullah saw dan bagaimana contoh beliau saw serta betapa beliau memiliki akhlak yang luhur; betapa solidaritas beliau saw kepada orang-orang serta betapa tingginya rasa solidaritas dan rasa simpati beliau kepada makhluk Allah, dan beliau adalah penjelmaan yang kongkrit dari kasih sayang — ketika kami [kita] memaparkan beberapa kejadian -kejadian dan contoh-contoh, lalu mengatakan bahwa tolonglah beritahukan, berkenaan dengan orang yang memiliki ajaran seperti itu dan memiliki karakteristik seperti itu, apakah boleh membuat karikatur semacam itu? Ketika Muballigh kita menerangkan kepada mereka hal-hal seperti ini, mereka menyukai dan memujinya, dan seorang kartunis serta merta menyatakan kesannya dengan spontan bahwa seandainya sebelumnya pernah ada pertemuan yang seperti ini, maka mereka sama sekali tidak akan membuat karikatur.

Kini, mereka telah memaklumi apa ajaran Islam dan mereka semua mengatakan, benar, hendaknya rangkaian dialog terus diadakan; Kemudian, dari pihak pimpinan asosiasi wartawan dikeluarkan sebuah press-release yang draftnya juga diperdengarkan kepada semua yang hadir; dan, tatkala diadakan wawancara dengan televisi juga, kesannya sangat positif; Lalu, diadakan juga rapat dengan Menteri — Singkatnya, Ahmadiyah telah melakukan upaya-upaya; di negara-negara lain juga telah berlangsung seperti itu.

Walhasil, darimana asal mula kejadiannya ini berawal disana Ahmadiyah cukup banyak melakukan sesuatu dan faktor dibuatnya karikatur ini adalah sebuah buku yang diterbitkan oleh seorang penulis Denmark yang terjemahannya adala Kehidupan Yang Mulia Rasulullahsaw dan Al Quran yang telah beredar di masyarakat. Orang-orang dari penerbit buku itu minta dikirimi gambar–gambar Rasulullahsaw yang dilukis; maka sejumlah orang membuat gambar-gambar itu; itulah gambar-gambar yang nama pelukisnya tidak mereka cantumkan karena (takut) nanti akan ada reaksi orang-orang Islam. Singkat kata, buku itulah yang tengah menjadi penyebab, dan di surat kabar itu pun, karikaturlah yang menjadi penyebab, maka berkenaan dengan itu pun mereka hendaknya tetap berupaya secara berkesinambungan. Dan di dunia, di setiap tempat, jika setelah membaca buku itu dimana-dimana pun ada hal-hal yang bersifat kritikan atau pertanyaan, maka itu hendaknya dikemukakan dan diberikan jawaban.

Tetapi disana, di Denmark juga ada rumor (kabar angin) yang mengatakan bahwa dengan perantaraan sebagian orang-orang Islam, karikatur salah atau tak senonoh yang kami tidak menyebarkannya atau tidak dimuat dalam surat kabar, itu yang mereka perlihatkan lalu mereka berupaya membakar emosi ummat Islam – tidak diketahui secara pasti apakah ini benar atau tidak, namun akibat perhatian atau respon kita yang tanggap itu, dikalangan mereka telah lahir kesadaran — ini persis dilakukan pada waktu itu, sementara orang-orang (Islam) ini sekarang baru mengetahui, padahal ini terjadi tiga bulan yang lalu.

Jadi, sebagaimana saya telah katakan bahwa di setiap negara perlu diterangkan aspek-aspek sejarah kehidupan Yang Mulia Rasulullahsaw, khususnya berkenaan dengan sebuah paradigma ‘gila perang’ yang dikaitkan dengan Islam, menolaknya dengan argumentasi-argumentasi merupakan kewajiban kita — sebelumnya juga, sebagaimana yang saya telah katakan bahwa hendaknya sebanyak-banyaknya menulis di media masa dan buku-buku, sejarah Rasulullahsaw, juga bisa dikirimkan kepada para penerbit harian-harian dan para penulis-penulis itu. Kemudian, ini pun ada sebuah masukan untuk masa yang akan datang, dalam hal ini pun Jemaat harus membuat perencanaan bahwa para pemuda hendaknya sebanyak-banyaknya terjun menekuni bidang jurnalistik, bagi mereka yang menaruh minat pada bidang ini, supaya di dalam media masa atau persuratkabaran juga, di tempat-tempat itu, dan di kalangan orang-orang itu juga ada pengaruh kita sebab gerakan-gerakan ini kadang-kadang secara sporadis akan terus muncul. Jika kita melakukan sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya kontak dengan media, maka hal-hal itu akan bisa dicegah, gerakan-gerakan yang tidak senonoh itu dapat dicegah. Seandainya, tetap saja sesudah itu ada orang tak bermalu tetap bersikeras, maka orang-orang seperti itu akan termasuk dalam kelompok orang-orang yang Allah telah menurunkan laknat-Nya atas mereka di dunia dan juga di Akhirat, sebagaimana firman-Nya: Yakni, “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah mengutuk mereka di dunia dan di akhirat, dan Dia menyediakan bagi mereka azab yang
menghinakan.” (Al-Ahzab, 33:58).

Hukum (Allah) ini belum berakhir — Yang Mulia Nabi kita saw adalah Nabi yang ‘hidup’, ajaran beliau merupakan ajaran yang senantiasa memberikan kehidupan, syariat beliausaw merupakan syariat yang memberikan solusi bagi segala macam permasalahan di setiap zaman; dengan mengikutinya, seorang bisa meraih kedekatan kepada Allah. Oleh karena itu, penderitaan yang kini ditimpakan kepada orang-orang yang mengimani beliausaw, dengan perantaraan apa saja, pada hari ini ayat itu pun dapat merujuk atau dapat mengacu (kepada mereka) — Dzat Allah merupakan Dzat Yang Hidup, Dia tengah melihat bagaimana gerakan-gerakan yang tengah mereka kerjakan, oleh karena itu, memberitahukan kepada dunia merupakan kewajiban kita, yakni kepada dunia harus disampaikan bahwa rasa sakit dan penderitaan yang kalian timpakan itu, hari ini pun Allah memiliki kekuatan untuk menghukumnya, maka dari itu berhentilah menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Tetapi, sejauh mana untuk itu kalian harus memberitahukan kepada dunia tentang ajaran Islam dan contoh Yang Mulia Rasulullahsaw, disana juga kalian harus mengadakan reformasi dalam karakter kalian juga, karena amal kita sendirilah yang akan dapat menutup mulut dunia, dan inilah yang dalam hal membungkam mulut dunia memiliki peran yang paling efektif.

Sebagaimana saya telah beritahukan, dilaporkan bahwa disana kepada seorang ulama Islam pun tuduhan munafiq inilah yang dilontarkan bahwa disini lain yang ia katakan dan sampai disana lain lagi yang ia kerjakan, pekerjaannya hanya menghasut – seperti itu laporannya (saya belum membacanya) — oleh karena itu, hendaknya secara zahir maupun batin kalian, ucapan dan perbuatan kalian selaras atau seirama, baru contoh praktisnya ini kalian perlihatkan.

Kepada orang-orang yang dikatakan Islam pun saya juga ingin mengatakan, baik mereka itu orang Ahmadiyah atau bukan, baik mereka orang Syiah atau Ahlussunnah waljamaah, atau termasuk dalam penganut sekte Islam yang manapun, bahwa jika terjadi penyerangan terhadap pribadi Yang Mulia Rasulullahsaw, maka, daripada memperlihatkan gejolak reaksi yang bersifat sesaat; daripada membakar bendera; daripada melakukan pengrusakan dan daripada penyerbuan ke kantor-kantor Kedutaan, adakanlah perbaikan di dalam amal kalian sendiri, sehingga orang lain tidak akan dapat memperoleh kesempatan untuk menudingkan telunjuknya melakukan protes. Apakah dengan melakukan pembakaran kita berfikir bahwa kemuliaan dan kedudukan Rasulullahsaw –nauzubillah – hanya sebatas itu saja nilainya, yakni dengan membakar bendera dan membakar kedutaan suatu negara, artinya kita telah melakukan tindakan pembalasan yang setimpal? Sama sekali tidak! Kita adalah orang-orang yang mengimani nabi yang telah datang untuk memadamkan api. Ia telah datang sebagai Duta Perdamaian, dan merupakan Pangeran Perdamaian; Oleh karena itu, daripada menempuh jalan kekerasan, lebih baik berikanlah pemahaman kepada dunia dan terangkanlah tentang keindahan ajaran beliausaw –

Semoga Allah Taala menganugerahi akal atau kearifan serta pemahaman kepada orang-orang Islam umumnya. Tetapi kepada orang-orang Muslim Ahmadi pun saya katakan — mereka, yakni orang-orang Islam, kita tidak mengetahui apakah mereka dapat memaham atau tidak — diantara kalian; setiap anak kalian; baik tua maupun muda, baik pria maupun wanita, sebagai reaksi terhadap karikatur tidak senonoh yang dimuat ini, ikut sertakanlah diri kalian bersama orang-orang yang menyalakan api, api yang tidak pernah padam, api yang bukan merupakan api yang membakar bendera suatu negara atau membakar harta benda lainnya yang padam dalam beberapa menit atau beberapa jam — kini dengan penuh semangat orang-orang pada berdiri (ada sebuah photo peristiwa di Pakistan) orang-orang sedang melakukan pembakaran, seakan mereka tengah menaklukkan suatu pertarungan besar, padahal api (yang mereka nyalakan) ini akan padam dalam jangka waktu lima menit — sedangkan api kita hendaknya merupakan api yang senantiasa berkobar, yakni api cinta dan fana kepada Yang Mulia Rasulullahsaw yang merupakan api mengamalkan atau mengadopsi contoh beliausaw dan api yang mempertunjukkan kepada dunia siapa beliau sebenarnya, yang sekali ia menyala maka biarkanlah itu terus menerus menyala; yakni api yang dapat menjelma atau dituangkan dalam bentuk doa-doa dan nyalanya setiap saat terus menerus sampai menjangkau langit.

Jadi, inilah api yang setiap Ahmadi harus nyalakan di dalam kalbu mereka dan mewujudkan serta menuangkan rasa sakit mereka (karena penetang Islam menghina Rasulullahsaw) di dalam bentuk doa-doa, tetapi, untuk itu tetaplah Yang Mulia Rasulullahsaw sebagai perantara. Untuk pengabulan doa-doa kita dan untuk menarik kasih sayang Allah, untuk terhindar dari hal-hal dunia yang sia-sia, untuk tetap melindungi diri kalian dari fitnah-fitnah yang muncul seperti itu, untuk tetap menjadikan tetap menyalanya api kecintaan kepada Yang Mulia Rasulullahsaw di dalam kalbu kita, untuk memperindah kehidupan dunia dan akhirat kita, hendaknya harus menyampaikan shalawat yang tidak terhitung banyaknya kepada Yang Mulia Rasulullahsaw, hendaknya mengirim shalawat sebanyak-banyaknya. Di dalam aman yang penuh fitnah ini, untuk tetap membenamkan diri dalam kecintaan kepada Rasulullahsaw, untuk tetap menegakkan generasi kita di dalam Ahmadiyah dan Islam, setiap Ahmadi harus mengikuti secara ketat perintah Allah Taala ini bahwa:

“Wahai orang-orang yang beriman! Kalian pun kirimlah shalawat dan salam padanya — sebab Allah dan para malaikat-Nya mengirim shalawat pada nabi. (33:57).

Suatu ketika — bahkan ada banyak rujukannya tentang ini — Yang Mulia Rasulullahsaw pernah bersabda bahwa shalawat yang dikirim Allah dan para malaikat kepadaku cukup untukku sedangkan perintah kepada kalian supaya mengirim shalawat adalah untuk melindungi kalian – oleh karena itu, supaya doa-doa kita terkabul, kita perlu shalawat itu.

Sedangkan kelanjutan bagian pertama dari ayat dan hadis ini, dari itu terdapat jaminan akan hal itu bahwa untuk menjatuhkan kedudukan Rasululahsaw dan memperolok- olok beliausaw kendati bagaimanapun orang-orang ini berupaya, berkat doa keselamatan yang Allah dan para malaikat-Nya senantiasa kirimkan, dengan doa-doa keselamatan mereka, para penentang tidak akan pernah berhasil. Dengan serangan-serangan kepada pribadi beberkat Yang Mulia Rasulullahsaw mereka tidak akan pernah dapatmemperoleh apa-apa. Dan insyaallah Islam telah dipastikan memperoleh kemajuan di dunia dan akan memperoleh kemenangan di dunia dan bendera Rasulullahsaw akan dikibarkan di seluruh dunia — Sebagaimana yang sudah saya katakan bahwa pada zaman ini Allah telah menakdirkan ini melalui perantaraan pencinta sejati beliausaw, yakni Almasih al-Mau’uud Mirza Ghulam Ahmad.

Ada sebuah kutipan yang merupakan referensi dariMaulvi Abdul Karim Sialkoti, beliau mengatakan bahwa satu kali saya sendiri mendengar dari Hadhrat Imam Mahdias beliau bersabda bahwa pengaruh dari shalawat dan karena sering-sering membacanya, Allah telah menganugerahkan derajat/kedudukan ini kepadaku dan beliau bersabda bahwa aku melihat karunia-karunia atau berkat-berkat Allah dalam bentuk cahaya yang mengagumkan pergi menuju kepada Yang Mulia Rasulullahsaw dan setelah sampai disana lalu terserap ke dalam dada Yang Mulia Rasulullahsaw dan setelah keluar dari sana, ia lalu menjadi aliran-aliran yang mengalir yang tiada terhitung jumlahnya dan itu kemudian sampai kepada setiap orang yang berhak sesuai dengan bagiannya. Sesungguhnya, tidak ada berkat yang bisa sampai kepada yang lain tanpa melalui Yang Mulia Rasulullahsaw; Kemudian bersabda bahwa apa shalawat itu? Shalawat itu adalah menggerakkan Arasy,

Yang Mulia Rasulullahsaw yang darinya aliran-aliran nur keluar, barangsiapa yang ingin meraih karunia Allah dan berkat-Nya, maka dia harus banyak-banyak membaca shalawat, sehingga terjadi gerakan di dalam berkat dan ka runia itu. (Surat Kabar Al-Hakam, jilid 7, no.8 halaman 7).

Mudah-mudahan, kita dapat selamat dari fitnah-fitnah zaman ini dan untuk tetap menegakkan kecintaan kepada Yang Mulia Rasulullahsaw di dalam kalbu-kalbu; untuk menyebarkan ajaran yang beliau bawa di dunia, seraya mengirim shalawat kepada beliau serta tunduk bersujud di hadapan Allah, sambil memohon kepada-Nya supaya kita terus menjadi pewaris karunia dan berkat-Nya – Semoga Allah menolong kita.

Label:


Read more!
posted by Gosya Center @ 11.23   0 comments
About Me

Name: Gosya Center
Home:
About Me:
See my complete profile
Histats
Previous Post
Archives
Links
Love for all
Khilafat Ahmadiyya





~Love for All Hatred for None~
© Islam Maniak Blogger Templates by Gosya Center and E-mail
~"Jazakumullah ahsanal jaza"~
"Terima kasih atas silaturahimnya"